"Kapan kau akan pergi berkeliling?" tanya Neni sekali lagi.
"Aku belum memutuskannya bersama Arga, tapi kemungkinan minggu depan aku akan mulai berkeliling untuk mencari perias dan juga sewa baju pengantinnya," jawab Meliana.
"Menyewa?" Neni merasa tidak terima, ia bahkan menampilkan mimik wajah yang ingin sekali menegur anaknya.
"Arga punya banyak uang untuk membelikanmu sepasang baju pengantin, gaun malam ataupun kebaya putih yang sakral itu. Kenapa harus menyewa kalau bisa membelinya?" tambah Neni, sedikit menegaskan posisinya di depan Meliana.
Ya, sebuah keluarga dengan batas kesenjangan sosial yang cukup tinggi dari Meliana sendiri.
"Tidak Ibu, Maaf- ... Maksudku Tante, aku sudah punya baju pengantin lama dan aku rasakan sia-sia bila aku membelinya lagi, lebih baik aku menyewa dan hanya memakainya satu kali. Setelah itu yang pe
Niat baik dan buruk itu selalu berdampingan, mereka selalu berjalan bersama walaupun akhirnya berbeda tujuan.Itu yang terjadi pada Meliana dan Neni, salah satu ingin menyatukan hubungan, sedang yang kedua ingin menyingkirkan dan membuang Meliana jauh-jauh.Neni tersenyum sinis, rencana jahatnya sedikit demi sedikit akan berjalan mulus pada Meliana, ia sudah tampil dan menjaga hubungan baik bersama Meliana, bahkan ia mengantongi nomor ponsel gadis itu untuk melakukan perjanjian mengurus pernikahan minggu depan."Aku tidak peduli Rika ikut atau tidak, tidak akan ada yang tahu sedalam apa rencanaku pada Meliana, aku kenal beberapa perias dan penyewa baju pengantin yang jelas tunduk kepadaku. Dan dengan uang yang aku punya, mereka akan melakukan apa yang aku minta." tawa Neni menggema ke seluruh sudut rumah itu.Hendra yang mendengarnya hanya bisa mengusap dada dan me
"Sialan, wanita licik itu berhasil membuat Meliana menurut kepadanya!" umpat Rika dalam hati.Ia terus mengikuti kemanapun langkah Meliana yang berusaha terus Neni tarik untuk mengikutinya, mencoba satu persatu baju yang dirasa sangat berlebihan.Bila dilihat dari modelnya, Arga sendiri tidak akan setuju, tapi di sana Meliana berusaha untuk mencoba semuanya, menyenangkan hati Neni yang sudah meluangkan waktu untuk membantunya, mengurus pernikahan ini.Itu satu bukti menurut Meliana di mana Neni sudah memberikan restunya, jikalau ada masalah buruk nanti akhirnya, entahlah Meliana masih belum memikirkan hal itu.Ia harap tidak akan terjadi, Neni kali ini benar-benar menerimanya."Mel, sudah cukup!" cegah Rika."Kenapa?" Meliana menoleh hendak meminta Rika untuk melepas resleting gaunnya. 
"Apa kau baik-baik saja?" Arga nampak cemas.Malam hari ini sepulang kerja ia mampir ke rumah Meliana, seperti biasa senyum itu terbit untuknya.Meliana sambut hangat kedatangan Arga dan tak lupa mengulurkan tangan selayaknya pasangan yang telah sah, "Ini latihan kalau aku sudah jadi istrimu," bisik Meliana, ia tidak menjawab pertanyaan Arga karena memang dirinya baik-baik saja dan Arga bisa melihat semua itu, tidak ada yang terjadi padanya.Bahkan, tadi ia justru menerima ajakan makan yang dirasa mahal dari Neni, itu bentuk penghargaan yang selama ini hanya mimpi bagi Meliana, dia mengartikan itu juga sebagai langkah pertama dari niat baik Neni kepada dirinya walau dalam hati masih ragu dan menyimpan curiga pada isi hati Neni.Meliana tidak menampilkan itu kepada Arga, ia tidak mau pria itu semakin cemas atas apa yang terjadi kemarin, Arga bisa saja mendatangi Neni
Meliana mengangguk meskipun ia tahu akhirnya semua harus Arga korbankan dan itu bukan bagian dari keinginannya. Tapi, bila ia menolak kemauan Arga, itu sama saja menyerah pada Neni dengan dendam yang tidak jelas dan tidak sepatutnya diteruskan. "Arga akan menjual beberapa asetnya?" Meliana mengangguk, Rika tempat curahan hatinya saat ini, di rumah yang bisu itu hanya Rika satu-satunya orang yang tidak gegabah, ia takut bila bercerita pada Heri, itu akan membuat ayahnya mengambil langkah yang seperti beberapa waktu lalu, menemui Neni tanpa sepengetahuannya. "Ada dua rumah yang Arga beli diam-diam, dan itu dirasa cukup untuk mengganti rugi hilangnya permata yang sama sekali tidak aku tahu, kau juga ada di sana kan?" Meliana memijat pangkal hidungnya. "Dia memintaku untuk tidak menyerah, aku sudah ingin pergi saat ini, Rik, ini kejam dan tidak pantas rasanya aku mendapatkan pengorbanan Arga yang sebesar ini," imbuh Meliana.
Meliana tahu pernikahan itu akan menghadapi banyak cobaan, entah dari mereka ataupun keluarga Arga, terutama ibu Arga.Tapi, ini sudah keputusannya bersama Arga untuk melangkah bersama."Aku mendukung kalian, kau tidak perlu bingung aku nanti akan tinggal di mana, aku punya motor yang bisa membawaku ke rumah ini untuk membantumu bekerja menjual daster," ujar Rika."Kalau Arga melarangku berjualan di taman lagi bagaimana?" balas Meliana memancing reaksi teman baiknya itu.Rika memicingkan matanya, "Apa benar dia akan kejam begitu padaku?""Sepertinya dia akan meminta Juna untuk membantumu, dia lebih kuat daripada aku di lapangan, mau?"Rika lempar dua bantal tepat ke pangkuan Meliana, mereka lantas tergelak dan saling melempar umpatan.Hubungan Rika dan Juna bukan seperti Meliana dan Arga, tidak ada cinta di sana, bahkan mereka sering berganti pasangan, itu juga sering mereka ceritakan be
Fira kejar langkah Natan yang memburu dan menghindar darinya, itu sangat berbeda dari Natan beberapa jam lalu sebelum bertemu dengan Neni.Ada yang membakar dirinya dalam bentuk cemburu, sebuah kata yang dari dulu ia hindari dan tidak ia rasakan dari Meliana, kini ia rasakan saat dirinya sudah menikahi wanita lain dan Meliana pun akan segera menikah."Apa kau begitu karena mendengar Meliana akan menikah?" tanya Fira meninggikan suaranya, di depan pintu kamar yang sengaja Natan tutup cepat dan rapat.Ibu Natan yang mendengar itu sontak berlari mendekat, menyapa menantunya yang mulai berkaca-kaca, ia mencintai Natan dan tidak pernah melihat Natan seperti ini pada Meliana sebelumnya, bahkan saat mereka berpisah waktu itu, tidak ada sesal sama sekali."Apa yang terjadi? Siapa yang akan menikah?" cerca ibu Natan.Fira menunduk, ia pijat pangkal hidungnya, "Mantan menantu ibu yang akan menikah, sebentar lagi dan membua
Arga Pradipta married with Meliana Sekar Dewi,Sebuah rangkaian kata yang tidak pernah Meliana duga akan menjadi kenyataan dalam perjalanan hidupnya yang begitu banyak lika-liku dan cobaan.Bukan sekedar angin sejuk yang menyapanya, bahkan badai pernah membuatnya tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya sekalipun.Tapi, hari ini semua itu sirna dan berganti dengan kebahagiaan yang tiada tara dan duanya.Ia bersanding dengan Arga di sebuah tempat yang mana sebuah kalimat sakral akan mengikat mereka selamanya sampai nyawa terbang ke alam yang jauh lebih kekal.Meliana tampak cantik dan anggun menggunakan kebaya putih milik ibunya itu, dandanan yang sederhana dan tipis sesuai dengan permintaan Arga membuat wajah Meliana sudah berlipat-lipat cantiknya.Sentuhan tangan teman lama Meliana dan Rika itu mampu menyihir siapa saja yang melihat Meliana pagi ini, ditemani sang ayah dan keluarga Rika sebagai saks
"Kau ingin sesuatu?" tawar Meliana pada suami barunya itu.Mereka tinggal berdua di bangunan besar yang seharian ini menjadi tempat di mana kebahagian melimpah ruah, semua sudah kembali ke rumah dan Rika juga Juna beristirahat di tempat mereka masing-masing.Meliana dan Arga sebenarnya ingin para keluarga ini menginap lebih dulu, tapi sebagai orang yang sudah mengerti kesibukan pasangan baru, mereka memilih untuk pulang saja dan membiarkan malam ini dilewati dengan tenang tanpa ada yang mengganggu."Aku ingin kau temani makan malam lagi," jawab Arga, entah kenapa ia butuh asupan makanan yang jauh lebih banyak hari ini.Meliana mengangguk, ia berjalan santai lewat ke depan Arga, menampilkan kaki polosnya yang sedari pagi tertutup dengan rok setelan kebaya plisket itu.Ingin ia bersiul untuk istrinya, tapi lirikan Meliana sudah membuat bibirnya terkatup dan mengurungkan niat untuk menggoda.Ini bukan k