Share

20

Pov Rasya

Embusan angin dingin membuatku terjaga. Kuhela napas sambil bangkit duduk.

Dasar Bocah. Bisa-bisanya ke pantai tak menyiapkan keperluannya sama sekali. Bisa-bisanya mengandalkan Ibu. Jadi orang, tak ada pintar-pintarnya. Kubuka tas lalu mengeluarkan kaus, memakainya cepat. Saat akan kembali rebah, kulihat bahunya bergetar. Aku menyipitkan mata. Nangis lagi nih, jangan-jangan. Tobat, tobaat. Apa yang membuatnya sampai menangis begitu?

“Kamu kenapa, sih?!”

Tak ada sahutan.

“Kenapa menangis lagi?!”

Tak ada sahutan.

“Pus!”

Tetap hening. Hanya terdengar samar debur ombak. Akhirnya kusentuh bahunya lalu membalikkan badannya, ternyata dia terlelap. Wajah juga bibirnya tampak begitu pucat. Tanganku bergerak ke arah keningnya. Sangat panas. Tampak tubuhnya menggigil. Aku menghela napas saat teringat tadi dia hanya makan beberapa tusuk sate. Mungkin masuk angin.

“Pus, bangun.” Kuguncang tubuhnya pelan.

“Pus, bangun.”

Dia membuka matanya sedikit. “Mas, peluk aku. Aku kedinginan.”

Apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status