Share

Bab 1 Orang yang Mencurigakan

Sore itu seperti biasa Shakira sudah menyelesaikan semua tugas kampus, ia bergegas menemui ibunya yang sedang sibuk di dapur.

"Hei Shaki, apa yang kamu lakukan nak?! Sudah biar mama saja. Kerjakan saja tugasmu.'' Tegur ibu Shakira yang melihat putri semata wayangnya itu meraih rendaman baju kotor yang siap di cuci.

"Shaki udah selesai semua ma. Mama yang harusnya istirahat, mama udah seharian ini kerja, Shaki nggak mau mama nanti sakit.'' Jawab Shakira dengan segera menggandeng tangan ibunya dan membawanya ke ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah kecil itu. Natarina menepuk pipi putrinya dengan sayang, wanita itu menuruti perintah Shakira dengan senyum mengembang.

"Duuuhh iya iya... Galak amat sih putri mama satu ini hahaha...'' Keluh wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu menerima tangan Shakira yang membimbingnya masuk rumah.

"Biarin, daripada mama sakitnya kambuh lagi, Shaki nggak mau. Lagian ini juga mama masih terima loundry lagi sih?! Kan Shaki udah kerja. Ya walau masih partime setidaknya mama nggak perlu terima loundry lagi.'' Shakira terdengar mengomel membuat ibunya kembali tersenyum.

"Mama harus janji, nggak akan kerja berat – berat lagi. Nggak ada ya terima loundry lagi saat Shaki nggak di rumah.'' Tambahnya dengan wajah cemberut.

"Baik bos! Siap!'' Jawab Natarina sambil mengacungkan hormat kepada putrinya.

Mendengar jawaban ibunya yang begitu patuhnya membuat keduanya tergelak bersama.

Sementara Shakira kembali ke kamar mandi untuk mencuci baju – baju yang akan di loundry, Natarina merapikan baju yang telah di setrika dan memasukkannya ke dalam plastik sesuai daftar yang ia tulis di sebuah buku catatan. 3 plastik loundry yang siap kirim telah selesai ia packing.

Natarina menitikkan airmatanya melirik punggung Shakira yang sedang bekerja keras menyikat beberapa baju berat dan besar, terdengar bunyi gesekan sikat yang menggesek baju berbahan jeans diiringi kucuran air dari kran yang mulai memenuhi ember – ember besar di kamar mandi tersebut. Wanita setengah baya itu mendesah pilu saat kembali terkenang akan masa – masa indah bersama suami dan ayah mertuanya sebelum kecelakaan tragis merenggut keduanya dalam waktu bersamaan.

Ketika itu Shakira masih berumur 12 tahun, bertepatan ia memasuki tahun ajaran baru di sekolah menengah pertamanya. Saat itu ia sangat senang telah diterima di sekolah unggulan dengan nilai yang bagus, walaupun ia bisa saja menggunakan koneksi dan kekuasaan kakeknya. Namun, ia lebih suka mendapatkannya dengan kerja keras seperti yang selalu diajarkan oleh kakeknya.

Namun tak berapa lama Shakira mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh ayah dan kakeknya ketika mereka melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Belum lama keduanya dimakamkan, Shakira harus menghadapi sebuah masalah besar tentang hutang perusahaan yang ditinggalkan ayahnya yang membuat ibunya mengalami stres berat dan mendapat serangan jantung.

Walau akhirnya ibunya selamat dari kondisi kritisnya, namun mereka harus kehilangan rumah besar dan seisinya demi menutup semua hutang yang terlalu besar untuk ditanggung mereka. Shakira dan ibunya yang terusir dari rumahnya sendiri memutuskan untuk pergi. Namun tak hanya sampai disitu saja, ia harus berpindah – pindah rumah dan sekolah demi menghindari orang – orang yang terus mengejar mereka karena menginginkan Shakira.

7 tahun berlalu kini mereka bisa hidup tenang tanpa kejaran orang – orang yang menginginkan Shakira. Apapun alasan mereka, Natarina tak ingin menyerahkan putrinya sebagai penebus kesalahan suami dan ayah mertuanya dulu. Bertahun – tahun mati – matian ia berhasil menyembunyikan Shakira. Namun karena sakit yang ia derita, membuat keadaan berbalik, Shakira lah yang kini menjadi tulang punggung keluarga sekaligus pelindungnya. Hal itu membuatnya selalu diam – diam menangis.

Ketegaran hati Shakira yang membuatnya terus tetap bisa bertahan walau hidup dengan serba kekurangan. Wanita itu tak henti – hentinya berdoa agar kesehatannya kembali membaik agar bisa meringankan beban yang harus dipikul putrinya sendirian.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 malam, Shakira baru menyelesaikan semua loundrian dan menjemurnya. Gadis itu menyeringai senang dan menghela napas dengan puas saat membawa ember kosong terakhirnya.

"Hehehe... Akhirnya selesai juga! Huwaaaahh... Lapaaaaarrr...!'' Shakira meletakkan ember di tumpukan ember yang lain yang ada di sudut kamar mandi kecilnya.

"Sini makan. Tadi mama masak telur gulung kesukaanmu tuh, hehehe... Makan yang banyak.'' Jawab ibunya sambil menyendok nasi untuk Shakira. Setelah mencuci tangannya dengan bersih gadis itu duduk di meja makan berseberangan dengan ibunya.

Ia menatap dengan sangat antusias telur gulung yang dipotong – potong menjadi beberapa bagian di sebuah piring kecil. Tak lupa ia membubuhkan saos sambel kesukaannya di atas telur – telur itu. Keduanya makan dengan lahap di selingi canda tawa tentang kisah Shakira di kampus yang masih suka kabur – kaburan setiap ada acara.

Walau nilai akademisnya tak terlalu menonjol namun Shakira sering menjadi juara kelas saat ia masih duduk di bangku sekolah. Nilainya jadi terus menurun karena masalah keluarga yang menimpanya selama 5 tahun belakangan. Karena sering menjadi kejar – kejaran orang – orang tak dikenal Shakira lebih mementingkan memperdalam ilmu bela diri demi melindungi diri dan ibunya.

Walau masih mahasiswi di tahun pertama Shakira merasa ia harus melepaskan kuliahnya demi biaya pengobatan ibunya. Namun Natarina tak pernah menyukai gagasan Shakira yang ingin bekerja. Berkali – kali mereka mendebatkan masalah yang sama hingga akhirnya Shakira mengalah dan tetap kuliah di sela – sela pekerjaan paruh waktunya di restoran di sebuah mall kecil.

Setelah menyelesaikan makan malam, Shakira mengemasi piring – piring kotor mereka ke dapur untuk di cuci. Lalu setelah ia memastikan ibunya minum obat dan multivitamin, Shakira membawa bungkusan – bungkusan loundry untuk di antarkan kepada para pelanggan yang merupakan tetangga yang tinggal di sekitar rumah susun itu.

Sambil membawa tas besar di tangan kanan dan kirinya, ia pergi ke beberapa tempat yang telah dicatatkan oleh ibunya. Tak butuh waktu lama Shakira telah berhasil memberikan baju – baju loundrian itu serta mendapatkan upahnya. Beberapa diantaranya memberinya bonus karena kerja Shakira dan ibunya yang selalu tepat waktu serta Shakira mau bersusah payah untuk mengantarnya.

Shakira bersenandung riang sambil menenteng satu bungkusan lagi milik seseorang yang ada di tower seberang rumah susunnya. Karena ingin mempersingkat waktu, gadis itu memilih jalan pintas melewati kebun kecil yang terbengkalai, namun kebun itu dimanfaatkan untuk tempat parkir bagi penghuni rumah susun dan warga sekitarnya.

"Ibu Jasmine atau tuan Rudolf? Kok bisa mama sampai dapet customer jauh begini sih?! Dan kayaknya dia orang asing? Ah sudahlah. Yang penting habis ini beli makanan buat mama, hehe...'' Batin Shakira sangat senang saat ia membawa pulang banyak bonus untuk ibunya.

Saat melewati kebun kosong itu, Shakira tak menyadari beberapa pasang mata sedang menatapnya dengan tajam, hingga gadis itu memasuki halaman tower rumah susun yang ia tuju. Setelah menemukan alamat yang di tuju Shakira mencoba mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat itu.

Untuk beberapa saat menunggu akhirnya pintu itu terbuka dan Shakira menghadapi sosok laki – laki asing yang sangat tampan. Walau sempat terkesima, ia tahu laki – laki yang ada dihadapannya itu adalah customer yang harus dijaganya, dan Shakira segera pamit dengan baik – baik walau laki – laki itu memaksanya masuk untuk sekedar minum dan makan kue.

Shakira tetap menahan sabar dan berbicara baik – baik saat laki – laki itu berani menarik tangannya dengan paksa agar ikut masuk ke dalam rumah susun yang lebih mewah dari tower yang Shakira tinggali. Akan tetapi laki – laki itu mulai merayu dan ingin mencium Shakira dengan paksa, mau tak mau Shakira mencoba berontak dan berteriak.

Belum sempat laki – laki itu merengkuhnya Shakira berhasil menendang alat vital laki – laki itu dengan kuat yang membuatnya langsung tersungkur kesakitan. Hal itu dimanfaatkannya berlari meninggalkan tempat itu. Namun sial, laki – laki itu masih sempat menarik kakinya hingga membuatnya terjatuh. Shakira meronta – ronta sambil terus berteriak minta tolong.

Sekali lagi Shakira berhasil menendang orang itu dan membuatnya menjauh. Di ujung lorong itu ia melihat beberapa orang berjas hitam berjalan cepat ke arahnya karena mendengar teriakannya. Merasakan ada yang tak beres Shakira segera berlari meninggalkan tempat itu. Ia sengaja berlari memutar arah dan memilih jalan terjauh, bahkan ia keluar dari area rumah susun itu dan menuju pasar malam yang ada di belakang towernya.

Dengan napas memburu gadis itu bersembunyi dan berbaur dengan beberapa pedagang yang ramai pembeli dalam keadaan kalut dan bingung. Lalu ia memutuskan untuk memasuki tenda makan yang ada di samping pintu masuk tower rumah susun itu. Sambil terengah gadis itu memesan minuman dingin kepada penjual makanan itu.

"Loh Shaki? Kok tumben? Sendirian aja?'' Sapa sang penjual yang sudah mengenal Shakira dan ibunya sejak mereka tinggal disitu.

"Hah...hah... Aahh iya bang''

"Ada apa? Kok ngos – ngosan gitu?''

"Hahaha... Nggak apa - apa, tadi lihat hantu hahaha...''

"Hahaha... Baru jam segini, mana ada hantu sih? Kamu ini ada – ada aja Shaki hahaha...''

Mereka tergelak bersama mendengar Shakira yang asal bicara.

Untuk beberapa saat Shakira berdiam di tenda makan itu hingga ia melihat dua mobil mewah yang keluar dari gerbang rumah susun itu.

"Siapa mereka? Apa mereka orang – orang penagih utang itu? Padahal kan kata mama, perjanjiannya sudah selesai dengan mereka mengambil alih semua saham papa dan kakek? Lalu apa lagi?!'' Batin Shakira berkecamuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status