Share

Bab 6 Kiss Mark

Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah.

"Nona sudah sadar?''

Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya.

"Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu.

"Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat.

"Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.

Cklek!

Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya. Wanita itu terlihat sangat luwes dan berwibawa dengan setelan jas dan rambut yang tersanggul rapi.

"Nona Shakira, anda sudah siuman? Oh apa anda baik – baik saja? Apa ada yang sakit? Aaahh Amelia kenapa kau tidak memberitahuku kalau nona sudah siuman?'' ucap wanita itu beralih kepada asisten rumah tangga yang masih muda itu. Gadis itu nampak gugup dan terbata – bata.

"Eeehh... Saya baru bangun saat nona ini datang dan kebetulan Ibu juga datang.'' sahut Shakira membela Amelia yang terlihat ketakutan.

"Aaahh nona...'' wanita itu melihat Shakira dengan tatapan kagum, wanita itu tahu Shakira berusaha membela Amelia.

"Ini dimana bu?'' Shakira menyela sambil bangkit dari tempat tidur besar dan megah itu yang langsung di cegah oleh para wanita itu.

"Tidak nona, anda masih belum sehat benar. Tadi dokter dan tuan sudah berpesan pada saya, anda jangan ke mana – mana dulu sampai anda pulih.

Oh iya, mohon perkenalkan nama saya Anna, saya kepala urusan rumah tangga di rumah ini. Saya yang akan mengurus semua keperluan anda bersama Amelia, dan juga beberapa asisten yang lain. Nanti saya akan panggil mereka untuk berkenalan dengan anda nona. Tapi untuk saat ini anda harus makan dan minum obat terlebih dahulu.''

Shakira hanya melongo bengong mendengar penjelasan panjang lebar wanita itu, seolah ia adalah sales sebuah produk unggulan yang bermutu. Shakira sama sekali tak bisa memotong perkataan wanita itu yang berbicara seolah hanya dalam satu tarikan napas.

"Ah iya, sepertinya saya kelaparan.'' jawab Shakira sekenanya sambil tersenyum malu - malu, berbarengan dengan perutnya yang kerucukan.

Bukannya membuat tertawa, hal itu malah membuat panik Anna dan Amelia. Dengan sigap Anna memerintahkan Amelia untuk menelepon seseorang dari dapur untuk membawa baki makanan yang sudah disiapkan. Sementara ia langsung menyiapkan air hangat untuk menyeka Shaki.

Shakira sangat canggung dan merasa tak enak hati, ia pun baru menyadari ia telah berganti pakaian dengan piyama tidur yang cantik dan berbahan lembut. Gadis itu hanya diam saat kedua wanita itu sibuk melayaninya bak seorang putri, dia hanya menelan kebingungannya dalam diam.

"Nona Shakira, jika ada yang mengganggu pikiran anda mohon sampaikan saja. Apa airnya kurang hangat? Biar saya ganti yang baru?'' Anna menatap Shakira yang terlihat memikirkan sesuatu dan itu sangat mengganggunya.

"Ah tidak bu Anna. Terima kasih. Saya hanya bingung, ini sebenarnya di mana dan... Dan... Oh iya ini jam berapa? Kenapa saya harus diseka air hangat? Saya tidak sedang sakit bu, saya hanya pingsan, mungkin karena kelaparan saja hehe...'' Shakira mengernyit dengan tanda memohon. Anna tersenyum penuh simpati. Sementara Amelia membawa baki makanan yang baru datang dari salah satu pelayan dari dapur.

"Ini sudah lewat tengah malam nona, makanya saya tidak memperbolehkan anda untuk mandi. Dan sekarang setelah makan dan minum obat, anda harus kembali untuk beristirahat, biar besok anda bisa tampil segar dan cantik.'' papar wanita yang keibuan itu dengan senyum yang memancarkan aura yang tak bisa di bantah.

Tanpa banyak bertanya lagi Shakira melahap makanan dengan antusiasnya. Sup jagung dan asparagus yang hangat, sepiring kentang goreng dan daging panggang dengan saus yang terlihat nikmat membuat Shakira teringat akan sesuatu yang hilang.

Nasi. Dia tak melihat nasi dalam menu makanan itu. Akan tetapi entah mengapa semua terasa mengenyangkan dan nikmat. Berkali – kali Shakira harus diingatkan untuk makan dengan pelan tanpa terburu – buru seperti kebiasaannya. Lalu setelah meminum beberapa obat, ia kembali merebahkan dirinya sesuai perintah sang kepala rumah tangga.

Akan tetapi kepura – puraan Shakira tak berlangsung lama. Begitu kedua wanita itu keluar dari pintu kamar, gadis itu segera melompat dari ranjang yang besar dan tinggi. Lalu ia menuju jendela dan membuka korden yang mewah untuk mencari tahu di mana ia berada.

Hah? Apa itu? Laut? Itu bener – bener laut? pekik Shakira dalam hati saat melihat pemandangan di luar yang menunjukkan sesuatu yang mustahil.

Karena semakin penasaran, akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar kamar. Ia mendapati sebuah ruangan seperti perpustakaan kecil sekaligus ruang kerja yang tak terlalu besar. Benar saja, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, yang membuat Shakira terperanjat saat dentang jam besar di ujung ruangan itu berdentang dua kali dengan nyaring.

Shakira dengan langkah cepat menuju pintu penghubung ruangan, lalu ia menemukan lorong kecil yang mengarah ke sebuah pintu lagi. Lalu tanpa pikir panjang ia membukanya dan lagi – lagi ia terpekik kaget saat melihat isi ruangan itu.

Sebuah ruangan yang sangat besar, megah dan mewah. Dengan lampu yang temaram ia masih bisa melihat beberapa kursi besar yang mengelilingi sebuah meja panjang yang ada di tengah ruangan besar itu. Tanpa memperhatikan detail lagi, ia berjalan lurus menuju jendela yang ada di ujung ruangan itu. Ternyata sebuah balkon.

Oh! Itu benar – benar laut! Indah sekali!

Debur ombak yang sesekali terdengar membuat jantung Shakira berdegup lebih tenang dari sebelumnya. Baginya memandang pinggiran pantai dan laut adalah suatu kemewahan tersendiri baginya, ia ingin berlama – lama di tempat itu.

Akan tetapi, tak lama setelah itu ia berubah pikiran karena hawa dingin yang menyeruak serta menusuk tulang membuatnya bersin berkali - kali. Ia ingin kembali ke kamarnya semula karena ia mulai merasakan pusing yang membuatnya berkunang - kunang. Hingga gadis itu memaksa berjalan masuk tanpa menutup jendela balkon itu.

Oooohh... Kenapa ini? Kepalaku kenapa tiba – tiba berkunang – kunang begini? batinnya kebingungan sambil berpegangan pada sebuah lemari pajangan.

Lalu Shakira duduk sebentar di sebuah kursi kecil terdekat dengan pintu. Setelah merasa kuat, lalu ia berjalan menyusuri pintu dan lorong,  lalu ia membuka pintu kamar yang ada di ujung ruangan.

Walau sempat heran, dengan keadaan kamarnya yang terasa lebih dingin dan gelap dari sebelumnya, Shakira tetap berjalan menuju tempat tidur yang berada di pojok ruangan itu dan memasuki selimut tebal dengan nyaman. Tak berapa lama ia pun tertidur dengan nyenyak tanpa tahu apa yang telah ia lakukan.

Shakira terhenyak merasakan ada hembusan udara yang hangat menyentuh lehernya yang jenjang lalu mengecapnya. Gadis itu mendesah dengan malas. Namun, ketika sesuatu yang kenyal dan hangat menyentuh kulit lehernya dengan lembut membuat gadis itu menggeliat, lagi dan lagi. Dengan berat Shakira membuka matanya dan mendapati seorang laki – laki tampan dengan sorot mata yang gelap dan dalam. Shakira tersentak dan ingin berteriak namun dengan cepat laki – laki itu membungkam mulutnya dengan ciumannya yang dalam.

Shakira mengerang di tenggorokannya. Gadis itu menggeliat ingin melawan, akan tetapi laki – laki itu telah meletakkan berat badannya diatas tubuh Shakira dan mengunci kedua tangan Shakira. Laki – laki itu terus mencumbu bibir Shakira hingga terengah, lalu ciuman laki – laki itu bergeser di pipi dan terus turun ke lehernya hingga ke dadanya yang sudah mengeras.

"Aaagkk... Eeehmmm...'' erang Shakira merasakan ciuman itu mendarat di lehernya dan bergeser ke dua aset kembarnya.

Aaahhkg... Sejak kapan? Tunggu, sejak kapan bajuku terbuka? Ooohh... tidak! Tapi... Aaahh...

Enak!

Shakira menjerit dalam hati yang hanya bisa pasrah menerima segala sentuhan dan cumbuan laki – laki itu. Hingga tanpa sadar kedua tangan Shakira yang terbebas meremas rambut lambut laki – laki itu.

Shakira menggelinjang saat ciuman laki – laki itu terus turun dan menyusuri perutnya yang rata. Gadis itu mengerang dan meronta karena sentuhan dan remasan jari jemari perkasa sang pria. Lalu dia kembali kepada Shakira dan langsung mengunci bibirnya yang padat berisi dan ranum.

Laki – laki itu mengecap dan menjelajahi seluruh isi mulut Shakira, seolah ingin melahap gadis itu. Shakira terengah sambil menerima ciuman laki – laki itu yang makin menuntut membuat otak Shakira kosong dan mulai hilang kendali.

Shakira merasakan panas di sekujur tubuhnya disertai basah di bagian bawah. Shakira terengah dan mulai lemas, namun laki – laki itu tak ingin menyudahi pagutan bibir mereka seolah ia dalam keadaan yang sangat lapar.

BRAK!

KLIK!

"Ooohh nonaaa! Oooh syukurlah, anda ada disini! Oh syukurlah, nona sudah ketemu!''

Terdengar keributan di luar kamar yang mulai mereda.

''Nonaaa... Kenapa anda tidur di sini?''

Shakira tersentak dari tidurnya dengan kebingungan. Gadis itu terengah dan menatap seseorang yang datang tergopoh – gopoh dengan wajah pucat pasi.

Hah? Apa yang terjadi? batin Shakira sambil celingukan menatap sekelilingnya.

Ternyata Amelia. Akan tetapi gadis itu terlihat seperti habis menangis.

"Ada apa ini?'' Shakira menatap Amelia dengan bingung.

"Kenapa anda tidur di sini nona? Saya pikir nona hilang, saya sangat panik. Semua orang sedang mencari nona! Oh Tuhan! Balkon itu terbuka! Saya takut nona... Ooohh... Nonaaaa....'' papar Amelia gugup sekaligus lega karena berhasil menemukan Shakira. Gadis itu berkaca – kaca karena lega.

"Loh? Memangnya aku...'' Shakira memperhatikan sekeliling ruangan itu. Tampak asing dan maskulin. Ia juga meraba baju tidurnya yang masih utuh seolah tak tersentuh. Tetapi ia kebingungan saat meraba bibirnya yang terasa bengkak.

Jadi itu tadi hanya mimpi? Tapi siapa laki – laki itu? Semuanya terasa sangat nyata.  Pikir Shakira tetap larut dalam kebingungannya.

"Nona, anda salah masuk kamar.''

"Apa? Jadi aku ini bukan di kamarku yang tadi?''

"Nona, ini sudah pagi.''

"Apa?''

"Mari, sebaiknya kita bergegas kembali ke kamar anda. Nona harus segera sarapan dan bersiap.''

Amelia setengah memaksa Shakira yang masih kebingungan sambil memperhatikan kamar mengesankan kegelapan karena dominasi warna hitan dan putih saja. Tiba – tiba ia menggigil teringat mimpinya.

Saat melintasi ruangan mata Shakira tertumbuk pada bayangan dirinya di cermin. Shakira segera berlari mendekati cermin besar yang menempel pada dinding kamar itu. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa tanda merah di lehernya.

Tidak! Ini bukan mimpi!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status