Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...
Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.
Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.
Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.
Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!
Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.
Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemandangan yang sangat kontras untuk di pandang mata dengan hadirnya mobil mewah itu.
Shakira menahan napasnya, melihat seseorang berjas hitam dan berkacamata hitam turun dari sebelah bangku sopir. Laki – laki berbadan tinggi tegap itu tanpa suara membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Shakira untuk memasuki mobil. Bergegas Shakira memasuki mobil dan duduk diam.
Setelah laki – laki itu menutup pintu mobil, ia kembali duduk di sebelah sopir yang hanya tetap diam. Mereka berpakaian sama persis, hampir terlihat kembar karena bentuk fisik dan rambut mereka pun sama.
Shakira mencoba mengacuhkan hal itu, tetapi dengan memperhatikan ciri – ciri para pelaku ia berharap akan menemukan petunjuk walau sekecil apapun mengenai dalang dibalik penculikan ibunya.
Shakira mengira – ngira dalam ingatannya, menelisik masa lalu hidup mereka dulu saat ia dan ibunya yang terusir dari rumah mereka karena tiba – tiba ada sekelompok orang yang datang ke rumah dan menyatakan ayah Shakira berhutang sangat besar kepada sebuah perusahaan. Mereka bukan saja menginginkan rumah dan seisinya, namun mereka juga menginginkan Shakira yang saat itu masih memasuki usia remaja.
Bertahun - tahun ia harus hidup berpindah – pindah tempat tinggal untuk menghilangkan jejak dan bersembunyi. Dan kini ibunya tertangkap. Shakira tak bisa tinggal diam, kini ia harus melindungi ibunya.
Semangat dalam hatinya begitu membara bercampur aduk dengan emosi, amarah dan kebingungan. Akibatnya tanpa sadar ia menghela napas dengan kasar berkali – kali. Hingga salah seorang laki – laki yang duduk di bangku depan berdeham yang membuat Shakira terlonjak kaget.
Sialan! Bikin kaget saja sih!
Sepanjang jalan Shakira larut dalam kenangan masa lalunya, bayangan sosok ayah dan kakeknya yang mulai kabur perlahan kembali terlihat jelas. Betapa mereka begitu mencintainya. Semua terlihat sangat sempurna dan indah hingga kecelakaan yang merenggut ayah, kakek dan sekaligus kebahagiannya. Kini sedikit kebahagiaan yang berhasil direngkuhnya dengan susah payah kembali akan terenggut oleh sebuah tangan raksasa.
Shakira mencoba menahan degup jantungnya yang tak karuan, membayangkan apa yang akan ia hadapi. Ia tahu ia akan berhadapan dengan seorang penguasa. Walaupun begitu tekadnya sudah bulat, ia akan menyelamatkan ibunya apapun tebusannya. Gadis itu menahan gelisah, sambil sesekali melirik ke arah depan mobil.
Dan tanpa terasa mobil memasuki pekarangan sebuah kebun besar nan rimbun mirip seperti hutan kecil di pinggiran kota yang menutupi sebuah bangunan megah yang tersembunyi di tengahnya.
Shakira mengernyitkan wajahnya, ia benar – benar tak menyadari karena terlalu larut dalam pikirannya yang berkecamuk. Gadis itu celingukan mencoba mencari petunjuk, dan ia sangat menyesal karena tak memperhatikan petunjuk arah di sepanjang jalan yang telah mereka lewati.
Mobil berhenti di sebuah bangunan yang lebih kecil dari bangunan utama yang terhubung dengan sebuah jalan setapak dan sebuah taman yang diterangi lampu yang terlihat indah dan remang – remang. Akan tetapi segala keindahan itu tak terlihat di mata Shakira yang tertutup oleh rasa panik dan kekhawatiran tentang peristiwa yang sedang dihadapinya.
Setelah turun dari mobil Shakira berjalan dengan diapit oleh kedua laki – laki itu. Malam semakin larut membuat hawa dingin menyeruak di sekitar tempat itu, serta suara gesekan pepohonan mengakibatkan gemerisik dedaunan yang lembut terdengar sangat ramai di telinga Shakira yang menahan ketegangan dalam hati. Gadis itu agak terlonjak, namun ia segera menguasai dirinya saat laki – laki di sebelah kanannya menegurnya.
"Anda baik – baik saja nona?''
Sebuah pertanyaan yang aneh dan tak pada tempatnya melihat kondisi Shakira saat itu. Shakira mengernyit masam tanpa menjawab, membuat laki – laki itu canggung dan berdehem.
"Yang benar saja! Bagaimana mungkin aku baik – baik saja dalam keadaan seperti ini!'' Akhirnya Shakira membuka suara dengan kesal.
"Lagipula, kenapa harus menculik mamaku segala sih? Kalau memang ini masalah hutang papaku dulu kenapa harus dengan cara seperti ini?'' lanjutnya sambil tetap mengikuti kedua laki – laki itu memasuki sebuah bangunan yang lebih tepat disebut dengan vila yang dipenuhi dengan perabotan barang – barang antik.
Shakira terdiam dan memperhatikan ke sekeliling ruangan itu. Ada desiran aneh dalam dirinya, akan tetapi ia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Lalu seorang laki – laki yang bertampang kaku mempersilakan Shakira untuk duduk di sebuah meja tulis yang ada di salah satu sudut kamar itu. Tak berapa lama kemudian, seseorang memasuki ruangan itu membawa sebuah map mewah dan diserahkan kepada Shakira.
Shakira memperkirakan laki – laki itu berumur akhir tiga puluhan, namun ia tak yakin karena tampang kaku laki – laki itu menunjukkan keluwesan sekaligus wibawa seseorang yang berumur diatas empat puluhan.
"Selamat malam nona Shakira, perkenalkan nama saya Max, saya akan menjelaskan kenapa anda dibawa kesini.'' Max berdehem memperkenalkan diri dengan sopan. Shakira melongo bengong.
Sejak kapan penculik sesopan ini? Apa ini jebakan? Tidak! Tidak! Aku harus tetap waspada! Aku tidak boleh lengah sedikit pun!
Pikir Shakira kembali kepada kesadarannya akan ibu yang masih belum diketahui keberadaannya.
"Ini ada beberapa dokumen yang harus nona tanda - tangani. Semua tertera dalam dokumen ini, jadi mohon anda membacanya dengan seksama terlebih dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan anda. Silahkan anda bertanya jika ada yang nona ingin tanyakan, saya akan menunggu di sini.'' Laki – laki itu kembali berdeham dengan sopan setelah meletakkan map beludru dan sebuah pulpen mewah berwarna emas dengan logo sebuah perusahaan.
Shakira menatap kedua benda itu dengan tatapan menyelidik, namun enggan buru – buru meraihnya.
"Bebaskan mamaku dulu! Apa buktinya kalau mamaku baik – baik saja?'' Shakira mencoba bersiasat. Laki – laki itu tersenyum.
"Anda harus menandatangani surat perjanjian menikah lebih dulu sebelum bertemu ibu anda nona...''
"APA?! MENIKAH?!" jerit Shakira terengah kepada Max. Laki – laki itu mengangguk kaku dan menunjuk dengan jempolnya sebuah dokumen yang ada dalam map mewah yang terletak di atas meja yang harus di tanda tangani Shakira.
"Dengan siapa aku akan menikah?! Ini benar – benar tak masuk akal!'' protes Shakira sambil meraih setumpuk dokumen itu untuk dibaca. Merasa tak ada yang mau membuka mulut untuk menjawab, Shakira menatap tiga laki – laki bodyguard yang berdiri tersebar di ruangan itu bergantian lalu melemparkan map itu kembali sebelum membacanya.
"Aku menolak!'' bantah Shakira menahan kesal seolah menantang laki – laki yang berperawakan besar yang berdiri di hadapannya.
"Maaf nona, anda tak ada pilihan lain!'' ucap laki – laki bertampang maskulin itu dengan sikap tegas, lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku jasnya dan memencet sebuah nomer telepon. Kemudian ia memencet sebuah tombol dan memperdengarkan sebuah suara.
"Halo... Shakira? Nak?''
"Mama...? MAMA! MAMAAAA? APA MAMA BAIK – BAIK ...." panggil Shakira berteriak panik. Gadis itu mulai kalut, melihat laki – laki itu langsung memutuskan sambungan telepon itu.
"DASAR SIALAN! BEBASKAN MAMAKU! DASAR PENCULIK! KALAU SAMPAI TERJADI APA – APA PADA MAMA, AWAS SAJA KALIAN!'' raung Shakira dengan lantang mengancam ketiga laki – laki itu yang nampak terkejut, karena melihat keberanian Shakira walaupun ia bukan dalam posisi yang bisa mengancam orang lain, namun keteguhan hatinya terlihat sangat kuat.
"Sebaiknya anda segera menandatangani surat perjanjian itu, sebelum terjadi apa – apa pada ibu anda, nona.'' tegur Laki – laki itu lebih terdengar seperti memohon daripada mengancam. Sesaat Shakira merasakan perbedaan itu, namun ia mengabaikannya karena kembali memikirkan ibunya yang ada dalam kuasa mereka.
"Dasar pengecut! Kalian beramai – ramai melakukan cara licik hanya untuk menghadapiku! Siapapun kalian aku tak akan mengampuni kalian jika sedikit saja kalian menggores mama! Siapapun bos kalian aku nggak akan takut!'' tantang Shakira dengan nada suara yang dalam dan syarat akan emosi.
Sekujur tubuhnya gemetar karena menahan amarah yang tak bisa ia bendung lagi dan meraih map mewah itu dengan kasar. Ia mencoba menahan buliran airmata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Sebaiknya anda baca baik – baik dulu nona...'' sergah Max saat melihat Shakira dengan ceroboh membubuhkan tanda tangannya pada lembaran kertas – kertas dokumen itu tanpa membaca sedikit pun isinya. Entah apapun itu Shakira sudah tak mempedulikannya lagi, yang ia pikirkan hanyalah keselamatan ibunya dari tangan penculik itu.
"Sekarang dimana mamaku? Bebaskan mamaku! Aku sudah melakukan permintaan kalian kan?'' suara Shakira terdengar melemah dan gemetar.
"Maaf nona, sesuai perintah anda harus menikahi... ekhem... harus menikah lebih dulu maka kami akan membebaskan ibu anda.''
"Tsk...'' Shakira memasang wajah masam namun tak berdaya.
Max mengambil map perjanjian yang telah ditandatangani oleh Shakira dan memberikannya pada laki – laki yang berdiri tak jauh di belakangnya dan laki – laki itu pun bergegas meninggalkan ruangan.
"Sekarang nona ikut kami, kami akan membawa nona ke ruangan yang disiapkan khusus untuk nona.''
"Siapa dia?''
"Maaf?''
"Siapa yang harus kunikahi?''
"Maaf nona namanya sudah tertera di dalam map tadi. Jadi...''
"Tinggal bilang saja apa susahnya sih. Aaaahh sudahlah! Siapapun dia aku mau mamaku! Aku... Aahh...'' Tiba – tiba Shakira terhuyung dan pandangannya jadi buram.
"Nona... Nona apa anda baik – baik saja?! NONAAAA.......!''
Shakira jatuh pingsan.
Shakira mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka mata sepenuhnya. Gadis itu terlonjak kaget dan bingung saat menyadari ia terbangun di sebuah kamar yang sangat indah dan penuh perabotan mewah."Nona sudah sadar?''Shakira menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari seorang wanita muda yang baru saja memasuki ruangan itu dan sedang berjalan ke arahnya. Wanita muda itu nampak antusias menyambutnya."Ini ... Dimana? Kamu siapa?'' Shakira mencoba bangkit namun langsung di cegah oleh wanita muda yang memakai seragam seorang asisten rumah tangga itu."Aaah ini, ini di kamar anda nona. Dan saya Amelia, yang akan merawat dan membantu segala kebutuhan nona.'' jawab Amelia menunduk penuh hormat."Apa?'' Belum sempat Shakira bertanya lebih jauh, tiba – tiba seseorang membuka pintu.Cklek!Pintu terbuka dan tertutup. Kali ini seorang wanita lebih tua dengan rambut putih yang menutupi hampir seluruh kepala datang dengan sikap anggunnya.
Dengan perasaan malu, Shakira mengamati dirinya di depan cermin kamar mandi. Ia benar – benar melihat tanda bekas ciuman seseorang. Bukan hanya satu, ada beberapa di leher, pundak dan dadanya. Shakira merabanya, ada getaran aneh yang ia rasakan. Ia juga meraba bibirnya yang terasa lebih tebal dan bengkak. Pikirannya kembali melayang mimpinya semalam, sentuhan dan remasan. Ah tidak! Cumbuan dan ciuman itu! Ah sialan kenapa aku tak bisa melupakannya! Kamar siapa itu? Tapi tak ada siapa pun di sana? batin Shakira penasaran, lalu segera memakai baju yang ia dapatkan dari Amelia. Oh tidak! Apalagi ini? Kenapa sepagi ini harus memakai gaun resmi seperti ini segala? Shakira menggerutu dalam hati. Lebih – lebih potongan baju yang agak rendah itu tak bisa menutupi tanda merah di leher dan pundaknya. Ah sial! Sepertinya aku harus memakai syal tinggi untuk menutupinya. Aaahh tapi pasti akan terlihat aneh kan? Ini masih terlalu pagi! gerutunya dal
"Ada apa ini? Kalian sepertinya sudah saling mengenal, tapi kakek rasa bukan dalam keadaan baik. Apa itu benar?'' Kakek Othman memandang keduanya bergantian.Spontan Shakira menghela napas dengan kesal dan menceritakan kejadian saat pertama kali bertemu Axel, seperti anak kecil yang sedang mengadukan kenakalan kakaknya pada orang tuanya. Kakek Othman mendengarnya dengan antusias di selingi gelak tawanya menatap Shakira yang bersungut - sungut."Ya, mau bagaimana lagi. Axel lagi bosan kek. Apalagi saat tahu kalau dia pandai berkelahi, makanya Axel iseng sekalian saja,'' sahut Axel dengan santai sambil duduk di seberang kursi kakeknya."Iseng! Yang benar saja!'' Shakira bersedekap defensif dan memandang Axel dengan masam, akan tetapi laki – laki tampan berlesung pipi itu mengabaikannya dengan sikap santainya. Bahkan ia meneguk teh manisnya yang telah dingin."Iya kek! Coba kakek lihat sendiri, saat dia menghajar penjambret di jalanan, lalu mengh
Vila diatas bukit yang sebagian besar menampilkan wajah lautan yang tenang itu kini tiba – tiba berubah hingar bingar dengan berbagai macam hiasan yang meriah nan indah, serta beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga besar Othman dan teman terdekat kakek Othman. Walaupun begitu, rasanya sangat berbeda dengan keseharian rumah peristirahatan itu yang selalu sepi dan tenang.Walaupun dengan serangkaian acara dan perjamuan hari yang melelahkan, namun bagi Axel yang melihat kecantikan Shakira yang sempurna dengan balutan gaun putihnya yang sangat indah membuatnya tetap bersemangat dengan segala kebisingan dan kemeriahan pesta tertutup itu. Hari ini Shakira terlihat sangat memukau dan sempurna dengan riasan tanpa cacat dan hiasan bunga yang menghiasi rambutnya yang tersanggul dengan indah.Walau selalu bersama, Axel selalu mencuri – curi pandang pada Shakira yang sibuk menyalami tamu atau berbicara dengan mereka yang sebagian besar adalah keluarga Othman
"Ehm... Hoaheeeeemmm.....'' Shakira menggeliat dengan manja dan merentangkan tangannya dengan bebas. Namun, ia merasakan tubuhnya terasa sangat berat seolah ada batu besar yang menimpanya. Perlahan – lahan gadis itu membuka lentik kedua matanya. Shakira tersentak dari tidurnya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tertidur tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Dengan panik Shakira membungkus dirinya dalam selimut dan menyalakan lampu tidur yang ada di meja samping ranjang. Gadis itu menahan gusar karena ia tak mengingat apapun yang terjadi. Oh tidak! Apa yang sudah terjadi? Apa aku dan Axel sudah ...? Oh tidak! Shakira menggigit bibirnya menahan isaknya, ia mencoba menenangkan dirinya untuk mengingat apa yang terjadi, namun ia tak bisa mengingat apapun. Kosong dan gelap. Shakira memaksakan dirinya untuk bangkit dan membasuh dirinya, ia berendam cukup lama untuk menenangkan dirinya jika saja hal terburuk yang ia pikirkan benar –
"Hei, bagaimana kalau kita menonton itu bersama?'' Axel tersenyum miring melihat Shakira mengernyit masam."Ini semua gara – gara kamu!''"Aku? Kenapa jadi aku yang salah?'' Axel memasang tampang tak berdosa."Kau membohongiku? Kenapa kau kirim foto malam pertama kita? Padahal kan kita tidak melakukannya! Karena, aku tak bisa mengingat apapun!'' Shakira tak menyadari apa yang ia bicarakan membuat Axel makin membara seperti api yang tersulut bensin. Axel langsung menindihnya dan mengunci kedua tangannya."Aahh jadi kau menginginkan malam pertama yang sebenarnya?'' Senyum Axel mulai mengembang, ''dan kupastikan semua itu tak akan pernah terlupakan seumur hidupmu sayang.''"Jangan harap! Justru aku ingin memastikan kebenarannya!'' Shakira memberontak."Ya, memang menyedihkan, di malam pertama pernikahanku, istriku malah tidur sangat pulas. Apalagi yang bisa aku lakukan selain menciuminya? Yah, aku melakukan itu hanya ingin menandai kepemi
Makan malam telah terhidang di meja makan. Namun, hanya Shakira yang sedang asyik menikmati makan malamnya. Dua piring yang telah disediakan diatas meja masih dalam keadaan tertelungkup, karena sang empunya belum menampakkan batang hidungnya. Untuk itulah Shakira sengaja makan lebih awal karena ingin buru – buru menyelesaikan aktivitasnya agar bisa menghindari kedua kakak beradik itu.Dengan perasaan lega Shakira meneguk air putih di tangannya, lalu bangkit berdiri setelah merapikan mulutnya dengan tisu. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan menjauhi meja ia mendengar sayup – sayup suara laki – laki sedang berbicara di telepon datang mendekat dengan bahasa Inggris yang sangat kental.Oh tidak! Ada yang datang! Sebaiknya aku jalan memutar melewati lorong samping. Siapa ya? Axel atau Aksa? Tadi Amelia bilang, mereka pergi bersama. Terserahlah, siapa pun itu aku tak mau bertemu mereka untuk saat ini.Shakira berjalan cepat menuju arah berlawana
Shakira terbangun dengan badan remuk redam, seolah ia habis tergilas oleh sesuatu yang besar dan kuat. Gadis itu membuka mata perlahan, celingukan dan bangkit untuk duduk, namun usahanya terhalang sebuah tangan yang terkulai memeluk pinggangnya yang ramping. Shakira tersentak kaget, saat melihat Axel dengan wajah polosnya tertidur di sampingnya.Shakira membekap mulutnya setelah menyadari apa yang terjadi. Apalagi saat ia melihat warna merah di sprei. Airmata mulai mengembang di kedua mata indahnya. Sambil menggigit bibirnya, Shakira memindahkan lengan Axel dengan perlahan – lahan agar menjauhi pinggangnya lalu ia bangkit dari ranjang sambil membelit tubuhnya yang polos dengan selimut.Kenapa semua ini bisa terjadi? Bahkan aku tak menyadari baju – bajuku lepas dari tubuhku begitu saja? Oh mama, doakan aku agar segera terlepas dari pernikahan ini. Pernikahan dengan laki – laki brengsek seperti Axel. Oh sakit. Badanku serasa remuk redam. Ini kan hanya p