Share

Bab 5 Surat Perjanjian

Ya Tuhan... Kumohon pertolongan Mu, selamatkanlah mama...

Shakira mulai menitikkan airmata. Sekuat apapun dia jika sesuatu menimpa ibunya, ia akan hancur berkeping – keping.

Segala yang ia lakukan demi kebahagiaan ibunya yang kini sakit – sakitan akibat jantung lemah sejak kepergian ayah Shakira yang mengalami sebuah kecelakaan pesawat dalam perjalanan bisnis bersama kakeknya, serasa tak ada artinya jika ia tak bisa menjaga ibunya dengan benar.

Dan kini ibunya berada dalam bahaya di tangan seorang penculik atau bahkan lebih dari satu orang.

Tidak! tidak ada waktu buat menangis! Aku harus kuat demi mama, apapun yang terjadi. Aku harus bisa menyelamatkan mama!

Sumpah Shakira dalam hati memantabkan diri. Gadis itu berlari ke gerbang utama rumah susun dan berdiri menunggu dengan tenang.

Benar saja, tak berapa lama kemudian sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat memasuki jalanan rumah susun sederhana yang mengesankan pemandangan yang sangat kontras untuk di pandang mata dengan hadirnya mobil mewah itu.

Shakira menahan napasnya, melihat seseorang berjas hitam dan berkacamata hitam turun dari sebelah bangku sopir. Laki – laki berbadan tinggi tegap itu tanpa suara membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Shakira untuk memasuki mobil. Bergegas Shakira memasuki mobil dan duduk diam.

Setelah laki – laki itu menutup pintu mobil, ia kembali duduk di sebelah sopir yang hanya tetap diam. Mereka berpakaian sama persis, hampir terlihat kembar karena bentuk fisik dan rambut mereka pun sama.

Shakira mencoba mengacuhkan hal itu, tetapi dengan memperhatikan ciri – ciri para pelaku ia berharap akan menemukan petunjuk walau sekecil apapun mengenai dalang dibalik penculikan ibunya.

Shakira mengira – ngira dalam ingatannya, menelisik masa lalu hidup mereka dulu saat ia dan ibunya yang terusir dari rumah mereka karena tiba – tiba ada sekelompok orang yang datang ke rumah dan menyatakan ayah Shakira berhutang sangat besar kepada sebuah perusahaan. Mereka bukan saja menginginkan rumah dan seisinya, namun mereka juga menginginkan Shakira yang saat itu masih memasuki usia remaja.

Bertahun - tahun ia harus hidup berpindah – pindah tempat tinggal untuk menghilangkan jejak dan bersembunyi. Dan kini ibunya tertangkap. Shakira tak bisa tinggal diam, kini ia harus melindungi ibunya.

Semangat dalam hatinya begitu membara bercampur aduk dengan emosi, amarah dan kebingungan. Akibatnya tanpa sadar ia menghela napas dengan kasar berkali – kali. Hingga salah seorang laki – laki yang duduk di bangku depan berdeham yang membuat Shakira terlonjak kaget.

Sialan! Bikin kaget saja sih!

Sepanjang jalan Shakira larut dalam kenangan masa lalunya, bayangan sosok ayah dan kakeknya yang mulai kabur perlahan kembali terlihat jelas. Betapa mereka begitu mencintainya. Semua terlihat sangat sempurna dan indah hingga kecelakaan yang merenggut ayah, kakek dan sekaligus kebahagiannya. Kini sedikit kebahagiaan yang berhasil direngkuhnya dengan susah payah kembali akan terenggut oleh sebuah tangan raksasa.

Shakira mencoba menahan degup jantungnya yang tak karuan, membayangkan apa yang akan ia hadapi. Ia tahu ia akan berhadapan dengan seorang penguasa. Walaupun begitu tekadnya sudah bulat, ia akan menyelamatkan ibunya apapun tebusannya. Gadis itu menahan gelisah, sambil sesekali melirik ke arah depan mobil.

Dan tanpa terasa mobil memasuki pekarangan sebuah kebun besar nan rimbun mirip seperti hutan kecil di pinggiran kota yang menutupi sebuah bangunan megah yang tersembunyi di tengahnya.

Shakira mengernyitkan wajahnya, ia benar – benar tak menyadari karena terlalu larut dalam pikirannya yang berkecamuk. Gadis itu celingukan mencoba mencari petunjuk, dan ia sangat menyesal karena tak memperhatikan petunjuk arah di sepanjang jalan yang telah mereka lewati.

Mobil berhenti di sebuah bangunan yang lebih kecil dari bangunan utama yang terhubung dengan sebuah jalan setapak dan sebuah taman yang diterangi lampu yang terlihat indah dan remang – remang. Akan tetapi segala keindahan itu tak terlihat di mata Shakira yang tertutup oleh rasa panik dan kekhawatiran tentang peristiwa yang sedang dihadapinya.

Setelah turun dari mobil Shakira berjalan dengan diapit oleh kedua laki – laki itu. Malam semakin larut membuat hawa dingin menyeruak di sekitar tempat itu, serta suara gesekan pepohonan mengakibatkan gemerisik dedaunan yang lembut terdengar sangat ramai di telinga Shakira yang menahan ketegangan dalam hati. Gadis itu agak terlonjak, namun ia segera menguasai dirinya saat laki – laki di sebelah kanannya menegurnya.

"Anda baik – baik saja nona?''

Sebuah pertanyaan yang aneh dan tak pada tempatnya melihat kondisi Shakira saat itu. Shakira mengernyit masam tanpa menjawab, membuat laki – laki itu canggung dan berdehem.

"Yang benar saja! Bagaimana mungkin aku baik – baik saja dalam keadaan seperti ini!'' Akhirnya Shakira membuka suara dengan kesal.

"Lagipula, kenapa harus menculik mamaku segala sih? Kalau memang ini masalah hutang papaku dulu kenapa harus dengan cara seperti ini?'' lanjutnya sambil tetap mengikuti kedua laki – laki itu memasuki sebuah bangunan yang lebih tepat disebut dengan vila yang dipenuhi dengan perabotan barang – barang antik.

Shakira terdiam dan memperhatikan ke sekeliling ruangan itu. Ada desiran aneh dalam dirinya, akan tetapi ia tak bisa mengingatnya dengan jelas. Lalu seorang laki – laki yang bertampang kaku mempersilakan Shakira untuk duduk di sebuah meja tulis yang ada di salah satu sudut kamar itu. Tak berapa lama kemudian, seseorang memasuki ruangan itu membawa sebuah map mewah dan diserahkan kepada Shakira.

Shakira memperkirakan laki – laki itu berumur akhir tiga puluhan, namun ia tak yakin karena tampang kaku laki – laki itu menunjukkan keluwesan sekaligus wibawa seseorang yang berumur diatas empat puluhan.

"Selamat malam nona Shakira, perkenalkan nama saya Max, saya akan menjelaskan kenapa anda dibawa kesini.'' Max berdehem memperkenalkan diri dengan sopan. Shakira melongo bengong.

Sejak kapan penculik sesopan ini? Apa ini jebakan? Tidak! Tidak! Aku harus tetap waspada! Aku tidak boleh lengah sedikit pun!

Pikir Shakira kembali kepada kesadarannya akan ibu yang masih belum diketahui keberadaannya.

"Ini ada beberapa dokumen yang harus nona tanda - tangani. Semua tertera dalam dokumen ini, jadi mohon anda membacanya dengan seksama terlebih dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan anda. Silahkan anda bertanya jika ada yang nona ingin tanyakan, saya akan menunggu di sini.'' Laki – laki itu kembali berdeham dengan sopan setelah meletakkan map beludru dan sebuah pulpen mewah berwarna emas dengan logo sebuah perusahaan.

Shakira menatap kedua benda itu dengan tatapan menyelidik, namun enggan buru – buru meraihnya.

"Bebaskan mamaku dulu! Apa buktinya kalau mamaku baik – baik saja?'' Shakira mencoba bersiasat. Laki – laki itu tersenyum.

"Anda harus menandatangani surat perjanjian menikah lebih dulu sebelum bertemu ibu anda nona...''

"APA?! MENIKAH?!" jerit Shakira terengah kepada Max. Laki – laki itu mengangguk kaku dan menunjuk dengan jempolnya sebuah dokumen yang ada dalam map mewah yang terletak di atas meja yang harus di tanda tangani Shakira.

"Dengan siapa aku akan menikah?! Ini benar – benar tak masuk akal!'' protes Shakira sambil meraih setumpuk dokumen itu untuk dibaca. Merasa tak ada yang mau membuka mulut untuk menjawab, Shakira menatap tiga laki – laki bodyguard yang berdiri tersebar di ruangan itu bergantian lalu melemparkan map itu kembali sebelum membacanya.

"Aku menolak!'' bantah Shakira menahan kesal seolah menantang laki – laki yang berperawakan besar yang berdiri di hadapannya.

"Maaf nona, anda tak ada pilihan lain!'' ucap laki – laki bertampang maskulin itu dengan sikap tegas, lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku jasnya dan memencet sebuah nomer telepon. Kemudian ia memencet sebuah tombol dan memperdengarkan sebuah suara.

"Halo... Shakira? Nak?''

"Mama...? MAMA! MAMAAAA? APA MAMA BAIK – BAIK ...." panggil Shakira berteriak panik. Gadis itu mulai kalut, melihat laki – laki itu langsung memutuskan sambungan telepon itu.

"DASAR SIALAN! BEBASKAN MAMAKU! DASAR PENCULIK! KALAU SAMPAI TERJADI APA – APA PADA MAMA, AWAS SAJA KALIAN!'' raung Shakira dengan lantang mengancam ketiga laki – laki itu yang nampak terkejut, karena melihat keberanian Shakira walaupun ia bukan dalam posisi yang bisa mengancam orang lain, namun keteguhan hatinya terlihat sangat kuat.

"Sebaiknya anda segera menandatangani surat perjanjian itu, sebelum terjadi apa – apa pada ibu anda, nona.'' tegur Laki – laki itu lebih terdengar seperti memohon daripada mengancam. Sesaat Shakira merasakan perbedaan itu, namun ia mengabaikannya karena kembali memikirkan ibunya yang ada dalam kuasa mereka.

"Dasar pengecut! Kalian beramai – ramai melakukan cara licik hanya untuk menghadapiku! Siapapun kalian aku tak akan mengampuni kalian jika sedikit saja kalian menggores mama! Siapapun bos kalian aku nggak akan takut!'' tantang Shakira dengan nada suara yang dalam dan syarat akan emosi.

Sekujur tubuhnya gemetar karena menahan amarah yang tak bisa ia bendung lagi dan meraih map mewah itu dengan kasar. Ia mencoba menahan buliran airmata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Sebaiknya anda baca baik – baik dulu nona...'' sergah Max saat melihat Shakira dengan ceroboh membubuhkan tanda tangannya pada lembaran kertas – kertas dokumen itu tanpa membaca sedikit pun isinya. Entah apapun itu Shakira sudah tak mempedulikannya lagi, yang ia pikirkan hanyalah keselamatan ibunya dari tangan penculik itu.

"Sekarang dimana mamaku? Bebaskan mamaku! Aku sudah melakukan permintaan kalian kan?'' suara Shakira terdengar melemah dan gemetar.

"Maaf nona, sesuai perintah anda harus menikahi... ekhem... harus menikah lebih dulu maka kami akan membebaskan ibu anda.''

"Tsk...'' Shakira memasang wajah masam namun tak berdaya.

Max mengambil map perjanjian yang telah ditandatangani oleh Shakira dan memberikannya pada laki – laki yang berdiri tak jauh di belakangnya dan laki – laki itu pun bergegas meninggalkan ruangan.

"Sekarang nona ikut kami, kami akan membawa nona ke ruangan yang disiapkan khusus untuk nona.''

"Siapa dia?''

"Maaf?''

"Siapa yang harus kunikahi?''

"Maaf nona namanya sudah tertera di dalam map tadi. Jadi...''

"Tinggal bilang saja apa susahnya sih. Aaaahh sudahlah! Siapapun dia aku mau mamaku! Aku... Aahh...'' Tiba – tiba Shakira terhuyung dan pandangannya jadi buram.

"Nona... Nona apa anda baik – baik saja?! NONAAAA.......!''

Shakira jatuh pingsan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status