Share

Beli Baju Baru

Angela telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Ia berniat untuk segera pulang sambil menunggu atasannya. Gadis itu melirik gelisah kearah atasannya. Dengan sedikit keberanian ia memutuskan untuk ijin pulang duluan.

"Maaf, pekerjaan saya sudah selesai. Jam kerja juga sudah habis waktunya. Saya mohon ijin pulang duluan," kata Angela membungkukkan badannya memberi hormat.

"Hemm, pergilah!" kata Verrel. 

Angela sangat senang ia bisa bernafas dengan lega setelah seharian berkutat dalam pekerjaan yang menumpuk. Dengan riang ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Tunggu dulu !" seru Verrel lantang.

Angela kaget lalu menghentikan langkahnya secara mendadak. Iapun membalikkan badannya kembali.

"Kita pulang bersama," ucap Verrel.

Didalam lift mereka berdua hanya terdiam. Suasana tampak canggung. Angela agak kikuk ia hanya memegang tali tasnya dengan erat. Ia masih ingat bagaimana dengan rakusnya Verrel menciumnya. Angela mendesah berat.

 Verrel pura - pura cuek. Mereka berdua pun keluar dari lift bersama - sama. Sesampainya di pintu keluar utama Verrel tiba - tiba menghentikan langkahnya. Angela tidak sengaja melihat kearah Verrel. Mereka berdua saling bertatapan, Angela segera memilih melihat kearah lain.

Verrel mengambil ponselnya.  Jari - jarinya mengetikkan sesuatu. Angela merasa ponselnya bergetar, ia melihat ponselnya menyala. Ada notifikasi pesan masuk.

"Ikut aku memilihkan baju untuk pertemuan besok!" watshapp dari Verrel.

Angela menatap heran kearah atasannya. Bisa - bisanya ia memilih mengirim pesan lewat ponsel padahal mereka berdiri bersebelahan.

TING

Notifikasi pesan masuk.

"Jika tidak mau aku tidak segan menghukummu nanti malam!" ancam Verrel lewat watshapnya.

Angela mengangguk mengikuti kemauan Verrel. Sebenarnya ia sudah cukup lelah hari ini dengan pekerjaan barunya. Verrel wajahnya sangat mengerikan jika ditolak kemauannya bisa berakhir dengan ulahnya di ranjang. Bisa-bisa Angela tidak bisa tidur semalaman.

Angela mengikuti langkah Verrel dari belakang masuk ke mobilnya. Suasana sunyi senyap ia berusaha menyibukkan dirinya melihat keluar jendela.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Angela melihat sebuah butik ternama dengan bangunan megah berdiri kokoh di pinggir jalan. Mobil Verrel lajunya tampak lebih pelan, rupanya ia berhenti tepat di butik yang di lihat Angela tadi.

"Ayo, masuk!" perintah Verrel.

Angela hanya diam menuruti perintah Verrel, ia melangkahkan kakinya di butik yang cukup ternama di kota Jakarta. Tidak asing bagi Angela karena ia sudah terbiasa berbelanja bersama mamanya. Kali ini ia berbelanja tapi dengan status lain bukan sebagai Nona Besar melainkan sebagai karyawan.

"Tolong pilihkan baju kerja yang bagus, baju pesta, baju harian untuknya!" perintah Verrel pada salah satu karyawan butik.

"Baik, Pak."

"Mari, Nona saya bantu anda," ajak karyawan butik itu dengan ramah.

"Tapi _" tolak Angela.

Wajah Verrel muram Angela pun mengurungkan niatnya untuk menolak tawarannya. Ia berjanji dalam hati ia akan mencicil seluruh pembayaran barang yang dibelikan oleh Verrel.

Angela masuk ke kamar pas. Mencoba gaun pesta. Baginya gaun itu terlalu seksi menunjukkan punggung bagian belakang. Walaupun tertutup bahan yang transparan tetap saja menunjukkan kemolekan tubuhnya. Ia berjalan bak peragawati menuju ke arah Verrel.

"Bagaimana?" tanya Angela was - was.

Verrel melihat Angela dari atas sampai ke bawah. Sempurna. Tapi ia tidak ingin terlalu menunjukkan kekagumannya.

"Tidak jelek juga," komentarnya.

"Tolong bungkus saja semuanya!" perintah Verrel. 

Verrel kemudian mengajak Angela makan di sebuah restoran yang terkenal masakan jepang. Verrel memesan Sushi dan Takoyaki sementara Angela memesan Ramen. Angela membayangkan makan Ramen seperti ala korea yang lagi hits sekarang ini. Setidaknya ada pria tampan yang menemaninya makan. Angela tersenyum sendiri melihat beberapa wajah pemuda chinese yang lewat. Ia kembali berkhayal bertemu dengan oppa - oppa korea.

"Ehem, apa kau sudah gila tersenyum sendiri?" sindir Verrel.

"Maaf, saya hanya melihat mereka yang lewat seperti artis korea," kata Angela polos seraya melahap mie ramennya.

"Huh, berani sekali di depanku masih melihat lelaki lain," batin Verrel kesal.

"Apa kau tidak pernah melihat laki - laki tampan. Seleramu rendahan sekali," sindir Verrel.

Angela hampir tersedak mendengar kata terakhir "rendahan" cukup membuatnya ingin marah. Namun ia segera menguasai perasaannya karena kali ini yang berbicara adalah atasan sekaligus suaminya.

"Minumlah," Verrel memberikan gelas kearah Angela.

"Terimakasih." kata Angela meraih gelasnya.

"Apa pacarmu pernah mengajakmu kemari?" tanya Verrel.

"Sering," jawab Angela.

"Apa? Sering?" Verrel merasa tidak terima.

"Kalau begitu kita cari tempat lain," ucap Verrel.

"Gak mau, masakannya enak di sini," bantah Angela.

Verrel menjadi kehilangan selera makannya. Tiba-tiba Angela memberikan sesuap makanan pada Verrel.

"Makanlah." Angela menyodorkan sendoknya. 

Verrel menatap jijik karena sendok itu sudah di pakai Angela.

"Memangnya aku penyakitan," gerutu Angela. Tak di sangka Verrel menarik tangan Angela sehingga makanan itu masuk ke dalam mulut Verrel.

"Gimana enak kan?" tanya Angela.

Verrel menjadi kembali bersemamgat memakan malanannya.

"Ngomong-ngomong terimakasih karena sudah membelikan aku baju begitu banyak," ucap Angela.

"Hemm," jawab Verrel singkat.

"Yohan dulu juga sering mengajakku membeli baju, ia selalu memilihkanku baju yang ia sukai untuk ku kenakan," kata Angela. Mendengar nama Yohan di sebut, Verrel merasa di bandingkan. Suasana hatinya kembali tidak enak.

"Apa kamu pikir aku tertarik padamu. Ingat, aku hanya tidak ingin membawa sekretaris dengan baju kucel ketika bertemu dengan klien. Paham?" tegas Verrel.

"I ...ya . Maaf," kata Angela kesal. Ia merasa lelaki itu mudah sekali berubah temperamennya.

"Baguslah, jika kau paham." Verrel melanjutkan menikmati sushinya sampai habis. Angela hanya bisa melongo melihat Verrel seperti orang kelaparan. Sebenarnya ia ingin mencicipi shusi itu tapi kelihatannya Verrel sangat menyukai shusinya.

Pelayan restoran datang membawa shusi yang baru diletakkan di atas meja.

"Makanlah, wajahmu sangat mengenaskan kalau kelaparan." sindir Verrel.

Hah, bagaimana ia tahu jika aku menginginkan shusi itu? batin Angela.

Meskipun Verrel terkadang mudah marah tapi ia tergolong perhatian juga. Namun Angela menepis semua prasangkanya itu, ia tidak ingin memikirkan kebaikan Verrel karena ia sendiri juga takut jika hatinya tidak bisa di kendalikan. Angela berusaha mengingatkan jika ada Yohan di hatinya. Ia tidak ingin mengkhianati Yohan.

"Tidak perlu cepat-cepat makannya, kau seperti orang yang tertimpa musubah kelaparan," kata Verrel.

Angela tidak mempedulikan perkataan Verrel. Orang itu memamg terkadang bicaranya seperti pisau, tidak berpikir dulu apa yang pantas di katakan untuk orang lain.

"Makanlah ini," kata Angela meletakkan pisau di piring Verrel.

"Pisau? Untuk apa?" tanya Verrel bingung.

"Untuk kamu makan Tuan Verrel," tandas Angela.

"Kau sudah mulai berani pada suamimu?" gertak Verrel.

"Habis ... siapa suruh perkataanmu setajam pisau. Apa setiap hari kamu makan pisau di piringmu!" kata Angela ketus.

"Ha ... ha ... ha!" Verrel malah tertawa lebar. Baru kali ini ada perempuan yang berani mengatainya seperti itu.

Dasar orang gila! pikir Angela.

---Bersambung----

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
bodoh nya 2org itu udah di kibuli ama psangan masih pd jaga perasaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status