Share

Pulang Bersama

Angela sudah kekenyangan  ia ingin langsung buru - buru merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk. Tak sengaja ia menguap beberapa kali dengan gugup ia menutupi mulutnya, mencoba melebarkan matanya berulangkali agar tidak mengantuk. Tapi apa daya rasanya matanya sudah lengket tidak bisa menahan kantuknya. 

Udara dingin yang ditimbulkan dari Ac mobil menambah kenyamanan tidurnya. Verrel tersenyum melihat wanita di sampingnya yang sudah tertidur. Lelaki itu meminjamkan pundaknya sebagai tumpuan Angela. Sesekali ia melirik wajah cantiknya. Tangannya meraih ponsel dan melihat serlok yang menunjukkan arah kontrakan pegawainya itu.

Setelah beberapa menit akhirnya sampai juga di depan rumah kecil kontrakan Angela. Verrel menatap kearah Angela melihatnya sesaat menikmati wajah cantik Angela yang imut. Bibir merah Angela sungguh menggoda imannya. Verrel memiringkan kepalanya ingin menikmati bibir tipis Angela sesaat. Tiba - tiba Angela membuka mata dan terkejut.

"Apa yang kau lakukan!" pekik Angela. Ia lupa orang yang di depannya itu adalah suaminya.

"Sudah sampai. Aku hanya ingin membangunkanmu," kata Verrel pura - pura cuek.

"Ooh ..." jawab Angela.

"Sial, hampir saja ketahuan," batin Verrel merutuki kebodohannya.

Angela keluar dari mobil diikuti oleh Verrel. Mereka berdua masuk dalam rumah yang sama. 

Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam kamarnya. Angela sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket. Segera ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. 

Setelah merasa badannya segar ia mengganti pakaiannya dengan kaos kasual. Perutnya masih kenyang, tapi ia cukup penasaran untuk melihat notifikasi ponselnya. Ia pun mulai mengambil posisi ternyaman dengan menumpuk kedua bantalnya untuk menyandarkan punggungnya yang penat. Jari  - jari manisnya mulai asyik berselancar ke dunia maya memainkan ponselnya.

Mata Angela membelalak ketika ada notifikasi dari Verrel.

"Hei, besok temani aku ke pesta," pesan singkat dari Verrel.

Angela langsung mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Ajak saja pacarmu," jawab Angela pendek.

Verrel melihat ponsel menyala langsung meraihnya. Ia membaca pesan balasan dari Angela.

Sial ... dia menolakku, batin Verrel.

Verrel menggunakan jurus ancamannya.

"Kau ingin semua orang tahu pernikahan kita hanya pura-pura? Jadi bersikap baiklah seperti pasangan sungguhan," balas Verrel.

Dahi Angela mengkerut, ia tidak setuju dengan perkataan Verrel.

"Kamu hanya bisa mengancam saja," balas Angela lewat watshap.

Wajah Verrel tampak muram baru kali ini ada wanita yang terang - terangan menolak dirinya. Baru kali ini menemukan lawan yang sulit di taklukkan. Ia meremas erat ponselnya.  Kembali ia melihat layar ponselnya menyala.

"Sudah ya, aku mau tidur dulu. Hari ini melelahkan. Aku takut kalau kesiangan bosku marah." sindir Angela.

Verrel  merasa di remehkan oleh Angela. Seharian dia mencoba merayu gadis itu menggunakan hartanya dengan membelikan barang - barang yang biasanya di sukai para gadis. Hasilnya nihil. Verrel berpikir keras bagaimana cara mendekati sosok  Angela. 

Angela memang bukan wanita biasa, ia juga besar di kalangan kehidupan orang kaya. Tapi anehnya penampilannya sederhana tidak menunjukkan jika dia anak orang kaya.

Sementara itu di dalam kamatnya Angela sibuk menata barang belanjaannya. Ia mengeluarkan isi paperbag itu satu persatu. Angela bukanlah orang yang bodoh ia tahu maksud Verrel itu membelikan banyak hal untuknya. Selain untuk pamer kekayaan pastinya untuk mendekatinya agar jatuh ke pelukannya seperti wanita lainnya.

Huh, kenapa kau harus susah - susah menghabiskan uangmu hanya untuk memamerkan kekayaanmu. Aku tahu kamu tampan tapi aku sudah tahu kau mencintai wanita lain, batin Angela.

Lemarinya akhirnya penuh dengan baju - baju baru keluaran edisi terbatas. Kebetulan ia memang tidak membawa baju banyak dari rumahnya.

"Habiskan saja uangmu, aku tidak akan jatuh cinta padamu." batin Angela.

Angela mulai merapikan sepreinya bersiap untuk tidur. Padahal dulu ia jarang melakukan hal kecil seperti merapikan kamar dan lainnya. Setiap kali masuk ke kamarnya yang dulu selalu rapi dan wangi.  Menjadi nona besar semua yang diinginkan selalu tersedia. Di dompetnya Angela sebenarnya masih ada black card pemberian mamanya tapi ia tidak mau menggunakannya.

Tiba - tiba ponsel Angela bergetar. Angela segera meraihnya.

"Ya, Ma."

"Mama, masih di jepang?"

"Angela baik - baik saja," jawab Angela lewat ponsel.

"Tidak usah khawatir, Ma. Angela bisa jaga diri."

"Sudah ya, Ma. Angela ngantuk banget nih." cicit Angela.

Angela mengakhiri pembicaraannya ia menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut.   Matanya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Wanita itu tertidur pulas.

Pagi pun tiba jam weker Angela berbunyi sangat keras hingga mengusik pemiliknya. Sesekali Angela menguap malas melihat kearah jam wekernya. Ia terperanjat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia langsung bergegas bangun dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Ia pun segera mengambil beberapa setelan yang pas untuk dirinya dari dalam lemari. Angela mengenakan atasan berwarna dusty dengan bawahan rok span berwarna hitam. Apapun yang ia kenakan memang terlihat cantik. Ia segera mengambil tasnya dan sarapan di bawah.

Matanya membelalak kaget melihat seorang Verrel sudah menunggunya  di meja makan.

"Selamat pagi!" sapa Angela.

Lelaki itu hanya terdiam, ia menghabiskan sandwichnya. Lalu tiba-tiba bangkit dari kursinya.

"Segera selesaikan sarapanmu, ku tunggu di mobil ," kata Verrel.

"Tapi aku mau naik taksi saja hari ini," jawab Angela. Ia tidak suka berangkat bersama Verrel, yang ada ia pasti di gunjingkan.

"Hemm, apa kau yakin bisa memburu waktumu. Aku tidak suka punya pegawai berangkat telat," sindir Verrel.

"Apa maksudmu! Kau yang memaksaku bekerja di perusahaanmu. Sepertinya kau jadi betsikap seenaknya padaku," bantah Angela.

"Kau istriku jadi aku berhak mengaturmu," tandas Verrel.

"Jangan sebut itu, telingaku terasa panas mendengarnya," bantah Angela.

Ada beberapa pelayan kebetulan lewat menyapu lantai. Angela langsung diam menghentikan argumennya. Ia memilih menghabiskan sarapannya dan mengikuti Verrel masuk mobilnya.

Mereka duduk bersebelahan tapi keduanya menatap ke jendela masing-masing. Verrel menekan tirai pembatas antara tempat duduk depan dan belakang. Jadi sopir pribadinya tidak bisa melihat aktivitas Tuannya.

"Kau harus tetap datang ke pesta bersamaku," kata Verrel membuka pembicaraan.

"Hemm," jawab Angela. Ia malas berdebat dengan pria itu.

"Hei, aku sedang bicara! Kenapa seolah kau tidak mau mendengarku," kata Verrel. 

Angela menjadi gusar. "Lalu apa yang harus aku bilang Tuan Verrel, jika aku jawab tidak kau tetap memaksaku. Tidak ada pengaruhnya aku berbicara," sahut Angela.

Verrel tersenyum mendengar jawaban Angela. Setidaknya ia lebih suka wanita itu membantahnya daripada hanya diam.

"Ngomong-ngomong, pakaianmu terlalu seksi hari ini. Apa kau lebih suka menunjukkan pahamu di depan pria lain?" sindir Verrel.

Angela melihat ke arah betisnya, ia langsung menutupinya dengan tasnya. 

Bukankah dia yang memilihkannya, kenapa sekarang dia yang ribut, pikir Angela.

---Bersambung---

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
hadoh blibet amat thor kapan kebongkarnya kebusukan para ulet bulu itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status