Share

Kembali Ke Kantor

"Nona Angela silakan ikuti saya," kata salah seorang karyawati. Angela mengangguk mengikuti wanita itu menuju ke suatu ruangan.

"Ini adalah ruangan Anda,"

"Perkenalkan nama saya Mira, Anda akan menjadi sekretaris Pak Verrel," terang Mira.

"Saya mengerti." Angela tidak ingin banyak bertanya karena sebelumnya Verrel telah menjelaskan banyak hal padanya.

"Saya permisi dulu," Mira pergi meninggalkan Angela sendirian di ruangan itu. Ia heran kenapa Verrel menempatkan dirinya pada posisi sekretaris, jelas-jelas ia belum pernah mencoba bidang itu. Tapi Angela memilih sikap masa bodoh karena yang ada di pikirannya saat ini ia tidak ingin bersitegang dengan Verrel.

Tiba - tiba ponselnya bergetar, ia pun mengambil ponsel itu di tasnya.

"Iya Ma."

"Angela baik - baik aja kok, ini juga sudah di kantornya Verrel." jawab Adelia pada mamanya.

"Mama kangen sayang, kapan-kapan mampirlah ke rumah bersama suamimu," kata Yanti di telepon.

"Iya, Ma. Tentu, kapan-kapan Angel pasti mampir."

"Sudah, Ma. Ini Angel di kantor tidak boleh telepon kalau sedang jam kerja," kata Angel mengakhiri teleponnya.

"Ehem!"

Tiba - tiba ada suara deheman mengagetkan Angela.

"Maaf, Pagi Pak." sapa Angela.

"Kamu tahu peraturan di kantor selama bekerja tidak boleh menggunakan ponsel untuk hal yang tidak penting!" tegur Verrel.

"Iya, Pak. Maaf, ini pertama kalinya saya kerja mohon maafkan saya." jawab Angela.

Lucu juga gadis ini tampangnya kalau merasa bersalah boleh juga, batin Verrel menahan tawanya.

"Berkas yang dimejamu itu pelajari terlebih dahulu, setelah itu kamu harus belajar untuk mengatur jadwalku. Ini sudah ada contoh dari sekretaris terdahulu sebelum dia mengundurkan diri," terang Verrel.

"Memang kenapa dia mengundurkan diri?" tanya Angela.

"Apa perlu aku jawab pertanyaanmu?" kata Verrel menatap tajam kearah Angela.

"Tidak juga tidak apa-apa," jawab Angela ikutan sewot. Ia menyadari Verrel di kantor bukanlah suaminya tapi atasan, ia tidak bisa seenaknya bertanya.

"Bagus, sekarang kembalilah bekerja!" kata Verrel tegas.

"Siap!" Angela bersemangat.

Verrel menuju meja kerjanya, dengan penuh wibawa ia mulai memeriksa berkas - berkas yang sudah menumpuk di atas meja. Sesekali matanya melirik ke arah Angela menatap kecantikan gadis di depannya. Sementara Angela masih sibuk dengan pekerjaan barunya.

"Angela!" panggil Verrel.

"Iya, Pak!" Angela tampak kaget.

"Besok lain kali pakai baju yang lebih baik lagi aku lihat modelnya sudah jauh ketinggalan," sindir Verrel.

Wajah Angela memerah, ia berpikir untuk apa Verrel mengoreksi penampilannya.

"Baik, Pak." jawab Angela kesal.

Dalam hati Verrel merasa senang bisa mengerjai sosok Angela. Biasanya dia selalu angkuh dan cuek kali ini ia kelihatan penurut sekali.

"Angela!" panggil Verrel lagi.

"Iya, Pak," jawab Angela.

"Buatkan kopi," kata Verrel.

Angela segera bangkit dari tempat duduknya bermaksud menelepon bagian pelayanan.

"Tunggu! Aku ingin kau yang buatkan kopi untukku, bukanlah kau juga istriku," kata Verrel.

Angela mendesah berat. Ia akhirnya keluar dari ruangan Verrel untuk membuatkan kopinya. Beberapa karyawan yang tidak tahu siapa Angela melirik dengan tatapan penuh selidik. Terutama para karyawati, mereka yang selama ini berharap menjadi sekretaris pribadi Verrel harapannya pupus sudah setelah masuknya Angela sebagai sekretaris pribadi Verrel.

"Hei, lihatlah penampilannya. Masa wanita seperti itu pantas jadi sekretaris, pasti ia sudah menjual dirinya pada Pak Bos," sindir beberapa karyawan lainnya.

Telinga Angela terasa panas mendapatkan sindiran sana-sini. Ia pikir kantor adalah tempat orang yang berpendidikan tinggi. Tak tahunya adalah tempat orang-orang bermulut tajam.

Angela tidak membalas perkataan mereka, ia cukup menulikan

telinganya. Lalu ia masuk kembali ke ruangan Verrel dengan membawa secangkir kopi hitam.

Ia meletakkan cangkir itu agak keras sehingga sedikit tumpah. 

"Apa kau tidak bisa bersikap halus sedikit!" kata Verrel.

Angela terdiam, ia pergi mengambil tisu yang tak jauh dari meja Verrel. Lalu mengelap bekas tumpahan itu. 

"Aku sedang bertanya ... apa kau tidak dengar!" kata Verrel sedikit keras.

Angela membalas perkataan Verrel dengan tatapan mematikan. 

Ada apa dengannya? Kenapa semarah itu? Apa hanya karena ku suruh buat kopi dia berubah menjadi singa? batin Verrel.

Angela kembali duduk di meja kerjanya, ia serius mengamati laptopnya. Jari-jarinya dengan semangat tinggi mengetik semua tugas yang di berikan Verrel. Secepat kilat tugasnya sudah selesai. Tapi cara Angela mengetik dengan penekanan keras membuat Verrel terheran-heran  apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan itu.

Verrel sudah berdiri di depan meja kerja Angela. Ia menarik jemari istrinya.

"Jika caramu mengetik seperti itu, seluruh laptop di kantor ini akan cepat rusak! Dan kau tahu sendiri, aku bisa rugi karena ulahmu!" kata Verrel.

"Dasar pelit," kata Angela lirih.

"Apa kau bilang?" tanya Verrel lagi.

"Aku bilang kamu bos pelit," jawab Angela. Ia tidak mau melihat ke arah Verrel tapi merapikan berkas-berkas yang telah ia selesaikan.

"Duduklah di sana, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Verrel.

Angela menuruti perkataan Verrel. Ia duduk di sofa tang di tunjuk Verrel.

Verrel duduk di samping Angela.

"Katakan, apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba kamu marah setelah ku suruh membuatkan kopi?" tanya Verrel.

Angela menunduk, ia meremas rok spannya. Haruskah ia mengatakan jika karyawannya ada yang menggunjingkannya.

"Tidak apa-apa," jawab Angela.

Verrel menarik dagu Angela agar mau menatapnya. Tapi Angela malah memiringkan wajahnya. Ia tidak ingin bertatapan langsung dengan Verrel.

"Apa ada yang membicarakanmu di kantor?" tanya Verrel.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Angela. 

"Melihatmu marah setelah membuatkan kopi, aku mencari tahu lewat CCTV kantor. Rupanya ada yang mengataimu wanita simpananku," ucap Verrel.

Angela mengangguk membenarkan perkataan Verrel. 

"Kenapa kau tidak bilang jika kau memang istriku?" tanya Verrel.

"Karena aku tak ingin." jawab Angela

"Kenapa tidak ingin, apa aku terlalu memalukan menjadi suamimu," kata Verrel.

Angela menggeleng. 

"Lalu apa?" tanya Verrel.

"Karena aku tidak ingin melanjutkan pernikahan kita," jawab Angela.

Bagai di sambar petir Verrel mendengar jawaban dari Angela. Wanita itu masih belum bisa menerimanya. Apa karena ia terlalu mencintai Yohan kekasihnya, atau di hatinya memang tidak ada dirinya sama sekali.

"Kau masih ingin bersama Yohan?" tanya Verrel.

"Ya, karena aku sudah berjanji padanya," ucap Angela.

"Karena janji atau karena kau memang mencintainya?" tanya Verrel lagi. Ia perlu memastikan perasaan Angela agar tidak merasa penasaran.

Angela kembali terdiam. Ia menatap sepatu highheelsnya yang berwarna hitam mengkilap. 

"Aku tidak perlu menjawabnya, karena jawabanku tidak ada artinya untukmu," jawab Angela bangkit dari tempat duduknya.

Verrel menarik tangan Angela hingga tubuh wanita itu menimpa Verrel yang sedang duduk. Angela berada di atas Verrel, sementara pria itu mencium bibir Angela dengan serakah. Tangan Verrel melingkar di pinggang Angela yang ramping.

"Emmmph ... lepaskan!" Angela mendorong tubuh Verrel. Ia mengelap  bibirnya dengan marah.

---Bersambung---

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fitriyani Puji
ayo thor bongkar kebohongan yohan yang selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status