"Sebentar biar aku bukakan pintunya," kata Angela. Sementara Verrel masih duduk menikmati mienya.
Ceklek
Wanita berambut panjang memakai pakaian yang cukup seksi menyerobot masuk melewati Angela.
"Tunggu!"
"Kamu tidak boleh masuk," cegah Angela.Terlambat gadud itu sudah masuk ke dalam rumah tanpa permisi. Matanya nyalang mencari-cari seseorang.
"Berhenti!" sentak Angela.
Nyali gadis itu menciut juga, ia menghentikan langkahnya. Berdiri membelakangi Angela. Lalu ia memutar tubuhnya mengibaskan rambutnya yang panjang dan melepaskan kacamata yang di pakainya.
"Kamu siapa? Berani menyuruhku berhenti!" sentak wanita itu.
Verrel tiba-tiba datang untuk melihat kegaduhan yang tengah terjadi.
"Ada apa?" tanya Verrel yang baru saja datang dari dapur.
"Oh, sayang ... aku merindukanmu," ucap Hellen bergelayut mesra di lengan Verrel.
"Siapa wanita ini?" tanya Hellen.
"Dia yang di jodohkan denganku," jawab Verrel.
"Apa? Kalian tinggal serumah?" tanya Hellen.
"Tidak, kamar kami bersebelahan,"jelas Verrel.
"Tetap saja kalian serumah kan?" kata Hellen seraya memainkan jentik jarinya di dada bidang Verrel.
Angela jijik melihat tingkah Hellen layaknya wanita penggoda. Ia melangkah mendekat ke arah Verrel.
"Dengar, aku tidak peduli kamu pacaran atau tidur dengan perempuan ini. Tapi tolong ... jaga privasiku juga. Aku tidak membawa pacarku ke sini, demikian juga dirimu. Jadi ... tolong kau urusi kekasihmu ini! Selamat malam," kata Angela tegas seraya naik ke atas tangga menuju kamar atas.
Verrel melihat Angela berlalu dari hadapannya. Ganti ia melihat ke arah Hellen.
"Tolong, pulanglah. Kau malah akan mempersulit posisiku di sini. Semua pembantu di sini adalah mata-mata papa, jadi aku harap kau mengerti," ucap Verrel.
"Tapi ... aku tidak ingin kau terlalu dekat dengannya. Ternyata dia tidak jelek. Aku khawatir sayang," ucap Hellen.
"Percayalah ... aku tidak akan jatuh cinta padanya. Dia gadis yang menyebalkan,"kata Verrel.
"Baiklah, aku pergi dulu." Helen berjinjit mencium bibir Verrel sebentar.
"Dah, jangan lupa telepon ya," kata Hellen.
"Iya, tenang saja nanti pasti ku telepon," kata Verrel mengantar kekasihnya sampai depan pintu utama. Hellen masuk mobil pribadinya, ia menyetir mobilbya hingga meninggalkan halaman mansion Verrel.
Setelah Hellen pergi Verrel berniat menemui Angela.
Tok
Tok
Tok
"Masuk, tidak di kunci!" jawab Angela dari dalam.
"Kau baik-baik saja?" tanya Verrel.
"Mengapa mengkhawatirkanku, seharusnya kau khawatirkan kekasihmu itu," kata Alesa seraya menyisir rambutnya.
"Aku tidak enak saja, dia tiba-tiba ke sini,"ungkap Verrel.
"Tidak masalah kau pacaran dengannya tapi jangan di rumah ini," ucap Alesa.
"Aku mau tidur, pergilah," ucap Angela.
Tiba-tiba lampu mendadak padam.
Arrgh!! Angela ketakutan.
"Verrel kamu dimana?" tanya Angela.
Tak ada jawaban, Angela merasa ada seseorang yang naik ke ranjangnya.
"Aaah, hantuu!!" Wajah Verrel seperti hantu tatkala ia membawa senter dari cahaya ponselnya.
Tapi tiba-tiba cahaya senter itu padam.
"Yah, habis batrenya." Terdengar suara Verrel di depan Angela.
"Makanya jangan nakutin, dong!" keluh Angela.
Tiba-tiba ada kilat masuk lewat jendela, petir menyambar-nyambar. Angela mengigil ketakutan, terdengar lirih suara isak tangisnya.
"Mama ... aku takut," kata Angela di iringi isak tangisnya. Ia merasa seseorang merengkuh kepalanya lalu memeluknya.
"Tenang, aku di sini bersamamu," Verrel mendekap Angela. Ia merasa gadis yang biasanya bersikap jutek padanya berubah seperti kucing kecil yang kehilangan induknya.
Angela merangkul erat pinggang Verrel ia tidak menyadari jika posisinya sekarang terlalu dekat dengan Verrel. Dagu Verrel bersandar di atas kepala Angela. Ia bisa merasakan deru nafas gadis itu di iringi isak tangisnya.
Verrel tidak menyangka jika gadis yang biasanya selalu berselisih paham dengannya sangat rapuh hanya karena petir dan lampu mati.
Ia meraba pipi Angela menyeka air matanya di antara gelapnya suasana.
"Ponselmu dimana?" bisik Verrel.
"Aku lupa meletakkannya," jawab Angela.
"Barangkali bisa menggunakan senter dari ponselmu," kata Verrel.
Verrel mencoba beranjak dari ranjang dan turun mencari sandalnya. Angela merapat ke punggung Verrel.
"Jangan tinggalin ... aku takut," kata Angela lirih.
"Iya, ni aku mau cari ponselmu,"sahut Verrel lembut
Sampai di depan pintu, Verrel meraba meja rias Angela. Barangkali ponselnya ada di sana. Namun gerakan tangannya yang sembarangan membuat Verrel tak sengaja menjatuhkan botol plastik alat make up Angela. Saat mau melangkah kakinya tergelincir botol plastik itu hingga membuat tubuhnya jatuh menindih tubuh Angela.
"Aduh, kamu gimana sih ...," gerutu Angela.
Lampu tiba-tiba menyala.
Posisi Verrel masih berada di atas Angela. Mereka ternyata jatuh di atas ranjang. Mata Angela membulat karena Verrel tak kunjung beranjak dari atas tubuhnya. Pria itu menatap Angela dengan pandangan berbeda. Namun tiba-tiba sorot mata Verrel jatuh ke bibir ranum Angela.
Entah sihir apa yang merasuki pikiran Verrel. Ia ingin mencicipi bibir ranum itu. Perlahan namun pasti ia menempelkan bibirnya di bibir Angela. Awalnya Angela berusaha memberontak, namun perlakuan Verrel yang lembut membuatnya berhenti meronta.
Verrel merasakan bibir Angela begitu manis, teksturnya yang kenyal tipis berwarna merah muda meskipun tanpa lipstik membuatnya terbawa dalam suasana.
Tiba-tiba suara petir menggelegar.
Sontak membuat pikiran Angela tersadar tentang apa yang telah di lakukannya. Ia mendorong tubuh Verrel sekuatnya.
"Hentikan!" Angela mengelap bibirnya dengan lengannya.
"Keluar dari sini sekarang!" teriak Angela.
Merasa dirinya memang telah membuat kesalahan. Verrel meminta maaf pada Angela.
"Maaf, aku khilaf ...," ucap Verrel lirih lalu ia keluar dari pintu kamar Angela.
'Ck, setan apa yang telah merasukiku," sesal Verrel.
Ia kembali ke kamarnya. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya nanar menatap langit-langit. Ia merasa menjadi manusia bodoh malam ini. Bukankah ia srndiri yang mengatakan tidak akan tergoda dengan gadis itu. Tapi kenapa malam ini benteng pertahanannya runtuh. Ia malah mencium bibir Angela dalam waktu yang lama.
Verrel tahu Angela sempat memberontak, tetapi ia yang memaksa mencium gadis itu. Ia merasa Angela berbeda dengan Hellen. Jika Hellen kelihatan sangat berpengalaman, sedangkan Angela justru sebaliknya.
'Mungkinkah ini pertama kalinya ia berciuman dengan seorang pria? Lalu apa yang di lakukannya selama pacaran? Tidak mungkin dia hanya jalan bareng dan ngobrol saja,' batin Verrel menduga-duga.
Sementara di kamar Angela menangis terisak-isak. Ia sudah berjanji akan memberikan ciuman pertamqmya untuk suaminya kelak. Meskipun Verrel nantinya adalah suaminya, tapi yang di inginkan Angela adalah Yohan sebagai suaminya bukan Verrel.
Ia merasa Verrel memanfaatkan situasi, apalagi Angela tahu Verrel sudah memiliki kekasih yang di cintainya. Tentu baginya perasaan terhadap dirinya hanya sesaat, dan Amgela benci itu. Benci karena Verrel seolah-olah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Lagi-lagi ia menyeka air matanya yang turun deras melewati pipinya.
Ponsel yang ia cas tiba-tiba menyala. Sepertinya ada pesan masuk. Angela membukanya, ia kesal ternyata bukan pesan dari Yohan melainkan pesan dari Verrel.
"Maafkan aku, kucing kecil," pesan singkat dari Verrel.'Kucing kecil, memangnya aku hewan peliharaannya!' rutuk Angela dalam hati.----Bersambung---
Setelah kejadian semalam Angela lebih memilih menghindar dari Verrel. Saat Verrel berangkat kerja Angela masih di kamarnya, dan ia baru keluar ketika Verrel sudah tidak ada di rumah.Sarapan, ya Angela sangat lapar karena menunggu kepergian Verrel baru bisa sarapan. Ia tidak mau bertatap muka dengan pria itu.Angela berjingkat-jingkat menuju ruang makan. Ia melihat menu sarapan sudah di siapkan di meja."Maaf, Nona. Tuan sudah berangkat kerja tadi pagi," ucap salah seorang pelayan."Heem, iyakah. Saya tadi masih di kamar jadi tidak tahu." Angela menarik kursi dan bersiap untuk duduk memulai aktivitas sarapannya."Tadi Tuan bilang tidak usah membangunkan Nona, karena katanya Nona kecapekan karena jalan-jalan kemarin," terang pelayan itu."Saya tinggal dulu Nona, kalau ada apa-apa tinggal bilamg sama saya," ucapnya.Angela mengangguk mengiyakan. Ia tidak ingin mengingat kejadian semalam dimana ia telah melakukan kebodohan besar denga
Angela melihat wajahnya di pantulan cermin, dalam hati ia cukup terkejut dengan perubahan penampilannya. Ada setitik kekaguman dalam hatinya, ia tidak menyangka jika dirinya berubah menjadi sangat cantik dengan mengenakan gaun pengantin itu."Nona, Anda terlihat sangat cantik sekali. Tuan Verrel sangat beruntung mendapatkan Anda," puji penata riasnya.'Tapi aku tidak menginginkan pernikahan ini,' batin Angela. Pernikahan yang baginya hanya untuk memenuhi perjanjian kedua belah pihak. Angela ingin menyenangkan hati mamanya, untuk sementara ini ia memilih mengalah daripada menyakiti hati mamamya."Mari saya bantu," ucap penata riasnya seraya membantu Angela keluar dari kamar hotel. Di luar telah menunggu mama Yanti yang juga memakai baju kebaya dengan detail brokat berwarna senada dengan Angela."Ya, Tuhan kamu cantik sekali sayang," puji mama Yanti. Nyonya Kamila
Verrel mengetuk pintu berulangkali tapi tidak ada sahutan."Hei, apa yang sebenarnya kau lakukan di dalam sana?" Terdengar suara kucuran air shower lebih keras mengalahkan suara Verrel.Pria muda itu merasa gemas karena Angela mengabaikannya. Sepasang matanya melirik ke arah knop pintu kamar mandi. Lalu ia menekan knop pintunya, tak terkunci seperti dugaannya.Terserah kalau marah padaku. Siapa yang akan bertanggung jawab kalau kau mati di dalam? batin Verrel.Pria bertubuh tegap seperti foto model itu memaksa masuk ke dalam kamar mandi. Kekhawatiran yang cukup besar mengalahkan egonya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita yang baru di nikahinya itu.Ceklek"Apa yang kau lakukan di sini!" Mata Angela tak kalah ganasnya dari mata elang yang siap melahap mangsanya."Kau gila, sudah tiga puluh menit kau tidak keluar. Aku pikir kau mati di dalam!"
"Baiklah, tenang saja aku tidak akan melakukan apapun," kata Verrel menegaskan. Angela mengangguk mengiyakan, sementara Verrel membantu menyelimutinya.Mereka lalu tidur saling memunggungi satu sama lain. Bagian tengah kosong tak berpenghuni hanya ada guling sebagai pembatasnya.Pagi pun tiba, cahaya matahari yang hangat masuk melalui ventilasi udara. Tidak ada yang tahu sejak kapan mereka berpelukan satu sama lain.Angela sangat kaget mendapati dirinya tanpa sadar memeluk Verrel. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang pria yang masih terpejam di sampingnya. Ia tidak ingin Verrel mengetahui jika dirinya sudah memeluk pria itu lebih dulu. Padahal ia yang sudah koar-koar melarang adanya kontak fisik.Tiba-tiba Verrel yang masih dalam kead
Bali adalah salah satu tujuan bulan madu mereka. Di sana menyajikan hamparan pantai yang luas dengan pasir putihnya. Sesampainya di hotel, Angela memutuskan untuk menelpon mamanya,"Hallo, Ma ..., ini Angela sedang di hotel."Mana suamimu, sayang?" tanya mama Yanti.Angela menggedor-nggedor pintu kamar mandi karena sepertinya mamanya tidak percaya dengan perkataan Angela.Verrel yang keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di perutnya membuat pipi Angela memerah. Rambutnya masih basah dan wajahnya jelihatan lebih segar"Nih, mama tanyain kamu."Angela menyerahkan ponselnya pada Verrel. "Hallo, Ma ini Verrel." ."Jaga Angela baik-baik ya, semoga sukses bulan madunya," kata mama Yanti sambil tertawa terkikik.Angela menyambar ponselnya dari tangan Verrel. "Ih ..., mama apaan sih. Kita hanya jalan-jalan saja kok.""Heem, terserah kalian mau jalan-jalan atau bulan madu. Yang penting Mama nitip oleh-oleh cucu ya kalau pula
Verrel melihat Angela menatap dalam ke arah Brian. Ia tidak suka jika Angela bersikap begitu di hadapannya. Apalagi memperhatikan pria lain selain dirinya. Selama ini ia terlalu percaya diri Angela akan jatuh hati padanya. Tak tahunya Angela juga memiliki masa lalu dengan cinta pertamanya."Maaf, Tuan kami sedang berbulan madu. Jadi tolong hargai privasi kami,"kata Verrel dengan tatapan tidak suka."Senior, kok bisa ada di sini?" Angela berusaha mencairkan suasana. Ia tahu jika Verrel menatap tidak suka ke arah seniornya."Hemm, kamu sangat berbeda hari ini terlihat sangat cantik di antara tamu lainnya," Brian menatap Angela dari atas hingga kebawah lalu terbitlah sebuah senyuman di bibirnya.Seorang laki-laki memberikan serangan melalui tatapan tajamnya kearah Pak Brian, "Ehem!! Verrel tampak kesal melihat keakraban keduanya. Apalagi Angela terlihat sangat senan
Angela masuk kedalam kamar hotelnya ia merasa tidak nyaman memakai gaun indah pemberian Verrel. Bagaimanapun baju tidur adalah baju terbaik dan paling nyaman sedunia."Tolong bantu aku menurunkan sedikit resleting di punggungku, sedikit saja. Awas kalau berani macam-macam," ancam Angela."Ya, elah belum ngapa-ngapain sudah di ancam." Verrel mendekat kearah Angela. Ia menurunkan perlahan resleting gaun Angela. Pikirannya kembali mesum."Sudah?" tanya Angela. Ia merasa Verrel sudah selesai tapi kenapa malah hanya berdiri diam di belakangnya."Iya, sudah."Lamunan Verrel menjadi buyar. Bayangan pikiran kotornya lenyap seketika, tapi tidak dengan tingkah adik kecilnya di bawah. Justru celananya tiba-tiba makin sesak."Sebentar, aku ke kamar mandi dulu." Verrel buru-buru masuk ke kamar mandi.
Angela mendorong tubuh Verrel setelah mendapatkan kontrol dirinya.Merasa tubuhnya di dorong Angela, Verrel menanggapinya dengan marah."Kenapa tiba-tiba mendorongku? Apa kau teringat dengan kekasihmu," sindir Verrel.Angela terdiam. Ia menurunkan kakinya di lantai dan masuk ke kamar mandi. Merasa dirinya di abaikan Verrel bertambah marah. Ia menyusul Angela ke kamar mandi. Saat itu Angela sudah melepas kancing bajunya hingga terlihat sedikit bukit yang tersembunyi di dalamnya."Kenapa kau masuk ke sini!" sentak Angela."Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau mendorongku!" tanya Verrel. Hasratnya tengah di ubun-ubun gadis itu malah seenaknya mengakhirinya."Tuan Verrel yang terhormat, kita memang suami istri. Tapi berdasarkan kesepakatan tidak boleh ada kontak fisik. Tidak boleh ada perasaan lain dengan pasangannya. Apa perkataan saya kurang jelas?" tandas A