Share

5 - Malam Pertama

Penulis: Aishwara_Ruby
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 10:18:16

Hanum tidak pernah pacaran dengan hubungan yang sangat intim. Selama ini dia hanya sibuk bertahan hidup. Orang tua kandungnya mengalami kecelakaan mobil saat dia berusia 9 tahun. Dia harus ikut dengan Thana, pamannya. Di rumah sang paman dia diperlakukan semena-mena oleh Husna selama bertahun-tahun. Jadi, tidak ada waktu untuknya berpacaran.

Pengalaman Hanum hanya dengan seniornya di kampus yang sama. Namun, daripada pacar, mereka lebih bisa disebut sebagai hubungan tanpa status. Mereka tahu bahwa mereka menyukai satu sama lain, tapi hanya sebatas itu. Mereka juga berjalan ke arah tujuan masing-masing tanpa melibatkan satu sama lain. Karena itu sekarang mereka sudah tidak berhubungan. Pria itu sibuk mengejar karirnya sendiri, sedang Hanum terus terpesorok sejak penelitian skripsinya tidak berjalan lancar. Hanum menjadi mudah melupakan seniornya itu. Setelahnya, Hanum tidak pernah menjalin hubungan dengan orang lain lagi.

Sekarang, saat tiba-tiba Hanum harus menikah dan melakukan malam pertama, tentu saja dia sangat takut. Dinginnya ac bahkan tak mampu menenangkan tubuhnya yang seperti terbakar saat ini. Walaupun Hajin memperlakukannya dengan lembut, tetap saja dia gugup. Sebagai orang yang tak pernah bergandengan tangan, cara berciuman pun dia tidak tahu.

"Buka mulutmu, Hanum …"

Mendengar ucapan Hajin, Hanum gugup dan takut meski dia memejamkan mata. Namun, dia tetap harus mengikuti Hajin, bukan?

Hanum pun menyakinkan dirinya sendiri.

Ini pilihanmu, Hanum. Jadi, jangan takut. Dia suamimu sekarang. Meskipun pernikahan kalian tidak normal, kamu tetap berdosa jika menolaknya. Ini juga tujuanmu menikah, bukan? Menyerahkan tubuh demi hutang sekaligus menyelamatkan diri dari keluarga laknatmu, ujar Hanum dalam hati.

Dia terus-menerus mengatakan hal itu, tetapi sebanyak apapun dia berusaha, dia tetap gemetar dan ketakutan. Sentuhan tangan Hajin yang menyusuri jengkal demi jengkal dirinya membuat Hanum merasa panas, tegang dan sangat tidak bisa rileks.

Hanum yang terus saja kaku membuat Hajin menenangkannya dengan membelai rambut Hanum dan memberinya ciuman kening. Hanum bisa merasakan sebuah kehangatan di sana.

"Tenanglah, Sayang … aku tidak akan menyakitimu. Kamu tahu, aku tidak akan dengan sengaja merusak barang milikku bukan?"

Hanum mengedip-ngedipkan matanya. Napasnya memburu. Dia menahan dada Hajin lalu mengatakan,

"Tunggu sebentar. Saya tidak bisa bernapas, Pak …"

Hanum berbicara dengan polosnya. Hajin jadi gemas dan ingin menertawainya. Di saat bersamaan, pandangannya kian bertambah gelap.

"Padahal, ini belum apa-apa. Tapi, kamu sudah tidak bisa bernapas saja."

Hajin menjeda ucapannya. Tangan Hajin turun dari dada ke pinggang Hanum.

"Ekspresi dan tubuhmu sekarang, benar-benar membuatmu gila, Hanum. Jangan mati dulu, bernapaslah dengan benar."

Hajin menciumnya lagi. Hanum masih merasa tidak karuan. Ini benar-benar hal baru baginya. Hajin menyatukan kening mereka dan kembali berbicara.

"Tenang saja. Aku orang yang menepati ucapanku. Saat aku bilang selalu menjaga milikku, aku pasti menjaganya dengan baik. Aku tidak akan merusaknya sedikit pun. Jadi, percayalah padaku, Hanum?"

Sekian detik Hanum merasa tersihir dengan kata-kata Hajin. Sungguh, saat ini, Hajin terlihat seperti pria yang paling menjanjikan di dunia dengan bibir lembut dan kata-kata manisnya. Tapi, hal itu tak bertahan lama. Hanum tersentak dengan apa yang dilakukan Hajin sekarang.

Wajahnya memerah antara panas sekaligus malu. Napasnya pun memburu.

"Pak … bisa Bapak keluarkan tangan Bapak dari sana? Rasanya aneh."

Mata Hanum mulai berkaca akibat sentakan yang dirasakannya tadi. Dia memegang lengan Hajin. Namun, Hajin hanya menciumi wajahnya.

"Tidak apa, aku melakukannya dengan baik. Jadi, jangan khawatir dan nikmati saja, Sayang …"

Hanum menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia menggerakkan kakinya karena dia merasakan sensasi aneh dari sana. Dia memegang lengan Hajin lebih erat. Dia menatap Hajin dengan tatapan memohon cenderung sangat memelas.

"Tidak. Tidak. Tolong, keluarkan itu dulu. Ini tidak benar, Pak. Seharusnya kita salat pengantin dan Bapak harus mendoakan ssya. Atau setidaknya Bapak harus membaca doa dulu. Saya tidak ingin ada setan yang terlibat dalam hubungan kita … saya mohon … Pak …"

Deg!

Seketika Hajin membeku. Dia menghentikan pergerakannya dan menyibak rambutnya ke atas dengan amarah. Dia lalu membentak.

"Ha, jadi ini caramu?"

Hanum terperanjat karena Hajin sangat marah.

"Ini cara agar kamu lepas dariku malam ini?" tuduhnya.

Hanum menyangga dirinya untuk duduk dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Tidak, tidak, Pak. Saya tidak bermaksud begitu. Saya-hwaaa …"

Hanum berteriak karena Hajin menarik kedua kakinya. Dia jadi sangat ketakutan sekarang. Apalagi mata Hajin yang gelap dengan kabut bertambah ngeri dengan amarah.

"Pak … Bapak … saya …"

Hanum terbata-bata dengan perasaan takut, tetapi Hajin tidak menggubrisnya.

"Aku tidak peduli. Yang pasti aku akan mematahkan ekspektasimu sekarang, karena aku tidak akan berhenti. Ini justru membuatku bertambah semangat, Hanum."

Setelahnya hanya terdengar teriakan Hanum. Tidak ada lagi sentuhan lembut Hajin sampai Hanum benar-benar menangis dan memohon.

"Seharusnya, kamu menurut saja, kenapa harus menyinggungku?"

Hajin mencium pelipis Hanum yang mengalir air mata.

"Sudah baik, aku menikah denganmu. Jadi, jangan bersikap seolah kita menikah dengan benar. Kamu cuma pelacur, Hanum."

Air mata Hanum merembes ke bantal saat memalingkan wajahnya antara malu juga sakit hati.

"Iya, saya memang pelacur. Tapi, saya pelacur halal buat Bapak …"

Hajin tidak membalas. Dia hanya melanjutkan kegiatan mereka sampai dini hari, tentu dengan lebih lembut. Akan tetapi, selembut apapun itu … Hanum tidak bahagia.

Bodoh sekali dirinya mengharap malam pertamanya akan bisa juga dia lalui sesuai syariat seperti akad nikahnya. Padahal, sejak awal ini hanya pernikahan nafsu.

Apa yang bisa Hanum harapkan?

***

"Lelah? Masih sakit?"

Hajin bertanya setelah mereka selesai mandi.

Dia membelai kepala Hanum. Perempuan itu memegangi selimutnya sampai leher.

"Iya, sakit, Pak."

Hajin mencium keningnya.

"Gak papa, itu normal. Nanti juga membaik. Kamu libur aja, gak usah masuk kantor hari ini. Aku bakal bawa kamu ke rumah. Kamu bisa istirahat dulu."

Hajin berkata begitu. Hanum jadi ingin menangis saja.

Setelah memperlakukannya dengan kasar meski sebentar, tetap saja hati Hanum terluka. Dia jadi takut untuk membantah.

"Iya."

Mendengar jawaban Hanum yang patuh, Hajin menarik tubuhnya dan mendekapnya.

"Tidur aja. Masih ada waktu sebelum pagi."

Saat itu Hanum menggigit bibirnya.

"Saya harus salat subuh, Pak," cicitnya.

Dia takut Hajin akan menyentaknya lagi.

"Ya, masih ada 2 jam sebelum jam 4. Tidur aja. Tubuhmu pasti lelah. Aku bakal stel alarm."

Mendengar jawaban Hajin, Hanum langsung lega. Debar-debar takut di dadanya berangsur hilang.

Hanum masih belum sepenuhnya tahu bagaimana karakter Hajin. Sebagai seorang CEO, dia dingin dan menakutkan. Tapi, sebagai pria? Adakalanya dia sangat dingin, tetapi ada juga kalanya dia memakluminya seperti sekarang.

Hanum tidak mau berpikir panjang dan membuatnya kian merasa rumit. Dia pun memutuskan untuk tidur. Perlahan kesadaran Hanum mulai menghilang dalam pelukan Hajin yang kini terasa hangat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   50 - Keributan di Kantor

    Hanum masih mematung di tempat saat Salsa menunjukkan foto dirinya dengan Hajin di sebuah hotel. Sementara itu terlihat Hajin masuk ke lobi dengan diikuti oleh seorang perempuan muda dengan blouse dan rok panjang modis khas seorang putri kaya. Dia adalah Yuna Sanjaya. Sudah sejak turun di depan gedung, gadis itu mengikuti Hajin. Namun, Hajin mengabaikannya sehingga Yuna merasa kesal. Dia pun menyentak dengan suara nyaring untuk menarik perhatian Hajin."Kak Hajin!"Namun, bukannya Hajin yang menghentikan langkah dan mulai memperhatikannya, orang-orang yang ada di lobi lah yang menatap Yuna, termasuk Hanum.Karena kesal tetap diabaikan oleh Hajin, akhirnya Yuna pun berbicara dengan sembarangan."Kak Hajin, apa kamu benar-benar mau mengabaikanku seperti ini? Apa kamu gak keterlaluan? Aku masih 19 tahun dan kehamilan tanpa pernikahan adalah hal yang sulit. Kamu benar-benar mau tega sama aku kayak gini? Kakak ..."Suara Yuna menjadi parau di akhir.Sementara itu semua orang menjadi tercen

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   49 - Hamil

    Hanum benar-benar makan malam di luar dengan Hajin. Usai menyelesaikan makannya, Hajin berbicara dengan Hanum. "Besok, kita ke dokter, periksa." Hanum hanya mengangguk dengan senyuman. Sejujurnya dia merasa sangat lega karena sudah memberitahukan tentang kehamilannya pada Hajin. Apalagi respon Hajin juga cukup baik. Hati Hanum menjadi sangat tenang saat ini. "Hm, mau jam berapa? Kalau ke rumah sakit kan biasanya lama. Mau izin kerja?" Hanum memastikan. "Agak siang.""Okay."Setelah menjawab dengan cepat, Hanum kembali melihat meja makannya dan ingin membawa pulang dessert dan cake."Bapak, aku mau dessert sama cake buat dimakan di rumah." "Ya, boleh."Hajin lantas menekan tombol di meja dan seorang waiterss menghampiri mereka. Hanum menyebutkan makanan-makanan yang ingin dia pesan untuk dibawa pulang. Bersamaan dengan itu, ponselnya menyala. Sebenarnya sudah sejak tadi, panggilan dari orang yang sama itu masuk, tetapi Hajin malas mengangkatnya. Ini bukan telefon dari Yuna, mela

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   48 - Testpack

    "Ada apa? Kamu sama Bi Inah kok ngelihatin aku kayak gitu?"Tingkat kepekaan Hajin yang tinggi membuat pria itu bertanya tanpa basa-basi. Hanum mengambil tangan Hajin untuk disalimi sebelum memberikan jawaban apa-apa."Ada yang mau ditanyain Non Hanum, Tuan muda."Akhirnya Bi Inah yang memulai obrolan. Hajin lantas duduk di samping Hanum. Bi Inah pergi untuk memberi ruang pada suami-istri itu."Ada masalah apa? Apa ada yang gangguin kamu di kantor? Atau Husna neror kamu?" Hajin bertanya seraya menatap Hanum yang menghindari matanya."Gak, bukan apa-apa. Gak ada yang gangguin aku kok." Hanum mengelak. Entah kenapa dia jadi ragu untuk mengungkapkan isi hatinya. Padahal, beberapa waktu lalu dia masih resah dengan sosok tunangan Hajin. Namun, setelah dia pikirkan kembali, Hanum merasa dia tidak perlu menanyakannya. Karena bisa jadi benar apa kata Bi Inah, Hajin saja tidak menganggap bahwa dirinya memiliki tunangan. "Katanya, di kamus cewek itu kalau gak ada apa-apa, artinya ada sesuatu.

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   47 - Persidangan (2)

    Persidangan Husna atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Hanum berlangsung dengan gaduh. Pasalnya Husna mengelak tuduhan itu dan mengkambinghitamkan anak buahnya. Sampai-sampai bawahannya itu mengaku bahwa dialah yang berinisiatif mencelakai Hanum. "Ya, benar. Apa yang dikatakan Nona Husna, Pak Hakim. Saya yang melakukan kejahatan itu sendiri karena saya benci dengan Nona Hanum. Saya dipecat dari pekerjaan saya sebab Nona Hanum sehingga istri saya … istri saya meminta cerai dan keluarga saya jadi berantakan …"Hajin menghela napas kasar menyaksikan pria paruh baya itu memberikan pernyataan dengan suara gemetar. Seharusnya melihat gestur tubuh sopir itu, hakim meragukan pernyataannya. Namun, pengacara keluarga Thana berdalih bahwa sopir itu gugup dan ketakutan. Jaksa penuntut dari Hajin pun meminta penyelidikan lebih lanjut dan persidangan ditunda. Hajin segera keluar dari pengadilan setelahnya. Walaupun ada Arvin yang memanggil-manggil namanya, Hajin mengabaikan sepupunya itu be

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   46 - Kejutan Ulang Tahun

    Hanum tampil cantik dengan long dress berwarna sage. Baju dengan perpaduan kain tile yang elegan itu tampak membalut tubuhnya dengan sangat pas. Sedikit berlebihan menurut Hanum jika ini hanya untuk makan malam klien.Hanum pun bertanya pada sopir."Pak, tahu gak nanti aku sama Pak Hajin bakal ketemu siapa?"Edo, sang sopir pun menggeleng."Mohon maaf, Nyonya. Saya cuma disuruh Tuan buat nganterin Nyonya ke tempat tujuan. Soal bertemu siapa dan keperluan apa, saya kurang tahu."Hanum mengangguk pelan dan bersandar di jok penumpang."Baiklah, Pak."Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Sesampainya di depan hotel bintang 5, Edo membukakan pintu mobil. Hanum keluar dan langsung disambut oleh karyawan. Perasaannya agak aneh. Dia diperlakukan terlalu baik untuk ukuran pertemuan binis. Hanum jadi penasaran sebenarnya siapa klien yang akan dia temui bersama Hajin.Karyawan hotel mengantarnya ke restoran dan didapatinya Hajin sedang menunggu sendirian. Hanum pun memanggilny

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   45 - Sidang Pertama & Keresahan Hanum

    Siang hari ini persidangan pertama antara Prana Packaging dan Artaya Packaging telah digelar. Meskipun agak riweh dengan bantahan-batahan oleh Arvin, pada akhirnya pihak Prana Packaging lebih memiliki cukup bukti atas hak milik produk bio nature.Tok! Tok! Tok!Terlihat hakim mengetok palu untuk memberikan keputusan."Baik, atas bukti-bukti baru yang diberikan oleh penggugat, Pengadilan akan mempelajari dan memverifikasi bukti tersebut. Jika terbukti bahwa Artaya Packaging telah melakukan plagiat atas desain dan peluncuran produk, pihak tergugat akan dihukum sebagai mana mestinya. Untuk itu keputusan persidangan hari ini ditunda."Mendengar ucapan hakim, Arvin mengumpat pelan. Sementara itu Hajin mendengus napas kemudian pergi setelah persidangan ditutup. Tanpa dia sangka, di luar gedung pengadilan telah berjajar para wartawan yang ingin menemuinya. Reyhan dengan sigap menghadang para wartawan itu. Namun, mereka masih tetap memaksa untuk mengajukan pertanyaan."Pak Hajin ... setelah l

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   45 - Pulang, Tidak Enak Badan

    "Pelan-pelan makannya, Hanum. Gak ada yang minta."Hajin mengingatkan sembari menyeka bibir Hanum yang belepotan saat memakan tteobokki. Hanum meringiskan senyumnya. "Habis enak, Pak. Bapak yakin gak mau?" tanya Hanum memastikan. "Lihat kamu makan aja udah kenyang ak-"Belum sampai Hajin menyelesaikan kata-katanya, Hanum sudah menyuapinya. Hajin sedikit terkejut, sedangkan Hanum hanya meringis. "Pedes ya, Pak?"Dia lalu mendekatkan minuman pada Hajin. Pria itu menelan makanannya kemudian minum."Gak terlalu," jawab Hajin dengan singkat."Mau lagi?""No."Hajin menggeleng. Hanum kemudian mengambil Bugoppangnya."Mau yang ini? Isinya kacang merah, pasti manis." Dia menawarkan. Hajin menggeleng kembali. "Buat kamu aja."Hanum kemudian mengerucutkan bibir dan mulai mengeluarkan kue yang masih panas itu dari wadahnya. "Ya udah, aku makan sendiri aja kalau gitu."Hanum lantas menikmati makanannya dengan gigitan sedang seperti biasa. Hajin hanya memperhatikannya dengan tatapan dalam se

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   44 - Konferensi Pers

    Sinar blitz dan suara kamera memenuhi ruang konferensi pers yang diadakan oleh Yi Jin. Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas formal yang mahal. Aktor Korea populer yang telah merambah ke Hollywood itu menggemparkan para fans dengan isunya yang akan berhenti dari aktivitas entertaiment. Dia dikabarkan ingin berfokus pada bisnisnya. Karena itu dia mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi isu yang ada.Yi Jin tersenyum tanpa gugup di depan kamera. Dia juga melambaikan tangannya pada penggemar yang ikut datang hari ini. Sementara itu Hanum hanya bisa mengamati Yi Jin dari jauh dengan topi dan masker bersama Reyna.Sejak awal Hajin mengajaknya ikut ke Seoul bukan untuk menunjukkan Hanum pada publik, melainkan mengamankan wanita itu di sisinya. Jadi, hanya Hajin sendiri yang akan tampil di depan kamera hari ini. "Halo, saya Kim Yi Jin. Isu tentang saya akan berhenti dari dunia hiburan dan berfokus untuk bisnis saya memang benar."Yi Jin memulai konferensi persnya. Dia tetap tenang

  • Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran   43 - Menjadi Suksesor (2)

    "Bapak mau bicarain apa? Kayaknya serius banget?"Hanum bertanya di antara kegelisahan hati yang coba dia sembunyikan. Hajin kini sudah duduk di seberang sofa depannya."Minggu depan kamu harus ikut aku ke Seoul. Yi Jin bakal ngadain konferensi pers buat perilisan perusahaan mobil dan aku akan datang sebagai investor utama."Penuturan Hajin membuat keresahan Hanum hilang dan berganti rasa penasaran."Investor utama? Bukan owner?" Hanum memastikan bahwa dia tidak salah dengar."Ya, investor. Aku gak jadi pindah ke Seoul. Karena satu dan hal lain, aku mutusin buat ikut pemilihan suksesor ketua Prana Group."Seketika Hanum tercengang."Apa? Prana Group yang itu?" kata Hanum masih terkejut."Maksud Bapak, Bapak mau ikut perebutan posisi ketua grup?" lanjut Hanum berusaha meluruskan pikirannya.Hajin mengangguk dengan mantap. Hanum justru mengerutkan dahinya."Kenapa tiba-tiba?" Hanum bertanya, terlihat dia begitu khawatir pada Hajin."Bapak bilang gak mau terikat dengan Prana Grup lagi. T

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status