Share

4 - Pernikahan Nafsu

Hajin Pranadipa ... wajahnya memang tidak terlihat di publik, tapi siapa yang tidak tahu dengan keluarga Pranadipa? Mereka adalah salah satu keluarga konglomerat di Indonesia. Pranadipa Group mendirikan perusahaan kertas yang menguasai produksi dalam negeri dan telah meluas ke pasar Asia.

Mereka kemudian memiliki cabang-cabang usaha lain yang bergerak di bidang yang saling terkait. Prana packaging adalah anak perusahaan paling besar di bidang kemasan yang berhasil masuk pasar luar negeri dengan keunggulan produknya yang memiliki klaim ramah lingkungan dan food grade. Omset perusahaan telah mencapai ratusan miliar per buulan. Bisa dilihat dari gedung kantor dan pabrik di belakangnya, seberapa besar aset perusahaan ini. Tentu saja pemilik dan pimpinannya pun kaya. Namun, Hanum justru menemui Hajin Pranadipa sekarang untuk meminta dinikahi 'siri'.

Ini semua karena Hanum dijebak atas hilangnya uang perusaahaan dan Hajin meminta untuk tidur dengannya sebagai ganti rugi. Hanum yang seorang perempuan berprinsip dan muslimah, tentu saja dia menolak. Akan tetapi, perlakuan keluarga angkatnya yang semena-mena membuat Hanum tidak tahan.

"Apa kamu bilang?"

Hajin sedang meninjau laporan keuangan saat Hanum menemuinya. Dia membalikkan kursi kerjanya lalu melempar file di tangannya ke meja dengan keras setelah mendengar perkataan Hanum.

"Untuk ganti rugi itu, saya mau melakukannya dengan Bapak. Tapi, dengan syarat. Nikahi saya."

Hajin menatap Hanum dengan kernyitan dahi. Untuk seseorang yang berani meminta pernikahan, Hanum terlalu gemetar. Hajin jadi tidak habis pikir.

"Aku pebisnis, Hanum. Tawaranku adalah 10 pertemuan, tapi kamu meminta pernikahan. Ini tidak seimbang. Coba beri aku alasan masuk akal kenapa aku harus deal denganmu?"

Hajin sengaja berbicara seperti itu.

Hanum berusaha keras menghentikan getaran di tangannya. Dia juga berusaha agar suaranya tidak gemetar. Sudah dia duga bahwa Hajin tidak akan semudah itu mengiyakan permintaannya. Karena pernikahan membuat 2 orang bukan hanya berbagi tubuh, tapi juga aset dan kekayaan.

"Karena Anda menginginkan tubuh saya, Anda harus menghargai saya sebagai perempuan, Pak. Setidaknya lakukanlah itu dengan nikah siri."

Hajin terdiam, dia masih tidak habis pikir. Pernikahan bukanlah hal yang mudah, terlalu rumit.

"Aku hanya meminta 10 kali, setelah itu kamu bebas memilih suami."

Hajin berkata seperti itu. Tentu saja, hanya karena menginginkan tubuh seorang perempuan, tidak lantas membuatnya tidak waras sampai mau menggadaikan masa depannya.

Hanum menelan ludah susah. Dia masih gemetar dan jantungnya terus berdegup kencang.

"Mungkin, perempuan sekarang merasa hilang perawan bukan suatu masalah. Tapi, bagi saya ... hal itu harus diberikan pada suami dalam pernikahan sah." Dia mengatakan dengan pergerakan mata yang gusar sekaligus takut.

"Saya bukan mau sok romantis, tetapi ini tentang keyakinan. Jadi, kalau Bapak menginginkan tubuh saya, tolong setidaknya ... hanya dengan nikah siri," lanjut Hanum masih takut-takut.

"Kalau Bapak merasa khawatir, Bapak bisa memanggil pengacara. Kita menikah secara siri di atas perjanjian bermaterai. Saya tidak akan mengincar harta Bapak."

Penegasan terakhir Hanum membuat Hajin mendengus.

Sekarang, Hajin yang dibuat tidak mampu berpikir. Apa Hanum tidak tahu seberapa kayanya dia?"

"Baiklah. Kita sepakat," ujar Hajin memutuskan.

Hanum agak terkejut karena Hajin tidak mendebatnya lebih lanjut. Padahal, Hanum berpikir akan sulit untuk membuat Hajin setuju dalam sekali pembicaraan.

"Sekarang, duduk. Kita bahas kontrak perjanjiannya. Aku ada materai," lanjut Hajin.

Hanum lalu duduk. Mereka kemudian membuat beberapa pasal yang intinya, Hajin akan menganggap hutang perusahaan lunas. Selama dalam pernikahan, Hajin akan menanggung biaya hidup Hanum termasuk biaya penyelesaian kuliah dan tugas akhirnya. Hanum harus berlaku selayaknya istri di rumah, tapi tidak di kantor. Lalu, yang penting ... Tidak ada larangan untuk menyentuh tapi dilarang jatuh cinta.

Hajin menggaris bawahi pasal itu. Artinya dia menegaskan dengan keras bahwa Hanum tidak boleh jantuh cinta. Memangnya, apa cinta bisa tumbuh dalam pernikahan yang berlandaskan nafsu saja ini?

Hanum tidak paham mengapa pasal yang jelas tidak mungkin ini ditulis.

Lalu, Hanum dan Hajin benar-benar menikah siri malam itu juga. Mereka tidak dinikahkan oleh Thana karena Thana adalah paman dari pihak ibunya. Ayahnya anak tunggal dan semua keluarganya sudah tidak ada. Jadi, pernikahan Hanum bisa dilakukan dengan mudah.

Akhirnya ... di tempat inilah Hanum berakhir.

Hotel bintang 5 yang juga milik Pranadipa Group. Hajin benar-benar telihat tidak sabar untuk meneguk darah perawan dari gadis ranum yang selalu menutupi tubuhnya itu.

"Sudah aku bilang, tidak ada larangan untuk menyentuh. Jadi, kamu siap-siap saja. Aku akan mandi lebih dulu."

Hajin mengatakan itu sebagai peringatan untuk Hanum. Padahal, tanpa diperingati pun Hanum tetap sadar dan ingat. Hanya saja, da tidak bisa menyembunyikan kegugupannya dan ketakutannya sekarang.

Alhasil, dia hanya bisa diam di atas ranjang dan terus menyebut nama Tuhan. Dia berharap, ini hanya mimpi saja. Namun, tidak. Ini bukan mimpi. Ini jalan yang dipilih Hanum sendiri untuk lepas dari jeratan keluarga laknatnya.

Setelah Hajin keluar, Hanum berganti mandi. Hanum lama sekali di sana sampai suara Hajin terdengar.

"Pakai lingire yang digantung di sana. Aku mau, saat kamu keluar, kamu sudah memakainya."

Hanum memejamkan matanya erat. Dia sungguh takut sekarang. Apalagi lingire yang dimaksud Hajin itu sangat tembus pandang. Tanpa pakai dalam, tentu seluruh tubuhnya akan terlihat jelas.

"Allah ... bagaimana ini?"

Hanum merasa tubuhnya sangat lemas. Dia berjongkok di bawah dan merasa tak sanggup melakukannya. Akan tetapi, lagi-lagi Hajin mengingatkan.

"Jangan coba-coba untuk kabur, Hanum! Aku sudah sampai menikahimu. Ini sudah hakku."

Hajin menegaskan.

"Keluar dalam hitungan ke 5 atau aku dobrak pintunya!" ancam pria itu.

"Satu ..."

Cepat-cepat Hanum mengganti jubahnya dengan gaun malam berwarna hitam. Namun, sungguh memalukan melihat bentuk tubuhnya di cermin. Dia pun memakai jubah mandinya lagi di lapisan luarnya.

Hanum lantas keluar.

Seketika Hajin sudah tertarik hanya dengan aromanya. Padahal, produk yang mereka pakai sama, tetapi sungguh Hajin terpesona. Pria itu tersenyum melihat Hanum yang keluar dengan rambut setengah basah dan berjalan lambat.

Hajin jadi menggodanya.

"Kalau jalanmu seperti itu, keong aja bisa menang ngelawan kamu," ucapnya.

"Dan apaan-apaan jubahmu itu, Sayang? Bukannya aku sudah bilang, pakai lingire saja?"

Suara Hajin berubah. Dari dingin menjadi agak sedikit lembut. Hanum sampai merinding. Apakah semua pria saat ingin meminta haknya bisa menjadi manis seperti ini?

"Sa ... Saya memakainya kok, Pak. Tapi, saya malu ..."

Hanum menjawab dengan terbata. Dia terlihat begitu gugup. Dan kegugupannya membuat Hajin senang. Hal ini membuktikan Hanum begitu terjaga. Itu pula yang membuat Hajin tertarik padanya.

"Baiklah. Padahal, dibuka nanti atau sekarang pun sama aja," ucap Hajin.

"Cepat ke sini, Sayang ..."

Hanum benar-benar bergerak lambat dan membuat Hajin gemas. Pria itu lantas menariknya saat Hanum sudah sangat dekat.

Hanum sedikit terkejut dengan tindakan Hajin. Kini, dia berada di atas pangkuan pria itu. Jantung Hanum yang sudah berdebar cepat tadi, kini terasa berdetak lebih hebat. Dia sungguh takut dan merasa menggigil sekarang. Apalagi saat Hajin menurunkan jubah mandinya dan menyentuh leher serta lengannya.

"Seperti yang kubayangkan, sangat halus dan harum."

Hanum hanya bisa menahan diri dan memejamkan matanya kuat-kuat.

"Baiklah. Kamu tidak akan selamat malam ini, Hanum."

Hajin berbisik dan nyaris tak terdengar. Akan tetapi, dia sudah mampu membuat setiap permukaan kulit Hanum merinding dan nyawanya terasa menggelepar.

Apa dia sungguh akan habis di tangan Hajin malam ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status