Hajin Pranadipa ... wajahnya memang tidak terlihat di publik, tapi siapa yang tidak tahu dengan keluarga Pranadipa? Mereka adalah salah satu keluarga konglomerat di Indonesia. Pranadipa Group mendirikan perusahaan kertas yang menguasai produksi dalam negeri dan telah meluas ke pasar Asia.
Mereka kemudian memiliki cabang-cabang usaha lain yang bergerak di bidang yang saling terkait. Prana packaging adalah anak perusahaan paling besar di bidang kemasan yang berhasil masuk pasar luar negeri dengan keunggulan produknya yang memiliki klaim ramah lingkungan dan food grade. Omset perusahaan telah mencapai ratusan miliar per buulan. Bisa dilihat dari gedung kantor dan pabrik di belakangnya, seberapa besar aset perusahaan ini. Tentu saja pemilik dan pimpinannya pun kaya. Namun, Hanum justru menemui Hajin Pranadipa sekarang untuk meminta dinikahi 'siri'.Ini semua karena Hanum dijebak atas hilangnya uang perusaahaan dan Hajin meminta untuk tidur dengannya sebagai ganti rugi. Hanum yang seorang perempuan berprinsip dan muslimah, tentu saja dia menolak. Akan tetapi, perlakuan keluarga angkatnya yang semena-mena membuat Hanum tidak tahan."Apa kamu bilang?"Hajin sedang meninjau laporan keuangan saat Hanum menemuinya. Dia membalikkan kursi kerjanya lalu melempar file di tangannya ke meja dengan keras setelah mendengar perkataan Hanum."Untuk ganti rugi itu, saya mau melakukannya dengan Bapak. Tapi, dengan syarat. Nikahi saya."Hajin menatap Hanum dengan kernyitan dahi. Untuk seseorang yang berani meminta pernikahan, Hanum terlalu gemetar. Hajin jadi tidak habis pikir."Aku pebisnis, Hanum. Tawaranku adalah 10 pertemuan, tapi kamu meminta pernikahan. Ini tidak seimbang. Coba beri aku alasan masuk akal kenapa aku harus deal denganmu?"Hajin sengaja berbicara seperti itu.Hanum berusaha keras menghentikan getaran di tangannya. Dia juga berusaha agar suaranya tidak gemetar. Sudah dia duga bahwa Hajin tidak akan semudah itu mengiyakan permintaannya. Karena pernikahan membuat 2 orang bukan hanya berbagi tubuh, tapi juga aset dan kekayaan."Karena Anda menginginkan tubuh saya, Anda harus menghargai saya sebagai perempuan, Pak. Setidaknya lakukanlah itu dengan nikah siri."Hajin terdiam, dia masih tidak habis pikir. Pernikahan bukanlah hal yang mudah, terlalu rumit."Aku hanya meminta 10 kali, setelah itu kamu bebas memilih suami."Hajin berkata seperti itu. Tentu saja, hanya karena menginginkan tubuh seorang perempuan, tidak lantas membuatnya tidak waras sampai mau menggadaikan masa depannya.Hanum menelan ludah susah. Dia masih gemetar dan jantungnya terus berdegup kencang."Mungkin, perempuan sekarang merasa hilang perawan bukan suatu masalah. Tapi, bagi saya ... hal itu harus diberikan pada suami dalam pernikahan sah." Dia mengatakan dengan pergerakan mata yang gusar sekaligus takut."Saya bukan mau sok romantis, tetapi ini tentang keyakinan. Jadi, kalau Bapak menginginkan tubuh saya, tolong setidaknya ... hanya dengan nikah siri," lanjut Hanum masih takut-takut."Kalau Bapak merasa khawatir, Bapak bisa memanggil pengacara. Kita menikah secara siri di atas perjanjian bermaterai. Saya tidak akan mengincar harta Bapak."Penegasan terakhir Hanum membuat Hajin mendengus.Sekarang, Hajin yang dibuat tidak mampu berpikir. Apa Hanum tidak tahu seberapa kayanya dia?""Baiklah. Kita sepakat," ujar Hajin memutuskan.Hanum agak terkejut karena Hajin tidak mendebatnya lebih lanjut. Padahal, Hanum berpikir akan sulit untuk membuat Hajin setuju dalam sekali pembicaraan."Sekarang, duduk. Kita bahas kontrak perjanjiannya. Aku ada materai," lanjut Hajin.Hanum lalu duduk. Mereka kemudian membuat beberapa pasal yang intinya, Hajin akan menganggap hutang perusahaan lunas. Selama dalam pernikahan, Hajin akan menanggung biaya hidup Hanum termasuk biaya penyelesaian kuliah dan tugas akhirnya. Hanum harus berlaku selayaknya istri di rumah, tapi tidak di kantor. Lalu, yang penting ... Tidak ada larangan untuk menyentuh tapi dilarang jatuh cinta.Hajin menggaris bawahi pasal itu. Artinya dia menegaskan dengan keras bahwa Hanum tidak boleh jantuh cinta. Memangnya, apa cinta bisa tumbuh dalam pernikahan yang berlandaskan nafsu saja ini?Hanum tidak paham mengapa pasal yang jelas tidak mungkin ini ditulis.Lalu, Hanum dan Hajin benar-benar menikah siri malam itu juga. Mereka tidak dinikahkan oleh Thana karena Thana adalah paman dari pihak ibunya. Ayahnya anak tunggal dan semua keluarganya sudah tidak ada. Jadi, pernikahan Hanum bisa dilakukan dengan mudah.Akhirnya ... di tempat inilah Hanum berakhir.
Hotel bintang 5 yang juga milik Pranadipa Group. Hajin benar-benar telihat tidak sabar untuk meneguk darah perawan dari gadis ranum yang selalu menutupi tubuhnya itu."Sudah aku bilang, tidak ada larangan untuk menyentuh. Jadi, kamu siap-siap saja. Aku akan mandi lebih dulu."Hajin mengatakan itu sebagai peringatan untuk Hanum. Padahal, tanpa diperingati pun Hanum tetap sadar dan ingat. Hanya saja, da tidak bisa menyembunyikan kegugupannya dan ketakutannya sekarang.Alhasil, dia hanya bisa diam di atas ranjang dan terus menyebut nama Tuhan. Dia berharap, ini hanya mimpi saja. Namun, tidak. Ini bukan mimpi. Ini jalan yang dipilih Hanum sendiri untuk lepas dari jeratan keluarga laknatnya.Setelah Hajin keluar, Hanum berganti mandi. Hanum lama sekali di sana sampai suara Hajin terdengar."Pakai lingire yang digantung di sana. Aku mau, saat kamu keluar, kamu sudah memakainya."Hanum memejamkan matanya erat. Dia sungguh takut sekarang. Apalagi lingire yang dimaksud Hajin itu sangat tembus pandang. Tanpa pakai dalam, tentu seluruh tubuhnya akan terlihat jelas."Allah ... bagaimana ini?"Hanum merasa tubuhnya sangat lemas. Dia berjongkok di bawah dan merasa tak sanggup melakukannya. Akan tetapi, lagi-lagi Hajin mengingatkan."Jangan coba-coba untuk kabur, Hanum! Aku sudah sampai menikahimu. Ini sudah hakku."Hajin menegaskan."Keluar dalam hitungan ke 5 atau aku dobrak pintunya!" ancam pria itu."Satu ..."Cepat-cepat Hanum mengganti jubahnya dengan gaun malam berwarna hitam. Namun, sungguh memalukan melihat bentuk tubuhnya di cermin. Dia pun memakai jubah mandinya lagi di lapisan luarnya.Hanum lantas keluar.Seketika Hajin sudah tertarik hanya dengan aromanya. Padahal, produk yang mereka pakai sama, tetapi sungguh Hajin terpesona. Pria itu tersenyum melihat Hanum yang keluar dengan rambut setengah basah dan berjalan lambat.Hajin jadi menggodanya."Kalau jalanmu seperti itu, keong aja bisa menang ngelawan kamu," ucapnya."Dan apaan-apaan jubahmu itu, Sayang? Bukannya aku sudah bilang, pakai lingire saja?"Suara Hajin berubah. Dari dingin menjadi agak sedikit lembut. Hanum sampai merinding. Apakah semua pria saat ingin meminta haknya bisa menjadi manis seperti ini?"Sa ... Saya memakainya kok, Pak. Tapi, saya malu ..."Hanum menjawab dengan terbata. Dia terlihat begitu gugup. Dan kegugupannya membuat Hajin senang. Hal ini membuktikan Hanum begitu terjaga. Itu pula yang membuat Hajin tertarik padanya."Baiklah. Padahal, dibuka nanti atau sekarang pun sama aja," ucap Hajin."Cepat ke sini, Sayang ..."Hanum benar-benar bergerak lambat dan membuat Hajin gemas. Pria itu lantas menariknya saat Hanum sudah sangat dekat.Hanum sedikit terkejut dengan tindakan Hajin. Kini, dia berada di atas pangkuan pria itu. Jantung Hanum yang sudah berdebar cepat tadi, kini terasa berdetak lebih hebat. Dia sungguh takut dan merasa menggigil sekarang. Apalagi saat Hajin menurunkan jubah mandinya dan menyentuh leher serta lengannya."Seperti yang kubayangkan, sangat halus dan harum."Hanum hanya bisa menahan diri dan memejamkan matanya kuat-kuat."Baiklah. Kamu tidak akan selamat malam ini, Hanum."Hajin berbisik dan nyaris tak terdengar. Akan tetapi, dia sudah mampu membuat setiap permukaan kulit Hanum merinding dan nyawanya terasa menggelepar.Apa dia sungguh akan habis di tangan Hajin malam ini?Hanum tidak pernah pacaran dengan hubungan yang sangat intim. Selama ini dia hanya sibuk bertahan hidup. Orang tua kandungnya mengalami kecelakaan mobil saat dia berusia 9 tahun. Dia harus ikut dengan Thana, pamannya. Di rumah sang paman dia diperlakukan semena-mena oleh Husna selama bertahun-tahun. Jadi, tidak ada waktu untuknya berpacaran. Pengalaman Hanum hanya dengan seniornya di kampus yang sama. Namun, daripada pacar, mereka lebih bisa disebut sebagai hubungan tanpa status. Mereka tahu bahwa mereka menyukai satu sama lain, tapi hanya sebatas itu. Mereka juga berjalan ke arah tujuan masing-masing tanpa melibatkan satu sama lain. Karena itu sekarang mereka sudah tidak berhubungan. Pria itu sibuk mengejar karirnya sendiri, sedang Hanum terus terpesorok sejak penelitian skripsinya tidak berjalan lancar. Hanum menjadi mudah melupakan seniornya itu. Setelahnya, Hanum tidak pernah menjalin hubungan dengan orang lain lagi. Sekarang, saat tiba-tiba Hanum harus menikah dan melakukan mal
Hanum yakin sekali, Hajin menikahinya dengan akad agama Islam. Hanum juga mendengar Hajin mengucapkan basmalah dan semua rentetannya mengikuti Pak Kyai saat ijab kabul dengan baik. Dia bukan seperti amatir yang agama hanya untuk pelengkap KTP. Namun, kenapa? Malam tadi saat Hajin menolak salat pengantin dengannya, Hanum bisa mengerti. Mungkin Hajin ingin melakukan itu dengan wanita yang dia cintai suatu hari nanti. Akan tetapi, Subuh ini ... saat Hajin membangunkan Hanum untuk salat sesuai janjinya, pria itu justru bermain ponsel saja di ranjang.Dia tak bergeming bahkan ketika Hanum sengaja menggelar sajadah di tepi ranjang yang dekat dengan Hajin. Selesai salat, Hanum ingin sekali bertanya, tetapi dia merasa takut pada Hajin. Masih segar di ingatannya, bagaimana semalam Hajin marah dan menyiksa dirinya, meski bukan siksaan dalam arti sebenarnya. Namun, jika tetap diam, Hanum merasa tidak nyaman. Mereka suami-istri sekarang. Ah, tidak! Tidak! Jika Hanum mengatas namakan hubungan yang
Hanum menjadi pusat perhatian saat tiba di kantor. Dia mengentri presensi pukul 10. Sudah terlambat masuk, eh ... pakaiannya juga ikut mencolok. Bukan sebab lusuh atau aneh justru dia mengenakan pakaian baru yang bermerk. Tapi, karena itulah dia jadi sangat berbeda. Bisa-bisanya anak magang yang baru saja menghilangkan uang perusahaan malah datang dengan baju mahal? Apalagi Hanum biasanya hanya mengenakan kemeja murah yang dijual obralan saja. Jadi, bagaimana bisa orang-orang tidak berisik membicarakannya lagi? Tentu saja, dia menjadi sasaran empuk sebagai kopi panas hari ini.Semuanya gara-gara Hajin.Pagi tadi ... saat mengajak keluar dari hotel, Hanum berpikir Hajin akan mengantarkannya ke rumah. Akan tetapi, yang dimaksud rumah oleh pria itu adalah rumahnya sendiri bukan rumah Hanum.Hanum baru tersadar ketika mereka sampai di depan sebuah rumah megah milik Hajin. Saat akan turun, Hanum menghentikan Hajin. "Tunggu sebentar, Pak. Saya gak punya baju ganti buat ngantor. Saya lupa,
Hanum tidak tahu mengapa Husna sangat membencinya. Saat mereka masih kecil, Hanum berpikir … Husna hanya belum dewasa. Kehadirannya yang tiba-tiba dalam hidup Husna pasti mengganggu. Namun, seiring berjalannya waktu dan mereka telah dewasa sekarang. Hanum mulai menyadari bahwa Kakaknya ini hanya tidak suka padanya. Dia hanya tidak suka Hanum hidup dan bernapas seperti perkataannya. Karena itu, rasanya jika Hanum balik membenci Husna pun tidak salah. Husna benar-benar sudah keterlaluan padanya. Plak!"Jaga ucapan kamu, Husna Thana! Kamu pikir, karena siapa aku jadi kayak gini?" Hanum membentak Husna setelah dia melayangkan tamparan. Dia cepat-cepat memperbaiki blazer dan kerudungnya. "Siapa yang ngilangin uang, siapa juga yang tanggung jawab? Kalau kamu emang masih punya nurani, lebih baik kamu diem! Kecuali kamu bisa ngembaliin kehormatanku lagi."Detik itu juga Husna yang tadi akan meledak setelah ditampar kini tercengang. Akan tetapi, tak lama dia malah mendengus tawa. "Ha, jad
"Masuk!"Hajin menyahuti ucapan Hanum dengan cepat. Saat dia sampai di ruangannya, Hajin tidak membalikkan kursinya seperti biasa. Dia sudah menghadap kedepan lengkap dengan beberapa lembar kertas di meja. Itu adalah kertas-kertas yang muncul dari fax mail."Kenapa lama sekali? Aku sudah nyuruh Wina untuk memanggilmu sejak tadi. Kamu ke mana? Jangan-jangan kamu keluyuran lagi pas jam kerja?!" Hajin menatapnya curiga. Hanum sedikit tercengang atas tuduhan Hajin. Jika soal pekerjaan, pria itu jadi sangat menyebalkan. "Tidak, Pak. Mana berani saya begitu. Saya cuma ke toilet tadi. Bukan salah saya juga kan saya jadi lama?" Mendengar jawaban Hanum, Hajin menyentuh pangkal hidungnya seakan sedang pusing."Baiklah. Kemari ..."Hajin memundurkan tempat duduknya sedikit dan mengambil salah satu lembar kertas di mejanya dengan tangan kiri. Hanum mendekat ke depan meja sesuai perintah. Namun, Hajin menyuruhnya untuk lebih dekat. "Mendekatlah ..."Hanum bergerak dari depan meja ke samping.
Pukul 12.30, jam istirahat sudah berlalu 30 menit, tapi tak ada tanda-tanda Hajin akan beranjak dari kursinya untuk keluar. Hanum jadi heran, apa setiap hari Haji seperti itu? Hanya kerja? Kerja? Dan kerja? Hanum sungguh tidak paham dengan pikiran orang-orang kaya yang gila kerja. Mereka sudah kaya, tapi karena sifat gila kerjanya itu mereka terus bertambah kaya, sedang orang-orang yang seperti dirinya justru inginnya cepat-cepat rebahan saja. Huh, yang salah memang hanya kebiasaannya. Meski begitu, mana bisa terus bekerja tanpa makan?"Pak ..." Hanum pun memanggil Hajin. Pria itu berdehem karena sedang mengetik di komputernya. "Bapak gak istirahat? Setidaknya, makan?" "Bilang aja kamu yang lapar dan pengen istirahat Hanum," balas Hajin tanpa menatapnya. Dia lantas menghidupkan ponsel pribadinya untuk menelfon seseorang."Na? Udah dapat makanannya belum?"Suara berisik udara luar langsung terdengar. Hajin me-loud speaker panggilan itu hingga Hanum ikut mendengarkan. Hanum memainka
Hanum merutuki kebodohannya sembari menatap ponsel di tangan. Dia baru sadar bahwa dia tidak memiliki nomor pribadi Hajin. Padahal, hari ini dia akan mengambil barangnya dari rumah. Sementara Hajin tidak kembali ke ruangannya bahkan setelah jam pulang kantor. Helaan napas berat terus menemani Hanum sepanjang perjalanannya menaiki bus. Sekarang, dia hanya bisa berdoa semoga Husna tidak langsung pulang ke rumah. Semoga Husna nongkrong sampai malam sehingga mereka tidak perlu bertemu. Jadi, Hanum bisa keluar dari rumah dengan tenang. Sayangnya, harapan dan keinginan selalu saja tak sama dengan kenyataan. Ketika baru saja melangkah dari pintu, suara Husna sudah langsung terdengar. "Nah, datang juga anaknya, Yah! Cepat hukum dia! Dia tidur sama atasan dan mau jadi simpanannya. Malu-maluin keluarga aja."Husna mengadu pada Thana. Pria paruh baya itu masih mengenakan jas formalnya, terlihat dia juga baru saja datang. Husna pun masih memakai rok mini meskipun blazernya telah dia lepas.
"Husna, hentikan!"Hampir saja ujung gunting itu melukai wajah Hanum jika Thana tidak sampai tepat waktu. Dia memang berniat menyusul Hanum ke kamarnya, tetapi karena sakit kepala, dia baru beranjak setelah mendengar bunyi benda dibanting. Saat sampai di depan pintu, Thana terkejut karena Husna memegang gunting. Thana segera menghampiri Husna dan merebut guntingnya."Apa yang kamu lakukan, Husna? Kamu ingin melukai Adikmu? Apa kamu hilang akal? Dan kenapa tangan Hanum berdarah?"Sakit kepala seketika menyerang Thana lagi. Dia memegang kepalanya sebentar kemudian berteriak. "Sudah, cukup, kalian! Ayah sakit kepala sekarang. Jadi, kita bicarain ini lain waktu. Husna kembali ke kamar! Dan Hanum ... obati tanganmu."Saat itu Husna yang masih kesal, ingin protes. Namun, Thana langsung menyentaknya."Kembali ke kamarmu, Husna! Jangan buat ayah bicara 2 kali."Alih-alih langsung kembali ke kamarnya, Husna masih tidak juga beranjak. Dia masih menatap Hanum dengan penuh kebencian. Sementa