Siska sudah lama tak disentuh oleh suaminya dengan alasan dia kurang menarik. Terlebih lagi, Mama mertuanya selalu menghalangi dirinya untuk perawatan. Alhasil, suaminya semakin muak. Namun, di tengah keterpurukannya, ternyata Bram, Papa mertuanya justru dengan senang hati memberikan apa yang tidak diberikan oleh suami Siska. Bram, si pria paruh baya tapi masih sangat kekar mampu menakhlukkan hati Siska hingga mereka terjerumus ke dalam hasrat terlarang antara mertua dan menantu.
Lihat lebih banyakSiska dan Dani adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama tujuh tahun dan sudah dikaruniai anak perempuan berusia enam tahun.
Keduanya memilih untuk menikah muda selepas lulus sekolah dan tak perlu pusing memikirkan keadaan ekonomi pasca menikah. Sebab, orang tua Dani sangat kaya dan selama ini mereka selalu diberi bantuan oleh kedua orang tua Dani.
Walau begitu, sudah lebih dari lima tahun menikah. Hasrat yang dulunya terlalu menggebu, kini seolah surut di makan waktu. Dani tak seantusias seperti dulu lagi dalam menyentuh Siska.
"Mas, ini malam jum'at, loh. Kamu nggak lupa, kan?" bisik Siska.
Bukannya tergoda, Dani justru risih dan menepis tangan sang istri. Lelaki itu bangkit dari ranjang dan menghela napas beberapa kali.
"Nggak usah dulu, Dek. Mas nggak ada nafsu malam ini!" balas Dani seraya melirik ke arah istrinya.
Lelaki itu geleng-geleng kepala ketika melihat penampilan Siska. Daster yang warnanya bahkan hampir pudar. Sama sekali tak ada sisi menariknya.
"Sudah hampir dua minggu loh kamu nggak sentuh aku. Jangan bilang, kamu jajan di luar, iya?" hardik Siska yang harga dirinya merasa tersentil setelah ditolak mentah-mentah oleh sang suami.
Dani menghela napas. "Aku selama ini sibuk kerja di kantor Papa. Jangan ngarang cerita deh. Coba kamu benahi diri kamu dulu. Mas nggak mau sentuh kamu bukan karena Mas selingkuh, tapi tampilan kamu itu loh. Kalau boleh jujur, sama sekali nggak menarik. Beli lingerie sana, tampil seksi di depan suami apa salahnya?"
Setelah mengatakan hal tersebut, Dani langsung keluar dari kamar dengan sedikit membanting pintu.
Siska yang melihat kepergian suaminya bahkan langsung menitikkan air mata. Padahal, selama ini dia tak pernah banyak menuntut dan selalu sadar diri.
Dia tak ingin menghambur-hamburkan uang suaminya. Terlebih lagi, setiap kali Ibu mertuanya datang, Siska selalu terkena omelan.
Wajar seperti itu, lantaran Siska ini berasal dari keluarga sederhana dan bahkan kekayaannya sangat jauh tertinggal dengan kekayaan keluarga Dani.
"Nikah bertahun-tahun bukannya semakin romantis, tapi Mas Dani makin ke sini malah makin cuek saja," lirih Siska seraya berbaring dan tak memperdulikan lagi suaminya yang entah pergi ke mana.
Pagi pun tiba. Siska lebih dulu terbangun dan ternyata sudah mendapati sosok Dani yang tidur membelakangi dirinya. Jaraknya pun juga cukup jauh.
Siska menghela napas. Semalam sebelum tidur, dia berpikir keras jika memang sudah sewajarnya istri menyenangkan suami. Maka dari itu, hari ini rencananya dia akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan skincare sekaligus membeli beberapa lingerie.
Wanita itu mencepol asal rambutnya. Gegas pergi ke kamar mandi dan setelahnya langsung pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dani baru saja keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Lelaki itu gegas mendekati istrinya dan memeluk wanitanya dari belakang.
Siska tersentak kaget ketika mendapati pelukan mendadak dari sang suami.
"Mas?" herannya. Perasaan baru semalam mereka sedikit adu cekcok hanya karena masalah jatah ranjang.
"Maaf, Sayang. Maaf kalau tadi malam Mas nolak kamu. Mas cuma capek kerja, tapi lihat istri di rumah malah dekil, kucel sama kumel," ujar Dani. Sudah biasa Siska mendengar ucapan pedas seperti ini. Dia sudah tidak sakit hati lagi.
"Iya. Rencananya aku nanti mau beli skincare sama perawatan sebentar, Mas. Mumpung hari ini Laila masih menginap di rumah Kakek Neneknya. Boleh, kan?" tanya Siska meminta izin.
"Jelas boleh dong, Sayang. Justru itu sangat bagus. Kenapa nggak dari dulu, sih, kamu ada inisiatif begitu?" balas Dani terlampau bersemangat.
Mendengar istrinya ingin mulai perawatan, sudah pasti sebagai seorang suami, dia akan semangat empat lima.
"Ya biasanya kan aku mau ngirit, Mas!"
"Mulai sekarang, nggak usah ngirit. Kamu harus cantik biar bisa puasin Mas di atas ranjang." Dani terus mendorong istrinya supaya wanita itu berubah dan kembali cantik seperti masih gadis dulu.
Siska mengangguk setuju dan keduanya pun mulai sarapan bersama dengan sesekali mengobrol berdua.
Namun, suasana yang tadinya hangat kini mendadak berubah ketika Dani mendapatkan telepon dari seseorang.
"Siapa, Mas?" tanya Siska penasaran.
Dani tak menjawab dan justru memilih menjauh dari meja makan. Siska menatap intens ke arah Dani yang terlihat tergesa mengambil tas kerja yang sebelumnya dia letakkan di ruang tengah.
Melihat hal itu, Siska gegas berjalan mendekat. "Mas, kenapa? Sarapannya belum habis loh itu!" Tegur Siska membuat Dani menoleh.
"Aku lanjut sarapan di kantor saja. Ada rapat mendadak pagi ini. Mas berangkat dulu, ya, Sayang!"
Cup!
Belum sempat Siska menyalami tangan suaminya, tapi Dani sudah melipir pergi setelah mengecup keningnya.
Siska menghela napas seraya menoleh ke arah jarum jam. Setengah tujuh saja belum ada, meeting apa itu?
***
Siska baru saja tiba di rumah setelah beberapa jam berkeliling di mall untuk membeli beberapa skincare dan baju kurang bahan sesuai request sang suami.
Ternyata, mobil mertuanya sudah terparkir di halaman rumahnya. Wanita itu menelan ludah dengan susah payah. Sudah pasti sebentar lagi dia akan mendapatkan ceramah pedas dari Ibu mertuanya.
"Bagus, ya. Suami sibuk kerja, anak di asuh Neneknya, eh, kamu malah enak-enakan keluyuran!"
Tuh kan! Baru saja Siska masuk dan belum mengucap salam, tapi suara Ibu mertuanya sudah menggelegar.
"Sudah, Ma. Siska baru pulang loh. Sini, Nak. Jangan dengarkan omongan Mamamu!" tegur sosok pria paruh baya yang masih sangat bugar di usianya yang bahkan sebentar lagi mendekati kepala lima.
Bram Haryono, Papa mertua Siska, memang sejak dulu selalu membela dirinya. Berbeda dengan Prita, Mama mertuanya yang terlalu cerewet dan terkesan tak suka dengannya sejak dulu.
Siska pun perlahan mendekat dan duduk di samping Bram sembari meletakkan belanjaannya di atas meja ruang tamu.
Prita yang melihat itu lekas merampas paper bag untuk melihat isinya.
"Astaga Siska. Kamu itu kerjaannya cuma ngabisin duit suami, ya? Kamu itu nggak pernah kerja di luar, cuma di dalam rumah doang ngapain beli skincare, hah?" omel Prita dan Siska hanya bisa menunduk dalam
Ia tersentak kaget ketika lututnya di usap oleh tangan kekar Bram. Ia ingin menyingkirkan, tapi tak berani. Terlebih lagi, ketika mendengar bisikan dari Bram. "Sudah, jangan di masukkan ke dalam hati. Masa sudah 7 tahun belum juga kebal?" Bisik pria paruh baya itu dan Prita hanya mengangguk kaku."Ini juga ngapain kamu beli baju kurang bahan ini, hah?" Prita mengangkat tinggi-tinggi sebuah lingerie berwarna merah darah. "Kamu nggak pake baju aja Dani langsung nafsu, Sis. Kamu itu cuma buang-buang duit. Mama sita semuanya. Ini jadi milik Mama. Kamu nggak usah aneh-aneh mau ngabisin uang anak saya. Huh, untung Laila sudah tidur di kamar. Kalau tidak, pasti otaknya tercemar!" ketus Prita seraya pergi membawa barang-barang milik Siska.
"Ma, itu barang-barang Siska," cicit Siska seraya menitikkan air mata.
Bram yang melihat kelakuan istrinya hanya menghela napas. Pria paruh baya itu gegas menggeser duduknya semakin mendekati sang menantu. Tangannya langsung memeluk pundak Siska.
"Sudah, nanti Papa belikan jauh lebih banyak dan lebih seksi," bisik Bram yang sukses membuat Siska menoleh ke arah sang Papa mertua.
Pandangan keduanya bertemu. Sialan, Bram menggeram dalam hati. Kenapa dia baru sadar sih jika menantunya ini sangat cantik alami? Bahkan, bibirnya itu loh? Astaga ....
Bersambung ....
Selain berselingkuh hingga membuat selingkuhannya hamil, ternyata Dani kembali berbuat ulah. Lelaki itu mengambil uang perusahaan sebanyak 2 milyar hanya untuk membelikan selingkuhannya rumah mewah. Bram selalu mengirim mata-mata untuk mengawasi Dani dan sekarang ini belum turun tangan. Pria paruh baya itu masih memantau seberapa jauh anak brengseknya itu berulah. Siska semakin merasa sakit hati dan dia tau jika rumah tangganya dengan Dani sudah di ambang kehancuran. Wanita itu masih dalam keadaan terpuruk hingga memutuskan untuk menitipkan Laila pada keluarganya di kota sebelah. Jangan sampai anak sematawayangnya tau kelakuan bejat Papanya. Beruntungnya, Laila sama sekali tidak protes lantaran di sana banyak sepupu sepantaran dengannya. Bedanya, Prita yang selalu mengomel ini dan itu karena kepergian Laila secara mendadak. "Kamu itu Sis, selalu banyak tingkah. Apa maksudnya menitipkan Laila ke keluarga keremu itu, hah? Pasti di sana cucuku menderita. Secara, keluargamu itu miskin
Pangutan kedua bibir itu terlepas hingga membuat napas Siska terengah-engah. "I-ini salah, Pa!" Saat Siska hendak menjauh, saat itu juga tubuhnya ditahan oleh tangan kekar Bram.Pandangan keduanya bertemu hingga membuat jantung Siska kembali berdetak tak karuan. Wanita itu masih berusaha untuk mencerna kejadian yang sangat mendadak ini. "Papa tau ini salah, tapi boleh Papa jujur sama kamu, Nak? Papa tertarik sama kamu dan entah dari kapan itu. Intinya, Papa tidak suka melihatmu menangis dan ingin menjadi garda terdepan untuk melindungimu!" ujar Bram seraya mengusap lembut bibir ranum sang menantu. Sayangnya, Siska yang masih merasa ini semua salah pun lekas menghempas kasar tangan mertuanya. Ia berusaha keras untuk memberontak dan bahkan hendak membuka pintu mobil. Namun, lagi dan lagi pergerakannya bisa dibaca oleh Bram. "Mau ke mana?""Aku mau pulang. Aku nggak mau berbuat dosa sama Papa. Cukup Mas Dani yang selingkuh dan menodai pernikahan ini. Aku nggak mau!" jerit Siska yang
Entah apa yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini. Masalah seperti datang bertubi-tubi. Belum juga masalahnya dengan Dani kelar, tapi pagi ini Bram yang awalnya hendak menegur Dani atas sikapnya yang kurang ajar pada Siska mendadak urung. Pria paruh baya itu justru mendapatkan kabar yang kurang mengenakkan dari sang istri. Bagian dapur rumahnya terbakar karena kelalaian Prita ketika memasak, tapi justru sibuk bermain ponsel. Untung saja hanya di bagian dapur dan tidak sampai menyebar di sepenjuru rumah mewah dua lantai itu. Pada akhirnya, Prita terus menerus mendesak suaminya untuk menginap beberapa hari di kediaman Dani selagi menunggu perbaikan dapur. Wajah Siska sudah pias ketika melihat Mama mertuanya yang datang sembari membawa koper. "Kamu sudah siapin kamar buat Mama sama Papa, kan?" tanya Prita yang di angguki oleh Siska. "Mama sama Papa bakal tinggal di sini sampai perbaikan dapur selesai!" lanjut Prita yang semakin membuat Siska tertekan. "Berapa lama, Ma?" tanya Siska
Siska menunggu kepulangan Dani dengan sedikit gelisah. Pasalnya, sudah pukul sepuluh malam, tapi suaminya belum juga pulang. Anaknya sejak tadi sudah tertidur walau ada sedikit drama merengek karena merindukan Dani.Sementara kedua mertuanya tentu sudah pulang ke rumah mereka sendiri dan untungnya tidak menginap di sini. Sebab, Siska masih enggan bila harus satu atap dengan Mama mertuanya yang cerewet itu. Suara deru mesin mobil yang memasuki pekarangan membuat Siska bangkit dari sofa ruang tamu. Ia gegas membuka pintu untuk sang suami dan mendapati lelaki itu dalam keadaan berantakan dan berjalan sempoyongan. "Mas? Kok, jam segini baru pulang?" tanya Siska dengan khawatir.Dani menghela napas ketika melihat penampilan istrinya yang tidak berubah. Dia kira, ketika pulang akan di sambut dengan penampilan menawan dari istrinya, ternyata sama saja. Lantas, mana katanya tadi beli lingerie? "Ada meeting mendadak. Sudah, mending kamu tidur saja duluan. Mas mau mandi!" Dani mendorong tubu
Siska dan Dani adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama tujuh tahun dan sudah dikaruniai anak perempuan berusia enam tahun. Keduanya memilih untuk menikah muda selepas lulus sekolah dan tak perlu pusing memikirkan keadaan ekonomi pasca menikah. Sebab, orang tua Dani sangat kaya dan selama ini mereka selalu diberi bantuan oleh kedua orang tua Dani. Walau begitu, sudah lebih dari lima tahun menikah. Hasrat yang dulunya terlalu menggebu, kini seolah surut di makan waktu. Dani tak seantusias seperti dulu lagi dalam menyentuh Siska. "Mas, ini malam jum'at, loh. Kamu nggak lupa, kan?" bisik Siska. Bukannya tergoda, Dani justru risih dan menepis tangan sang istri. Lelaki itu bangkit dari ranjang dan menghela napas beberapa kali. "Nggak usah dulu, Dek. Mas nggak ada nafsu malam ini!" balas Dani seraya melirik ke arah istrinya. Lelaki itu geleng-geleng kepala ketika melihat penampilan Siska. Daster yang warnanya bahkan hampir pudar. Sama sekali tak ada sisi menariknya. "Sud
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen