Home / Urban / No Cerai No Pisah! / Chapter 56 - Aku Malu

Share

Chapter 56 - Aku Malu

Author: Elodri
last update Last Updated: 2025-08-12 23:58:14

Rosa terbangun tanpa Devon di sampingnya.

Dia mengedip-ngedip dan menguap, baru mencari ponselnya untuk melihat jam. Di atas nakas tak kelihatan ponselnya, melainkan satu set baju, lengkap dengan tas dan keperluannya.

Secarik catatan kecil menempel di baju itu. Rosa mengenali tulisan tangan itu milik Devon. Isi pesannya singkat. Devon hanya bilang dia pergi sarapan dan akan segera kembali.

Rosa bangun dan lanjut mencari sampai ketemu. Tetapi sembari melongok-longok, Rosa malah bersin-bersin.

"Hatchiii! Hatchii!"

[Mmm. Hidungku gatal, ya.]

Rosa mengusap-usap hidungnya. Usai dia menemukan ponselnya, mata Rosa melebar sedikit.

[Jam 10? Kenapa Devon nggak bangunin aku.]

Rosa langsung bergegas mandi, melupakan baju di atas meja. Ketika dia ingat, dia sudah terlanjur berendam di bathtub. Jadi Rosa keluar dari kamar mandi menggunakan jubahnya lagi.

Di saat bersamaan, pintu terbuka dan suara percakapan terdengar.

"Tuan Muda serius mau pakai pulau itu untuk acaranya?"

"Mn."

"Bai
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 57 - Persimpangan

    Mimik muka Rosa spontan membeku. Devon meneliti ekspresi Rosa dengan tenang sebelum kembali berkata, "Semalam dia membela kamu, sampai memperingati teman-temanku untuk tidak menyinggungmu.""... Membelaku ... Kamu nggak salah dengar?""Semua mendengarnya, nggak hanya aku. Sepertinya sekarang sudah menyebar ke mana-mana."Menilai dari seberapa cepat rumor bersirkulasi di kalangan mereka, persoalan Rosa semalam mungkin sudah menjadi sarapan pagi mereka saat ini. Sikap meledak-ledak Rosa lenyap. Rosa tampak terdiam memikirkan sesuatu. Devon melirik sebentar, lalu memalingkan muka. Dia membuka bungkus rokok yang ada di kantong jasnya dan mengambil satu batang. Setelah mendapat laporan dari Rama tentang kejanggalan Julian semalam, Devon baru menyadarinya. "Kalian memiliki nama akhir yang sama 'Wicaksono'," terang Devon pelan. Tatapannya dalam dan penuh pertimbangan.Rosa mengibaskan tangannya ringan. "Ah~ Barangkali karena nama kita mirip, jadi dia merasa kasihan terus menolongku.""H

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 56 - Aku Malu

    Rosa terbangun tanpa Devon di sampingnya. Dia mengedip-ngedip dan menguap, baru mencari ponselnya untuk melihat jam. Di atas nakas tak kelihatan ponselnya, melainkan satu set baju, lengkap dengan tas dan keperluannya. Secarik catatan kecil menempel di baju itu. Rosa mengenali tulisan tangan itu milik Devon. Isi pesannya singkat. Devon hanya bilang dia pergi sarapan dan akan segera kembali. Rosa bangun dan lanjut mencari sampai ketemu. Tetapi sembari melongok-longok, Rosa malah bersin-bersin. "Hatchiii! Hatchii!" [Mmm. Hidungku gatal, ya.] Rosa mengusap-usap hidungnya. Usai dia menemukan ponselnya, mata Rosa melebar sedikit. [Jam 10? Kenapa Devon nggak bangunin aku.] Rosa langsung bergegas mandi, melupakan baju di atas meja. Ketika dia ingat, dia sudah terlanjur berendam di bathtub. Jadi Rosa keluar dari kamar mandi menggunakan jubahnya lagi. Di saat bersamaan, pintu terbuka dan suara percakapan terdengar. "Tuan Muda serius mau pakai pulau itu untuk acaranya?" "Mn." "Bai

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 55 - Persekongkolan Kirana

    Kedua paparazzi itu terlonjak dan menoleh cepat.Paparazzi yang lebih muda terlihat takut dan meringkuk di belakang seniornya. Sedangkan ekspresi waspada senior itu luntur saat melihat Kirana. "Hahaha. Well, well. Kebetulan sekali kita ketemu. Kirana mau tau videonya? Mau lihat?" "Tunjukkan video itu atau aku akan melaporkan kalian," ancam Kirana sambil mengulurkan tangannya."Oh, tidak bisa~ video ini sangat berharga. Kami merekam semua pertengkaran kamu dan Rosa lho. Sama ... yang di depan kamar Tuan Muda Devon," orang itu bersiul, "wow. Pasti banyak yang bakal kaget kalo tahu kamu cikal bakal pelakor.""Gimana bisa kalian sampai sana?!" "Rahasia perusahaan, Sayang," ujar orang itu seraya mengedipkan matanya.Kemarahan Kirana tampak jelas di wajah mungilnya. Dia menatap jijik paparazzi yang menggodanya. "Berikan padaku. Sekarang!"Paparrazi itu menjilat bibirnya. "Bayar 100 juta."Raut wajah Kirana berubah. Dia berujar syok, "Kau gila! Itu pemerasan! Buat apa aku bayar sebanyak i

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 54 - Dukungan Julian

    Tepukan itu terus berlanjut dengan penuh kehati-hatian. Tangis Rosa yang sempat terhenti langsung mengalir deras bagai tanggul yang jebol. Air matanya membasahi bantal dan membentuk bekas genangan besar.Namun dia tidak mengeluarkan suara. Rosa menangis dalam kesunyian. Hati Devon terasa seakan sedang dicubit. Dia tidak tahu apa-apa tentang masa lalu Rosa dan tidak bisa membantu permasalahannya.Devon hanya bisa berusaha membuat Rosa merasa sedikit lebih baik, walau dia juga masih belum tahu apa tindakannya ini sudah benar. Devon menepuk-nepuk Rosa tanpa henti sambil berpikir. Dia tidak mau merasa tidak berdaya seperti saat ini lagi. Kalau bisa, dan harus bisa, Devon akan mengingat baik-baik untuk tidak membuat Rosa menangis sesedih ini kedepannya. Emosi Rosa malam ini kian menukik naik turun seolah sedang naik roller coaster. Ditambah dengan menangis, energi Rosa terkuras secepat kilat.Tepukan Devon berlangsung lama. Rosa perlahan-lahan mengantuk, kelelahan sehabis menangis dan

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 53 - Pelan-Pelan Berubah

    Rosa tersentuh. Benar-benar tersentuh dengan gesturnya. Tetapi, tetap saja. Benteng yang sudah dia buat dengan kokoh itu tak akan mudah untuk dihancurkan dan diterobos seseorang, termasuk Devon. Rosa menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar."Sudah terlambat," katanya."Nggak ada yang terlambat," tepis Devon dengan dingin. "Kenapa kamu bawa-bawa itu terus?"Rosa mengendikkan bahu acuh. "Karena kita punya kesepakatan, kan."Devon memijat pelipisnya kesal. "Kamu nggak dengar yang kubicarakan tadi? Tidak ada cerai, tidak pisah. Kesepakatan satu bulan itu udah nggak berguna.""Tanpa persetujuanku?" "Kamu selalu begitu, memutuskan semuanya sebelah pihak. Terus kamu berharap aku bakal dengerin kata kamu? Nggak mau. Aku bukan bawahan kamu," sembur Rosa cepat dengan nada tinggi. "Aku nggak pernah memperlakukan kamu seperti bawahanku."Rosa menjawab dengan sindiran, "Serius? Kamu yakin?"Devon menatap dingin. Sorot matanya tajam. "Mm.""Kalo gitu, kamu tau yang kuinginkan sekarang

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 52 - Semua Tentang Kamu

    Rosa tak mau menjawab pertanyaan Devon. Menurutnya, yang penting bukan tentang siapa pelaku penganiayaan Rosa, tetapi mengenai kelanjutan sesi indah mereka. "Kamu masih mau lanjut?" Raut wajah Devon berubah suram. Cara Rosa menyiram api gairahnya dengan menunjukkan luka ini sangatlah kejam. Tentu saja Devon tak akan punya hati untuk meneruskannya.Dia bukan bajingan yang tidak berperasaan. Meski sebetulnya dia merasa sedikit geram dengan situasi ini. Devon mengontrol emosinya selagi dia menutup kembali gaun Rosa. Lalu, Devon bangun dari kasur dan menatap Rosa."Ganti bajumu dan istirahatlah.""Pestanya gimana?" tanya Rosa seraya memiringkan wajah supaya suaranya terdengar. "Aku nggak kembali ke sana, jadi kamu juga nggak perlu," jawab Devon sambil bergegas menuju kamar mandi, hendak berendam pakai air dingin. Rosa dengan mudahnya setuju. Dia tidak tertarik juga untuk balik ke pesta setelah semua kericuhan tadi. Namun, melihat gelagat Devon membuat Rosa terpikir sesuatu. Rosa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status