Beranda / Urban / No Cerai No Pisah! / Chapter 7 - Menjaga Setan

Share

Chapter 7 - Menjaga Setan

Penulis: Elodri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-30 23:19:48

"Kenapa ... mendadak?" 

Devon mengangguk ringan. "Sesekali aku harus pulang menengok keadaan rumah."

Rosa serta merta menghembuskan napas panjang dan lega. 'Mungkin dia cuma mau nginap semalam. Nggak apa-apa. Aku masih tahan kalo sehari doang.'

Namun, Devon seperti tak puas. Dia melemparkan bom berikutnya. "Aku akan tinggal di rumah sampai waktunya kita cerai."

Air muka Rosa berubah keruh. Bibirnya membentuk sebuah senyuman kaku saat berkata, "Sayang, aku bahagia banget kamu mau pulang. Tapi, apartemen kamu gimana? Tempat tinggal yang lama dibiarkan kosong bakal memancing hawa buruk."

Devon menaikkan sedikit sebelah alisnya. Dia bertanya skeptis, "Sirkulasi udaranya bagus. Apanya yang hawa buruk?"

"Sayang, setan."

"Kamu ngatain aku setan?"

"Bukan, Sayang. Setan suka tempat-tempat kosong tak berpenghuni," ucap Rosa sambil memasang ekspresi meyakinkan. 

Devon lantas mencibir, "Kebanyakan nonton film horor."

"Kamu belum ngalamin kejadian mistis, jadi nggak tahu seberapa menakutkannya hal itu," protes Rosa. Meski sejujurnya Rosa juga tidak percaya. Tapi, siapa tahu taktik ini berhasil membujuk Devon agar terus menempati apartemennya.

Devon dengan bijak tidak membantah perkataan Rosa, sebab dia sudah mengalami sendiri kejadian mistis itu dan saat ini sedang mendengar suara seseorang bergema kembali di kepalanya.

'Apa lagi yang bisa mengahalangi Devon pulang, hm ....'

Devon menunggu dengan cuek sambil melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak ingin pulang ke apartemen lagi, bagaimanapun Rosa membujuknya. Dia melakukannya supaya terbebas dari perasaan disetir oleh Rosa. 

Devon merasa kalau dia pulang ke apartemen, dia jadi seperti menuruti keinginan Rosa. Dan itu menyebalkan. Dia juga tidak ingin membiarkan Rosa senang, setelah dari kemarin diganggu dan dicela oleh suara wanita itu. 

Devon berpikir ada bagusnya mereka sama-sama kesal. Impas, bukan?

Selang beberapa lama, Rosa akhirnya menyerah. Terbesit di otaknya kalau Devon tak mau berubah pikiran. Oleh karena itu, Rosa mencetuskan ide baru, "Istirahatlah di rumah. Sebagai gantinya, aku jagain apartemen kamu."

"Jagain dari setan?" tanya Devon malas.

"Hehe," kekeh Rosa pelan dengan senyum malu.

Pembicaraan itu sementara terhenti ketika Rama mengetuk pintu dan masuk dengan menenteng makanan. Rosa menyambutnya antusias. Tanpa menunggu Devon atau bahkan mengundangnya, Rosa mulai menyendok. 

Namun di luar ekspektasinya, Rosa mendengar Devon bertanya ke Rama, "Yang mana menu makanan sehat untukku?"

Rosa membeku seketika. Sedangkan Rama menautkan alisnya bingung. "Makanan sehat apa?"

Rama cuma membeli nasi goreng dan milk tea sesuai permintaan Rosa. Dia hafal tabiat Devon yang tidak suka sarapan, makanya dia tidak membelikan makan Tuan Muda-nya itu.

Devon sengaja membuat masalah dan berkata, "Rosa bilang kau akan menyiapkannya."

Di satu sisi, Rosa mengerang dalam hati, 'Mati aku!'

"Dev- Eh, Sayang!"

Devon mengalihkan perhatiannya pada Rosa yang sedang berdehem kecil. Jarinya mengetuk-ngetuk meja, membentuk sebuah irama teratur. Ketukan jarinya begitu meresahkan Rosa yang sedang dikejar waktu untuk menjelaskan kesalahpahaman ini. 

Rosa refleks mengambil ponselnya, mengetik secepat kilat, kemudian menunjukkannya pada Rama dan Devon. "Aku lupa, belum mengirim pesan yang udah diketik ke Asisten Rama."

Berbeda dengan Devon yang terdiam, Rama dengan polos menelannya bulat-bulat. Bahkan dia tidak menganggap aneh kejadian barusan. "Waduh, Tuan Muda mau sarapan? Saya carikan sekarang!"

Devon mengibaskan tangannya jengkel. Rama kebingungan menanggapinya. Jadi, iya atau tidak?

"Tidak perlu," ucap Devon, melihat Rama yang tak menangkap maksudnya.

'Fyuuuh. Aman.'

Rosa dapat membuang napas lega sehabis senam jantung tadi. Tetapi dia mengunyah dengan sesekali melemparkan tatapan curiga pada Devon. 

'Dia tahu aku pura-pura doang mikirin menu makannya, kah? Kok, tumben, inisiatif tanya-tanya ke Rama. Ku kira kalau Rama diam aja nggak suguhin apa-apa, Devon juga akan diam aja! Meleset, sial.'

Kini gantian jantung Devon yang terlonjak kaget. Rosa tidak boleh tahu dia bisa mendengar isi kepalanya. 

"Aku tiba-tiba lapar," ujar Devon berupaya mengecoh Rosa. Dia bangkit dan bergabung di sofa sebelah Rosa, mengambil sebagian porsi nasi goreng seolah-olah kelaparan sungguhan.

'Tadi ditawarin nggak mau. Sekarang, kamu ambil setengah! Keterlaluan! Nggak punya muka! Aku lapar ...!'

Rosa mengeluh dalam hati. Lalu bertekad untuk tidur di apartemen, membiarkan Devon pulang ke rumah. Yang penting mereka tidak satu atap. Karena kalau tidak, sumbu pendek Rosa akan segera tersulut habis dan meledak.

Rosa memanggil Rama yang sudah selangkah keluar ruangan, "Asisten Rama, aku minta kunci apartemen Devon, ya."

"Nona mau kesana? Emang boleh?" 

Devon membeli apartemen itu setelah mereka menikah demi menghindari Rosa. Semenjak itu, merupakan keajaiban dunia bila Devon menginjakkan kaki di rumah. Meskipun kakek datang berkunjung, dia tak nampak khawatir sama sekali bakal diomeli.

Segitu enggannya Devon berurusan dengan Rosa. 

"Boleh."

"Tidak boleh."

Devon dan Rosa membalas bersamaan. Keduanya saling pandang dalam kekeraskepalaan. 

Bibir Rosa maju beberapa senti. Raut wajahnya cemberut, tak lagi repot-repot berakting. Ketika kedamaian dan istirahatnya dalam bahaya, Rosa harus bertindak!

"Kamu yakin mau pulang ke rumah bareng aku, tinggal bareng aku, makan bareng aku, ngapa-ngapain ku temani," ujar Rosa memprovokasi, "Ah ... bayangkan betapa bahagianya hatiku. Sehari-hari selalu bersama kamu."

Devon, "...."

Mengerikan. 

Sangat di luar nalar. 

Bayangan yang membuatnya merinding total. 

Raut wajah Devon tertekuk berat. Ekspresinya menggelap dan matanya memandang Rosa dingin. Dia harus menolak. Menolak dan mengabaikan kemenangannya yang sudah terlihat di depan mata.

Harus. Tidak bisa, tidak.

"Yakin," ucap Devon berkata lain pada akhirnya.

Rosa tercengang. Tangannya yang memegang sendok tergantung di udara, hampir menyuap nasi goreng ke mulut. 

Belum sempat Rosa bereaksi, Devon terlebih dahulu bangun dan menghampiri Rama sang penonton di pinggir pintu. Langkahnya sedikit terburu-buru dan wajah Devon terlihat tidak enak, seperti mual. Dia berkata pada Rama dengan menggertakkan gigi, "Cepat jalan."

"Eh, oh, iya, Tuan Muda," jawab Rama.

Sepeninggalan Devon, masih ada orang yang kesadarannya masih belum pulih.

Rosa menaruh sendoknya secara perlahan, lalu mengambil minum untuk menenangkan diri. Namun, nyatanya Rosa tetap terbengong-bengong. 

Devon yang ITU setuju ditempelin Rosa. Sepertinya matahari terbit disebelah barat hari ini. 

Tririring~ 

Dering ponsel Rosa memecah lamunannya. Saat dia melirik nama sang penelepon, raut wajah Rosa berangsur-angsur tenang dan kalem. Tidak ada emosi yang bisa terbaca darinya.

"Mm," gumam Rosa setelah mengangkat telepon.

"...."

Rosa mendesak,"Lalu bagaimana? Aku sanggup siapkan syarat yang diminta. Tapi aku minta semuanya selesai dalam waktu dekat."

"...."

Seseorang di sebrang telepon itu terlihat ragu-ragu dan mencoba menasehati. Tetapi, Rosa berkata tegas, "Perlu. Aku sangat membutuhkannya."

Rona wajah Rosa memucat, disertai warna iris matanya yang cerah menjadi kelam. "Kalau kamu tunda lagi, kamu akan menemukan mayatku."

Elodri

Terima kasih sudah membaca novel pertamaku di sini! Kuharap kalian suka :) Nantikan terus update chapter hingga tamat, yaaa~ Have a good day

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
may.rain.go.away
bener ya Kaa moga sampe tamat di sini aku sukaaa banget bacanya lucu seruu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 74 - Menyetir Opini Netizen

    "Masih kutahan beberapa berita di internet," jawab Devon jujur. Tatapannya bertengger lama dan penuh arti di Rosa. "Kamu tau siapa yang menghapusnya?"Rosa menghindari pandangan Devon dengan kikuk. Rosa tidak tahu pasti siapa, tapi dia punya gambaran jelas tentang kemungkinannya. Hanya ada dua orang yang bisa melakukan hal tersebut dan dengan mudahnya bersaing melawan bawahan Devon. Bisa jadi itu kakaknya. Sebab jika ada orang yang mau membela Rosa hingga sejauh itu, maka kakaknya akan berdiri di barisan terdepan. Sejak kecil, dia selalu overprotektif terhadap Rosa dan telah berpengalaman membereskan setiap kekacauan yang Rosa buat. Namun, sepertinya tidak masuk akal bila itu kakaknya. Rosa merinding sekilas membayangkan kakaknya. Arsen tidak bakal tinggal diam bila terjadi sesuatu padanya, tetapi selaras dengan itu, omelan Arsen tidak akan bisa direm juga. Sembari menghapus berita itu, Arsen paling menyeretnya pulang langsung dan memarahinya. Berhubung kehidupan Rosa masih damai

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 73 - Rival Devon

    Rosa tertidur lelap malam itu, meski dunia maya sedang gonjang-ganjing mengabarkan berita yang tidak-tidak mengenai cinta segitiga antara dia, Devon, dan Kirana. Dipikirannya, Rosa merasa tidak begitu dirugikan. Rosa tidak terlalu peduli dengan opini masyarakat yang tak berpengaruh langsung ke kehidupannya. Justru dari kesempatan ini, Rosa sangat penasaran bagaimana Devon akan menyikapinya walau dia bilang akan mengikuti arahan Rosa. Apa pada akhirnya Devon benar-benar berani mengacaukan adik sahabatnya? Bahkan sampai rela mengorbankan reputasi Rosa bila Brian memohon untuk melepaskan Kirana?Atau, Devon tetap memegang ucapannya dan menuruti keinginan Rosa hingga syuting selesai?Ini adalah tes penting yang harus Devon lewati.Jawabannya mungkin dapat mengubah keputusan Rosa.Netizen yang begadang, banyak memposting ulang berita yang mengaitkan antara Kirana dan Devon. Di satu sisi, Kirana adalah artis papan atas yang sedang naik daun, sedangkan Devon adalah CEO termuda dengan kekay

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 72 - Menunggu Saat yang Tepat

    Udara bagai membeku bersama kengerian yang ditunjukkan Devon. Refleks, Rosa melepaskan diri dari cekalan Devon, lalu bergabung dengan Rama untuk melipir ke sofa demi menjauhi aura menyeramkan Devon. Mereka berdua kompak terdiam dan menunggu rekasi Devon.Entah Devon akan meradang atau masih bisa diajak berdiskusi dengan kepala dingin. Rosa duduk seraya menghela napas, sementara Rama memilih untuk tetap berdiri di sebelah Rosa. Kerutan di dahi Devon tampak dalam dan bergelombang seperti ombak. Raut wajahnya tertekuk kaku. "Kenapa bisa keluar sebutan seperti itu?"Pertanyaan Devon merujuk pada panggilan Rosa di skandal tersebut yang digadang-gadang sebagai pelakor. Rama yang cepat tanggap, segera melontarkan jawaban lengkapnya, "Karena konten video tersebut, Tuan Muda. Editornya pintar, mengedit bagian-bagian tertentu yang menampilkan seolah-olah Nona telah memisahkan Tuan Muda dan Kirana."Rosa penasaran sekali ingin melihat videonya. Dia mencoba mencarinya sendiri. Tetapi, belum sem

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 71 - Rosa Viral!

    Melodi jazz melantun lembut. Api lilin berdansa manis, bagai menemani detak jantung Rosa yang melompat-lompat tak karuan. Cahaya di sekeliling mereka berseri temaram seakan menyokong suasana romantis ini hingga ke puncaknya. [Curang.]Devon hanya perlu bertanya langsung untuk Rosa menjawab semua pertanyaannya. Sedangkan Rosa butuh waktu yang lama untuk mengumpulkan setitik demi setitik informasi mengenai Devon. Dipikir-pikir, rasanya tidak adil. Namun, Rosa tak sanggup menolak permintaan tulus Devon. Lidahnya kelu dan hatinya tak rela membayangkan Devon akan mundur bila Rosa menolak. Rosa hanya mampu menggerutu dalam hati. [Nggak ada yang bisa kuajarkan. Ciuman Devon jauh lebih panas dan ahli. Mm ... penuh gairah dan memabukkan, sampai membuat lututku lemas.]Devon tiba-tiba menegakkan punggungnya, lalu mencondongkan badan ke depan dengan masing-masing siku di tepi meja. Tangannya terangkat ke atas, membentuk segitiga dengan jari-jemarinya yang saling bertaut di tengah—menutupi mu

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 70 - Ajari aku caranya

    Rosa nyaris gagal menyembunyikan senyumnya ketika melihat wajah tegang Devon. Begitu sisi usilnya muncul, Rosa tidak bisa berhenti. Senyumnya tersirat jenaka. "Menyenangkan, kok. Cuma ... sangat normal. Nggak seperti yang kukira."Air muka Devon meredup. Terlihat jelas kalau kejujuran Rosa mengusik pikirannya. Saat Devon kembali membuka mulut, dia terdengar seperti habis berpuasa seharian penuh—suaranya parau. "Emang yang kamu pikirkan itu seperti apa?"Berdasarkan sifat arogan Devon, Rosa sudah siap menerima penyangkalan Devon atau pembenaran bahwa dia sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tetapi, Devon malah langsung masuk ke poin utamanya. Rosa yang tak menyangka akan ditanya balik itu, seketika membisu.[Aku juga nggak tau kayak gimana. Aku belum pernah pacaran!]Wajah mungil Rosa terlipat bimbang. Keningnya berkerut dalam dan bibirnya mengerucut ke atas. “Um, seharian bersama?” Secara, mereka baru keluar nonton sebentar, belanja kilat, lalu makan. Dan bahkan, makan malam mereka

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 69 - Dinner

    "Setiap hari yang terlewat akan kukenakan denda karena terlambat."Devon memicingkan mata dan menyudutkan Rosa. "Sekarang sudah lebih dari dua hari."Rosa mengerjap. [Kamu hitung?]Walaupun Rosa terkesima dengan sifat perhitungan Devon dan merasa bersalah, dia tetap tak terima bila harus didenda. "Nggak usah pakai denda, kan, bisa," keluh Rosa."Kalau gitu, kamu harus kasih malam ini." Devon berkompromi, tetapi setengah memaksa. Alisnya bertaut seakan mendesak Rosa.[Segitu pengennya dikasih hadiah? Padahal dia udah dapat banyak kemarin.]"Bisa?" tanya Devon dengan penuh penekanan. Mau tak mau, Rosa mengangguk pasrah. "Okay."[Barang yang kubeli nggak seberapa, itupun juga pakai uangnya. Mungkin masih bagusan hadiah dari tamu yang lain.]Setelah merasa puas dengan jawaban Rosa, Devon menegakkan badan dan membelakangi mereka. Terdengar suaranya sayup-sayup berkata, "Hadiah dari kamu berbeda.""Apa?" tanya Rosa dengan nada meninggi karena tidak dengar. Rama yang berada di sebelah Dev

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status