Home / Rumah Tangga / Noda Dalam Semalam / Bab 3. Tak akan Terjadi

Share

Bab 3. Tak akan Terjadi

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-04-29 17:20:30

Suara tamparan itu mengubah ketakutan Seruni menjadi lebih pekat. 

Dia tak suka kekerasan, apalagi menyangkut dirinya. 

“Seharusnya kamu yang mengantar istrimu kemana-mana.” 

Ayah mertuanya memang sudah tak muda lagi tapi tamparan itu berhasil membuat bibir Jagat meneteskan darah. 

Seruni tidak menyangka Jagat dan orang tuanya ada di depan rumah saat Rama mengantarnya pulang, seharusnya dia bersikeras untuk minta diturunkan di luar pagar saja tadi. 

Akan tetapi Rama berpikir dia harus meminta maaf pada Jagat karena telah menabrak istrinya dan menyarankan agar Seruni diperiksa di rumah sakit. 

“Sa-saya tadi ada perlu dengan teman saya, Tita. Karena itu tidak pulang dengan mas Jagat.” 

Entah kenapa Seruni malah membela Jagat seharusnya dia mengatakan yang sebenarnya kalau Jagat yang sama sekali tidak ingin mengantarnya pulang. 

“Pa, sebaiknya kita duduk dulu. Ini harus dibicarakan dengan baik, Seruni harus tahu bagaimana menjadi bagian dari keluarga ini.” Wanita paruh baya yang menjadi ibu mertuanya itu membujuk sang suami dengan lembut. 

Orang tua Jagat memang tidak bersikap jahat padanya tapi juga tidak bersikap hangat seperti pada Rira. Mereka hanya... tak menganggapnya ada, dan itu lebih menyakitkan. 

“Kehamilanmu ini aib untuk kami,” kata wanita yang menjadi ibu mertuanya itu dengan lembut sedangkan sang suami menatap tajam putranya yang sedang menunduk dalam. “Tolong, Nak. Punya harga diri sedikit saja, bagaimanapun sekarang kamu bagian dari keluarga ini, jangan bawa kehidupan liarmu yang dulu.” 

Kata-kata halus itu menohoknya dengan keras. 

Seruni memejamkan matanya, tak pernah dalam hidupnya dia terhina seperti ini, harga diri yang selama ini telah dia jaga dengan sekuat tenaga direnggut dengan brutal hanya karena kecemburuan seseorang. Tapi lihatlah sekarang dia dianggap pelacur yang hobi gonta-ganti laki-laki. 

Seruni menatap pada Jagat yang hanya duduk diam di tempatnya. Tak ada pembelaan yang disampaikan laki-laki itu, padahal Jagat tahu dengan jelas dia masih perawan hingga malam itu. 

Memangnya apa yang kamu harapkan Seruni bodoh!

Keluarganya memang tidak sekaya keluarga Jagat, tapi orang tuanya membesarkannya bukan menjadi wanita murahan yang hobi tidur dengan sembarang laki-laki. 

Mereka tahu dia dijebak dan juga pelakunya, tapi mereka bahkan tak pernah menyalahkan orang itu. Serunilah yang selalu menjadi tersangka di sini, baik bagi orang yang tahu kejadian sebenarnya maupun yang tidak. 

Dia lelah selalu dikorbankan untuk menutupi berbagai kepentingan keluarga ini. keluarga yang terpaksa dia masuki dan tak pernah menganggapnya berharga.  

Seruni korban tapi dipaksa untuk menjadi tersangka.

“Saya tidak akan menggugurkannya, saya minta maaf karena meminta tanggung jawab pada mas Jagat. Seharusnya sejak awal saya memang tak datang kesini.” 

“Apa yang kamu katakan, kami sama sekali tidak keberatan dengan anak itu, dia darah daging kami dan kami tidak pernah membuang darah daging kami apapun yang terjadi.” 

Jadi di sini bukan anaknya yang tak diharapkan tapi dirinya. 

“Sudahlah, Ma. Ini juga salah Jagat karena tidak memperhatikan istrinya,” kata sang ayah mertua lelah. “Seruni sekarang istrimu Jagat, bimbinglah dia untuk menjadi bagian dari keluarga ini.” 

“Ada baiknya kamu di rumah saja dan menjadi ibu rumah tangga,” kata sang ibu mertua. 

Seruni terkejut dengan ucapan ibu mertuanya, dia bisa gila hanya terkurung di rumah ini tanpa melakukan apapun, apalagi Jagat tidak pernah peduli padanya. Dia tidak mau menjadi beban siapapun, termasuk suami yang tak pernah menginginkannya. 

Tidak Seruni tidak akan mau melakukannya. Dia yakin meski bekerja akan bisa mengurus anaknya dengan baik. 

“Kami akan bicara dulu soal itu, kami permisi dulu,” kata Jagat yang langsung menarik Seruni untuk berdiri dan berjalan ke kamar mereka. 

“Aku tidak mau berhenti bekerja,” kata Seruni setelah mereka ada di kamar hanya berdua. 

Seharusnya malam itu dia di rumah saja, menikmati malam minggunya dengan memborong banyak makanan dan lalu memakannya sambil menonton drama kesukaannya, seharusnya dia tidak perlu terbujuk untuk menghadiri pesta itu. 

Pesta yang membuatnya harus kehilangan harga diri dan kehormatannya dalam semalam dan kini dia juga dipaksa menghilangkan satu-satunya kebanggaannya, bekerja dan menghasilkan uang sendiri. 

Bukan Seruni ingin sok menjadi wanita mandiri, jika saja pernikahan mereka atas dasar cinta tentu Seruni akan suka rela melepaskan semuanya, tapi nasibnya saja belum jelas ke depannya. Dia akan jadi pengangguran setelah berpisah dari Jagat nanti, memang dia masih bisa pulang pada ayahnya di kampung, tapi dia segan untuk membebani sang ayah lagi dan lagi. 

“Ambillah. Tiap bulan gaji yang aku terima akan masuk ke sana dan bulan ini masih utuh,” kata Jagat tenang sambil memberikan sebuah kartu pada Seruni. “Aku tidak akan mengambil sepeserpun, isinya pasti lebih banyak dari pada gajimu selama ini.” 

“Kenapa aku harus berhenti kerja?” 

“Astaga, Run. Memangnya kamu mau semua orang merundungmu di kantor.” 

“Aku tidak takut dengan hal itu, aku tidak salah. Aku tidak merebutmu dari siapapun dan tidak juga menjebakmu, seharusnya kamu mengatakan yang sebenarnya bukan malah menyingkirkanku dan seolah membenarkan asumsi mereka.” 

Jagat menyugar rambutnya kasar, dia lalu meraih dompet di sakunya lalu mengeluarkan satu kartu lagi. “Ini tabunganku selama ini, kamu bisa pakai sesukamu, asal jangan buat masalah lagi.” 

Seruni hanya menatap dua kartu itu saja, di atas ranjang tapi sama sekali tak berniat mengambilnya, Jagat yang kesal mengambil kartu itu dan menjejalkan ke tangan Seruni lalu berderap pergi, tapi belum sampai di pintu langkahnya terhenti oleh ucapan Seruni. 

“Apa kamu begitu mencintai Rira?”

Jagat mendelik, lalu menatap kea rah Seruni dengan dingin. “Dia cinta pertamaku.” 

“Apa dia juga mencintaimu?” tanya Seruni dengan berani. 

“Tentu saja, kenapa kamu tanyakan itu?”

Jagat kini menatap tajam ke arah Seruni.

“Lalu kenapa Rira malah mau dijodohkan dengan kakakmu?” entah Jagat yang bodoh atau Rira yang terlalu pandai berpura-pura, sekali lihat saja Seruni tahu kalau Rira memang senang menjadi tunangan Arsen, kakak Jagat. Dan tak berkeinginan untuk sebaliknya. 

“Rira tidak bisa menentang orang tuanya. Apa lagi?!” 

Seruni tercekat mendengar nada bicara Jagat yang tiba-tiba naik. Ia lalu menghembuskan nafas dan membuang mukanya.

“Baiklah aku mengerti,” kata Seruni tenang, dia lalu mengambil dua kartu itu. “Ini terlalu sedikit, aku ingin yang lain.” 

Jagat tersenyum sinis. “Cih, dasar wanita licik dan serakah, baiklah apa yang kamu inginkan?”

Namun, kalimat selanjutnya membuat Jagat terhenti saat ia hendak mengambil sebuah cek.

“Waktu dan perhatianmu seluruhnya untukku.” Suaranya terdengar bergetar gabungan antara keputusasaan dan permohonan yang mengkristal. “Hanya sampai anak ini lahir.” 

Seruni tak tahu kenapa dia meminta hal itu, dia sama sekali tidak mencintai Jagat, meski dia akui dia kagum dengan laki-laki itu dulu. Dia tak ingin merasa sendiri lagi. 

Jagat langsung berdecak kesal dengan jawaban Seruni. 

“Kau tentu sadar hal itu tidak akan terjadi, Seruni.” 

Laki-laki itu melangkah cepat keluar ruangan tanpa menghiraukan sang istri lagi. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Noda Dalam Semalam   Bab 77

    “Maaf, saya terlambat pulang.” Semua orang yang ada di meja makan menoleh. Jagat meletakkan dua kantong besar di kedua tangannya di kursi lalu berjalan cepat ke arah wastafel yang ada di pojok ruang makan dan mencuci tangannya, lalu menggeser kursi untuk duduk. Seruni membalik piring untuk sang suami dan mengisinya dengan nasi dan lauk seperti biasa, dia bukannya tidak tahu saat Jagat menatap isi piringnya yang begitu pucat dengan heran. “Memangnya baru melahirkan boleh diet?” tanya laki-laki itu dengan tak suka. “Kamu masih harus menyusui, apa jadinya kalau hanya makan makanan seperti ini,” lanjutnya. Seruni mendongak, matanya brbinar menatap sang suami, baru kali ini dia sangat senang Jagat marah padanya, meski kemarahannya di depan orang tuanya dan juga para pembantu. Ah kelas menjadi ayah dengan Rama.... Seruni ingat Rira dan Rama pernah mengatakannya meski dia lupa untuk bertanya langsung pada suaminya itu, tapi pasti bukan hanya tentang cara memberi uang padanya saja lalu

  • Noda Dalam Semalam   Bab 76

    “Jangan makan itu kamu baru saja melahirkan.” Tangan Seruni membeku di udara mendengar ucapan mertuanya, dengan kikuk dia menarik tangannya kembali dan menatap nasi putih yang sudah ada di piringnya. Sendiri... tanpa teman. Dia memang pernah mendengar orang jaman dulu tidak memperbolehkan wanita yang baru saja melahirkan makan sembarangan, tapi bukan berarti dia harus makan nasi dengan garam juga, tubuhya perlu gizi yang cukup agar bisa cepat pulih dan lagi anaknya juga perlu gizi dari asinya. Ibu mertuanya yang selalu terlihat glamor dan sosialita kelas atas ternyata masih memegang teguh tradisi kuno. Seruni bukannya tidak setuju dengan tradisi itu, tapi tidak juga berlebihan seperti ini, apalagi dokter yang menanganinya juga membebaskannya makan makanan apa saja dengan gizi yang seimbang. Lauk yang akan diambilnya tadi hanya telur balado, bukan makanan aneh yang tak sehat yang banyak dijual di gerai-gerai sekarang ini. “Lalu saya harus makan pakai apa?” tanya Seruni beru

  • Noda Dalam Semalam   Bab 75

    “Apa pak Darma sudah tahu tentang ini?” tanya Jagat sambil menatap wanita di depannya ini dengan kesal. Selama ini memang dia tidak masalah jika wanita ini memotong kompas dan langsung melaporkan hasil perhitungannya pada Jagat, meski atasan wanita itu pak Darma akan marah padanya, tapi sedapat mungkin dia akan membela wanita ini, demi Rira. Akan tetapi sekarang Rira sudah tidak bekerja di sini, wanita yang dia cintai itu memang memutuskan untuk resign karena kondisi kakinya yang masih tidak bisa digunakan untuk berjalan. Selama ini Jagat selalu profesional dalam pekerjaannya tapi dia juga berusaha keras melindungi Rira dan melakukan apapun permintaan wanita itu. Jagat tahu Rira hanya wanita baik hati dan polos yang bisa saja tergerus oleh rekan kerjanya dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Tanpa Rira, Jagat tidak ada keinginan untuk membantu wanita di depannya ini lagi. Untuk apa? Dia masih ingat jelas suara wanita yang menggunjing anaknya tadi pagi, meski dia tidak mencint

  • Noda Dalam Semalam   Bab 74

    “Itu karma untuk Seruni yang sudah menyakiti Rira.” “Tapi kasihan kalau anaknya yang harus menanggung semuanya.” “Kasihan bagaimana salah sendiri tu anak lahir dari hasil hubungan menyakiti wanita lain.” Jagat meletakkan bolpoin dan dokumen yang sejak tadi dia periksanya sejak tadi, tapi deretan huruf itu sama sekali tak bisa mengalihkan pikirannya dari pembicaraan para perempuan yang tak sengaja dia dengar. Apa memang benar ini karmanya karena menyakiti Rira? Tapi Rira tidak mencintainya dan kejadian malam itu juga atas jebakan dari Arsen, kakaknya sekaligus tunangan Rira. Jagat menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak percaya hal seperti itu, dia yakin pasti ada alasan kenapa anaknya harus terlahir tuli. Jagat menutup dokumen yang dia teliti tadi dengan keras, seharusnya dia memang sudah mengundurkan diri dari kantor ini sebulan yang lalu, tapi laki-laki itu terus menundanya. Baginya dia tidak pantas untuk menggantikan sang kakak yang super hebat it

  • Noda Dalam Semalam   Bab 73

    “Apa kamu butuh sesuatu?” Seruni mengernyit menatap suaminya bingung. “Perlengkapan bayi bukankah kita belum membelinya?” tanya Jagat. Bahkan sampai sekarang bayi mungil itu belum mempunyai nama. Kelahirannya yang lebih cepat membuat Seruni bahkan belum memikirkan nama untuk bayinya. “Tita dan ayah sudah melakukannya untukku.”“Mereka akan mengirimnya ke rumah?” tanya Jagat lagi karena selain dua tas yang tadi dia bawa, Jagat tidak menemukan hal lain lagi. “Mungkin.” “Apa maksudmu dengan mungkin?” Seruni memalingkan wajahnya enggan untuk bicara lebih lanjut dengan sang suami. “Aku akan berbelanja kebutuhan bayimu, apa kamu ingin memesan sesuatu?” tanya Jagat akhirnya karena Seruni hanya diam tak bersuara. “Tidak ada Rira pasti bisa memilihkan yang terbaik untuk bayiku, bukankah kalian akan pergi bersama.” Jagat langsung menelan ludahnya pahit mendengar ucapan penuh sindirian sang istri. “Kamu marah karena aku tidak segera membawamu ke rumah sakit waktu itu dan malah-“ “Tida

  • Noda Dalam Semalam   Bab 72

    “Kamu bisa? Apa perlu aku menggendongmu?” “Aku bukan bayi.” “Tapi baru saja melahirkan bayi.” Seruni menatap Jagat sambil menghela napas kesal. Dia jadi bingung sendiri pada dirinya. Saat sang suami mengabaikannya dan lebih memilih Rira dia merasa sakit hati, tapi saat sang suami perhatian padanya entah mengapa dia merasa perhatian itu tak tulus dan akan membuatnya sakit hati nantinya. Kenapa Jagat tidak bersikap biasa saja. "Aku tidak selemah itu, tolong bawa saja barang-barangku." Seruni menunjuk pada dua tas yang telah dia  kemas, tentu saja isinya barang-barang  yang baru saja dia minta Tita untuk belikan, dia bahkan melupakan tas yang sudah dia persiapkan di rumah. "Kamu yakin? Memangnya aku kuat berjalan jauh?" "Suster menawarkan kursi roda," kata Seruni dengan santai membuat Jagat hanya bisa melongo lalu mengangguk  paham. Tak lama, dua orang suster datang yang satu membawa kursi roda da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status