Beranda / Rumah Tangga / Noda Dalam Semalam / Bab 4. Hanya Sendiri

Share

Bab 4. Hanya Sendiri

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 17:21:18

Seruni melewatkan makan malam hari ini. 

Seperti yang diprediksi Rama, tubuhnya akan demam.

Di ruangan yang sepi ini  dia menggigil kedinginan meski selimut tebal sudah membungkus tubuhnya. 

Untuk meminum obat penurun panas Seruni tidak berani dia sangat takut akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. 

Janin ini memang terbentuk bukan dengan cinta, tapi tetap saja Seruni mencintai Janin yang ada dalam kandungannya. 

Jangan harap Jagat akan ada di sini, setelah perdebatan mereka tadi. Laki-laki itu seolah tak mau tahu lagi dengan keadaan Seruni dia pergi begitu saja tanpa menoleh.

Seharusnya Seruni tidak masalah dengan hal itu, bukankah Jagat memang selalu seperti itu. Mereka suami istri tapi bahkan sekalipun Jagat tak pernah berbagi tempat tidur dengannya, kecuali malam itu.

Sekilas Seruni ingin mengambil ponselnya, mencari tahu obat apa yang bisa membantunya saat seperti ini, tapi dia segera mengurungkan niatnya. Keluarga ini pasti akan menilainya manja dan cari perhatian saja. Seruni sedang tidak ingin mendengar hinaan lagi untuknya. 

Dengan tertatih Seruni membuka selimutnya, tubuhnya makin tak nyaman, dia memang tidak bisa meminum obat tapidia bisa mengompres tubuhnya dengan air hangat. 

Bukankah tidur dan rasa nyaman adalah obat yang sangat mujarab untuk mengobati demam. 

Seruni berusaha keras untuk memejamkan matanya, dia harus tidur supaya sembuh. Sekarang dia sendiri tak ada tempat bergantung yang bisa dia andalkan di sini.

Akan tetapi semakin dia coba, rasanya tubuhnya makin dingin. Perlahan kesadarannya mulai menipis dari bibirnya keluar rancauan yang tak jelas. 

Di kamar mewah ini, tubuh mungilnya tergolek dengan menyedihkan. 

***

“Dari mana kamu?” 

Jagat langsung menghentikan langkah mendengar suara sang ayah. 

Berdebat dengan sang istri membuat suasana hatinya sangat buruk. Istri? bahkan dia tidak pernah menganggap wanita itu istri. 

Dia hanya wanita yang ada ditempat yang salah dan waktu yang salah. Andai saja malam itu Seruni di ada di sana. Tapi nyatanya dia hamil dan itu menjadi masalah besar. 

Andaikan wanita itu sedikit lebih pintar dia pasti meminum obat pencegah kehamilan, Jagat pasti akan dengan senang hati memberikan uang yang banyak untuk itu. 

Dia sadar kalau dia telah merenggut kesucian seorang gadis, karena itu dia tidak masalah menggelontorkan banyak uang, baginya uang bisa dicari tapi cinta dan perhatian yang selama ini dia perjuangkan tak ternilai harganya. 

Hari Seruni mengatakan kehamilannya seperti hari kematian untuknya. Jagat ingin marah tapi dia tidak bisa melakukannya. Dalam rahim Seruni memang ada anaknya, mahluk kecil yang tercipta karena dirinya. 

Meski menyadari semua itu, hatinya tak bisa untuk bersikap layaknya seorang suami pada istrinya. Hatinya tak mengijinkannya, berada di dekat Seruni selalu mengingatkannya pada kehancuran hidupnya. 

“Mencari udara segar,” jawab laki-laki itu yang tanpa menoleh lagi naik ke lantai dua rumah ini. 

“Lalu di mana istrimu?” pertanyaan itu membuat Jagat menghentikan langkahnya dan menoleh. 

“Di kamar memangnya di mana lagi, aku hanya pergi sendiri.” Setidaknya itu yang dia tahu sebelum pergi meninggalkan kamarnya tadi. 

“Dia belum makan malam, kasihan dia sedang hamil.” Perkataan sang ayah membuat Jagat berdecak sebal. 

“Dia sudah besar, dia pasti akan makan sendiri kalau lapar, mungkin tadi dia sudah makan dengan laki-laki yang mengantarnya,” kata Jagat asal. 

“Dari mana kamu tahu? Pastikan padanya dulu jangan membuat masalah lagi.” 

Jagat mengepalkan tangannya dengan erat, selalu begitu. Padahal ini juga terjadi bukan atas kehendaknya tapi sang ayah tak mau tahu, baginya dia hanya anak tak berguna. 

Itu juga alasan Jagat yang lebih memilih bekerja di perusahaan orang lain dari pada membantu mengelola perusahaan keluarganya. 

Jagat ingin melihat papanya melihatnya sebagai seseorang yang mampu berdiri sendiri tanpa harus mengemis pada keluarga ini. 

“Bukankah laki-laki tadi bilang  dia menabrak istrimu, jangan sampai terjadi apa-apa dengannya.” 

Kali ini Jagat tak bisa membantah lagi, dia sempat melihat celana sang istri kotor dan di tangannya terdapat luka gores. 

Jagat memang tak mencintai istrinya tapi dia juga masih punya hati. 

Laki-laki itu berjalan cepat memasuki kamarnya dan saat tangannya menyentuh tubuh dingin istrinya dia mulai panik. 

Jagat sudah memberikan semua terbaik yang dia mampu berikan pada Seruni, uang jutaan dan juga kamar tidur yang nyaman dan mewah lengkap dengan para pelayan yang akan dengan senang hati melayani wanita itu. Seruni cukup menekan interkom di atas nakas kamar ini dan dia akan dilayani bak ratu. 

Tapi lihatlah  wanita ini begitu bodoh, sakit sendirian di kamar sebesar ini, ataukah Seruni memang berniat bunuh diri. 

Sial! Dia akan langsung mencekik Seruni  jika berpikiran seperti itu,  ada anaknya dalam rahim Seruni dan wanita egois itu ingin membunuh anaknya juga. 

Jagat menghembuskan napas lega saat melihat sang istri masih bernapas meski lemah. 

Tak ingin mengambil resiko Jagat langsung menggendong tubuh lemah Seruni, rancuaan terdengar dari mulutnya tapi Jagat tak peduli. 

Yang jelas dia harus membawa istrinya ke rumah sakit. 

“Ada apa dengan istrimu?” tanya kedua orang tuanya saat dia turun dengan Seruni dalam gendongannya. 

“Demam, aku akan membawanya ke rumah sakit,” jawab Jagat cepat, dia sudah menghubungi sopir keluarga untuk meminta menyipkan mobil. 

“Kami akan ikut dengan mobil lain di belakang,” kata sang ayah yang hanya diangguki Jagat yang sudah duduk dalam mobil dengan Seruni dalam pondongannya. 

Antara sadar dan tidak Seruni merasakan tubuhnya dipindahkan, suara orang-orang berbicara dengan cepat sama sekali tak mampu dia pahami. Tubuhnya makin lemah dan dingin. Apa dia akan mati malam ini? 

Tapi bukankah dia hanya demam? 

Lalu janin yang ada dalam kandungannya pasti ikut mati jika dia mati.

Tidak. dia tidak bisa membiarkan anak yang dia kandung mati hanya karena kecerobohannya, sekuat tenaga Seruni membuka matanya meski terasa sangat berat. Hal  pertama yang dia lihat adalah... putih di semua sisi.

 Ruangan luas ini bukan kamar Jagat,  tempati ini... 

“Syukurlah nyonya sudah sadar.” 

Seruni menoleh dan melihat wanita cantik dengan sneli tersenyum ramah kepadanya. 

“Anda di rumah sakit, bagaimana perasaan anda?” tanya wanita itu lagi. 

Rasa dingin menusuk tulang yang tadi dia rasakan sudah hilang, kepalanya juga tidak lagi pusing hanya saja. Seruni mengangkat tangannya dan mendapati infus di sana. “Lebih baik,” katanya sambil berusaha tersenyum. 

Dokter wanita itu memeriksanya sejenak lalu mengangguk puas sebelum permisi keluar ruangan dan menyapa seseorang yang sejak tadi tak terlihat oleh Seruni. 

“Baguslah kamu sudah lebih baik, lain kali jangan keras kepala, ingat kamu sedang hamil.” kata Jagat yang membuat Seruni tersenyum, hatinya sedikit menghangat dengan perhatian Jagat. Meski kalimat itu tidak dikatakan dengan lembut tapi bagi Seruni itu cukup.  “Aku sudah membelikan banyak makanan untukmu-“

Ponsel Jagat berbunyi dia langsung mengangkat panggilan itu. “Aku segera ke sana, maafkan aku membuatmu menunggu,” katanya lembut. 

Jagat mengantongi lagi ponselnya. “Aku pergi dulu, Rira membutuhkanku.” 

Tanpa menunggu jawaban Seruni,  Jagat melangkah pergi. 

Seruni hanya diam, wajahnya datar tanpa emosi. Seharusnya dia memang tidak melabuhkan harapan pada Jagat. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Noda Dalam Semalam   Bab 77

    “Maaf, saya terlambat pulang.” Semua orang yang ada di meja makan menoleh. Jagat meletakkan dua kantong besar di kedua tangannya di kursi lalu berjalan cepat ke arah wastafel yang ada di pojok ruang makan dan mencuci tangannya, lalu menggeser kursi untuk duduk. Seruni membalik piring untuk sang suami dan mengisinya dengan nasi dan lauk seperti biasa, dia bukannya tidak tahu saat Jagat menatap isi piringnya yang begitu pucat dengan heran. “Memangnya baru melahirkan boleh diet?” tanya laki-laki itu dengan tak suka. “Kamu masih harus menyusui, apa jadinya kalau hanya makan makanan seperti ini,” lanjutnya. Seruni mendongak, matanya brbinar menatap sang suami, baru kali ini dia sangat senang Jagat marah padanya, meski kemarahannya di depan orang tuanya dan juga para pembantu. Ah kelas menjadi ayah dengan Rama.... Seruni ingat Rira dan Rama pernah mengatakannya meski dia lupa untuk bertanya langsung pada suaminya itu, tapi pasti bukan hanya tentang cara memberi uang padanya saja lalu

  • Noda Dalam Semalam   Bab 76

    “Jangan makan itu kamu baru saja melahirkan.” Tangan Seruni membeku di udara mendengar ucapan mertuanya, dengan kikuk dia menarik tangannya kembali dan menatap nasi putih yang sudah ada di piringnya. Sendiri... tanpa teman. Dia memang pernah mendengar orang jaman dulu tidak memperbolehkan wanita yang baru saja melahirkan makan sembarangan, tapi bukan berarti dia harus makan nasi dengan garam juga, tubuhya perlu gizi yang cukup agar bisa cepat pulih dan lagi anaknya juga perlu gizi dari asinya. Ibu mertuanya yang selalu terlihat glamor dan sosialita kelas atas ternyata masih memegang teguh tradisi kuno. Seruni bukannya tidak setuju dengan tradisi itu, tapi tidak juga berlebihan seperti ini, apalagi dokter yang menanganinya juga membebaskannya makan makanan apa saja dengan gizi yang seimbang. Lauk yang akan diambilnya tadi hanya telur balado, bukan makanan aneh yang tak sehat yang banyak dijual di gerai-gerai sekarang ini. “Lalu saya harus makan pakai apa?” tanya Seruni beru

  • Noda Dalam Semalam   Bab 75

    “Apa pak Darma sudah tahu tentang ini?” tanya Jagat sambil menatap wanita di depannya ini dengan kesal. Selama ini memang dia tidak masalah jika wanita ini memotong kompas dan langsung melaporkan hasil perhitungannya pada Jagat, meski atasan wanita itu pak Darma akan marah padanya, tapi sedapat mungkin dia akan membela wanita ini, demi Rira. Akan tetapi sekarang Rira sudah tidak bekerja di sini, wanita yang dia cintai itu memang memutuskan untuk resign karena kondisi kakinya yang masih tidak bisa digunakan untuk berjalan. Selama ini Jagat selalu profesional dalam pekerjaannya tapi dia juga berusaha keras melindungi Rira dan melakukan apapun permintaan wanita itu. Jagat tahu Rira hanya wanita baik hati dan polos yang bisa saja tergerus oleh rekan kerjanya dan dia tidak ingin hal itu terjadi. Tanpa Rira, Jagat tidak ada keinginan untuk membantu wanita di depannya ini lagi. Untuk apa? Dia masih ingat jelas suara wanita yang menggunjing anaknya tadi pagi, meski dia tidak mencint

  • Noda Dalam Semalam   Bab 74

    “Itu karma untuk Seruni yang sudah menyakiti Rira.” “Tapi kasihan kalau anaknya yang harus menanggung semuanya.” “Kasihan bagaimana salah sendiri tu anak lahir dari hasil hubungan menyakiti wanita lain.” Jagat meletakkan bolpoin dan dokumen yang sejak tadi dia periksanya sejak tadi, tapi deretan huruf itu sama sekali tak bisa mengalihkan pikirannya dari pembicaraan para perempuan yang tak sengaja dia dengar. Apa memang benar ini karmanya karena menyakiti Rira? Tapi Rira tidak mencintainya dan kejadian malam itu juga atas jebakan dari Arsen, kakaknya sekaligus tunangan Rira. Jagat menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak percaya hal seperti itu, dia yakin pasti ada alasan kenapa anaknya harus terlahir tuli. Jagat menutup dokumen yang dia teliti tadi dengan keras, seharusnya dia memang sudah mengundurkan diri dari kantor ini sebulan yang lalu, tapi laki-laki itu terus menundanya. Baginya dia tidak pantas untuk menggantikan sang kakak yang super hebat it

  • Noda Dalam Semalam   Bab 73

    “Apa kamu butuh sesuatu?” Seruni mengernyit menatap suaminya bingung. “Perlengkapan bayi bukankah kita belum membelinya?” tanya Jagat. Bahkan sampai sekarang bayi mungil itu belum mempunyai nama. Kelahirannya yang lebih cepat membuat Seruni bahkan belum memikirkan nama untuk bayinya. “Tita dan ayah sudah melakukannya untukku.”“Mereka akan mengirimnya ke rumah?” tanya Jagat lagi karena selain dua tas yang tadi dia bawa, Jagat tidak menemukan hal lain lagi. “Mungkin.” “Apa maksudmu dengan mungkin?” Seruni memalingkan wajahnya enggan untuk bicara lebih lanjut dengan sang suami. “Aku akan berbelanja kebutuhan bayimu, apa kamu ingin memesan sesuatu?” tanya Jagat akhirnya karena Seruni hanya diam tak bersuara. “Tidak ada Rira pasti bisa memilihkan yang terbaik untuk bayiku, bukankah kalian akan pergi bersama.” Jagat langsung menelan ludahnya pahit mendengar ucapan penuh sindirian sang istri. “Kamu marah karena aku tidak segera membawamu ke rumah sakit waktu itu dan malah-“ “Tida

  • Noda Dalam Semalam   Bab 72

    “Kamu bisa? Apa perlu aku menggendongmu?” “Aku bukan bayi.” “Tapi baru saja melahirkan bayi.” Seruni menatap Jagat sambil menghela napas kesal. Dia jadi bingung sendiri pada dirinya. Saat sang suami mengabaikannya dan lebih memilih Rira dia merasa sakit hati, tapi saat sang suami perhatian padanya entah mengapa dia merasa perhatian itu tak tulus dan akan membuatnya sakit hati nantinya. Kenapa Jagat tidak bersikap biasa saja. "Aku tidak selemah itu, tolong bawa saja barang-barangku." Seruni menunjuk pada dua tas yang telah dia  kemas, tentu saja isinya barang-barang  yang baru saja dia minta Tita untuk belikan, dia bahkan melupakan tas yang sudah dia persiapkan di rumah. "Kamu yakin? Memangnya aku kuat berjalan jauh?" "Suster menawarkan kursi roda," kata Seruni dengan santai membuat Jagat hanya bisa melongo lalu mengangguk  paham. Tak lama, dua orang suster datang yang satu membawa kursi roda da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status