Share

4. Musibah atau Anugerah?

Saga berlari ke arah kerumunan orang-orang guna memastikan keadaan putri semata wayangnya. Ketegangan terpampang jelas diwajahnya, khawatir jika putri tercinta dari hasil pernikahannya lima tahun lalu terluka.

“Bella!” teriak Saga sembari menerobos kerumunan.

Saat ia berhasil sampai di depan, ia bernafas lega melihat keadaan putrinya yang baik-baik saja berada dalam pelukan seorang wanita. Namun, sayangnya wanita itu dalam keadaan tak sadarkan diri. Karena penasaran dengan sosok penolong putrinya, Saga langsung membalikkan badan wanita tersebut.

Alangkah terkejutnya ia melihat sosok itu. Sosok yang baru kemarin ia lihat, sosok yang selama ini masih tersimpan dalam ingatan.

“Diandra,” lirih Saga.

Tanpa pikir panjang ia langsung menggendong Diandra ala bridal style dan membawanya ke mobil, tak lupa Saga meminta Bella mengikuti langkahnya sekaligus meminta orang untuk membukakan pintu mobilnya.

“Tolong bukakan pintunya, saya mau bawa Wanita ini ke rumah sakit,” pinta Saga.

“Bella, kamu ikuti Papa! Kita antar Tante Diandra dulu ke rumah sakit!” titah Saga.

“Iya, Pa.” Bella menjawab sembari berlari guna mengimbangi langkah Papanya.

Saga mengendarai mobilnya dengan cepat karena khawatir dengan keadaan Diandra. Ia bahkan terlihat sangat fokus mengendarai hingga tak berbicara pada putrinya. Sementara Bella, si bocah cilik yang cantik itu sedari tadi hanya menunduk tanpa berani menatap wajah Papanya.

Sesampainya di rumah sakit, Saga Kembali menggendong Diandra sembari berteriak meminta bantuan. Oh, tidak! Lebih tepatnya ia memerintahkan petugas rumah sakit beserta dokternya untuk segera memeriksa keadaan Diandra, karena ia membawa ke rumah sakit milik keluarganya.

“Cepat bawa dan periksa keadaan Wanita ini sekarang! Pastikan dia akan baik-baik saja, atau kalian semua akan saya pecat!” teriak Saga.

Para petugas yang mendengar itu hanya bisa mengangguk tanpa berani melawan.

Semua itupun tak luput dari perhatian seorang Wanita yang sejak tadi melihat kehadiran Saga. Dia adalah Sinta Mayesa, Adik perempuan Saga yang juga bekerja sebagai dokter OBGYN di rumah sakit itu.

Setelah melihat Wanita yang dibawa Saga mendapat pengobatan, Sinta bergegas menghampiri kakaknya guna menanyakan keadaannya.

“Kak Saga? Kakak ngapain disini? Siapa perempuan yang tadi Kakak bawa? Kenapa dia pingsan dan kakinya berdarah?” tanya Sinta.

“Diandra.” Hanya jawaban singkat yang keluar dari mulut Saga.

“Apa? Kak Diandra? Kok bisa? Kak Diandra kenapa, Kak?” Sinta langsung memberondong Saga dengan berbagai pertanyaan.

Wanita itu sangat terkejut dengan apa yang ia dengar baru saja ia dengar. Sinta sendiri cukup paham dengan hubungan kakanya dulu dengan Diandra. Karena hubungan mereka dulu sudah sangat dekat sejak Saga berhubungan dengan Diandra. Bahkan ia pikir awalnya Diandra yang akan menjadi kakak iparnya. Namun siapa sangka jika ternyata hubungan Saga dan Diandra harus putus lebih awal sebelum mereka melangkah ke jenjang serius.

“Diandra kecelakaan karena menyelamatkan Bella,” ucap Saga.

“Bella? Terus Bella giamana keadaannya sekarang? Kamu gak apa-apa, sayang?” Sinta beralih bertanya pada keponakannya.

“Bella gak apa-apa kok, Tante. Tapi Tante baik yang tadi jadi sakit gara-gara Bella,” ucap Bella sembari menunduk.

Bahkan bocah yang baru berusia empat tahun itu mulai menangis setelah sejak tadi ia tahan karena takut Papanya akan memarahinya.

“Ssstt, jangan nangis ya, sayang. Lebih baik sekarang Bella do’ain Tante Diandra supaya cepat sembuh,” ujar Sinta.

“Iya, Tante.” Bella menjawab sambal menghapus air matanya.

Kemudian Bella menghampiri Papanya lalu meminta maaf, karena sejak tadi Saga masih belum berbicara sama sekali padanya.

“Papa, Bella minta maaf udah nakal. Bella janji Bella gak ulangin lagi. Bella janji bakalan jadi anak yang baik. Maafin Bella ya, Pa.” Dengan menarik tangan Papanya, Bella meminta maaf. Tak lupa ia mencium tangan Papanya yang sejak tadi masih digenggamnya..

Saga yang melihat putrinya seperti itu merasa bersalah karena ia belum sempat berbicara pada Bella hingga anak kecil itu mengira jika papanya sangat marah.

“Bella sayang, Papa gak marah sama Bella. Tapi lain kali tolong jangan ulangin lagi ya,” ujar Saga lembut.

“Iya, Pa. Bella janji!” Ayah dan anak itu kemudian saling berpelukan.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari tempat Diandra diperiksa. Saga, Sinta, dan Bella langsung berlari ke arah dokter itu.

“Gimana keadaan Diandra, Dok?” tanya Saga penasaran.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tuan. Ibu Diandra hanya mengalami luka ringan yang sudah kami tangani. Mungkin sebentar lagi beliau akan sadar,” ucap dokter yang bernama Burhan.

“Syukurlah. Terima kasih, Dok.”Bukan Saga yang mengucapkan, melainkan Sinta.

“Sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu Dokter Sinta, Tuan Saga.” Usai berpamitan, Dokter Burhan berlalu dan melanjutkan Kembali pekerjaannya.

Sementara Saga dan Sinta beserta Bella langsung masuk ke dalam melihat keadaan Diandra dan memastikan jika Wanita itu baik-baik saja.

Saga terus memperhatikan wajah Wanita yang dulu pernah merajut kasih bersamanya. Terlihat tenang saat ia terlelap, namun terlihat menyedihkan saat berhadapan dengan suaminya.

Lelaki itu kemudian tersadar jika ada yang berubah dari Diandra.

“Kamu terlihat cantik dengan dandanan seperti ini, Di. Apa mungkin kamu merubah penampilanmu hanya demi lelaki yang tak menghargai kamu itu? Apa lelaki itu yang udah berhasil rebut hati kamu dari aku?” batin Saga.

“Kak, are you oke?” tanya Sinta karena melihat kakaknya melamun.

“Hm, kamu mau sampai kapan di sini? Apa selama ini kerjaan kamu cuma kaya gini?” sindir Saga.

“Huft, bilang aja ngusir! Ya udah, kalau gitu Sinta mau balik lagi ya, Kak. Kalau ada apa-apa kabarin aja.

“Hum,” jawab Saga singkat.

Saat Sinta berbalik badan, saat itu pula Diandra siuman. Sontak saja Sinta mengurungkan niatnya untuk keluar dan langsung berlarii ke arah Diandra.

“Kak, Diandra? Kakak udah sadar?” tanya Sinta.

Diandra terus mengerjap-ngerjapkan mata karena merasa belum yakin denga napa yang dilihatnya.

“Sinta?” tanya Diandra.

“Iya, Kak. Aku Sinta adik Kak Saga. Kakak gimana keadaannya? Apa ada yang sakit?” tanya Sinta khawatir.

“Kakak gak apa-apa, Sin. Makasih ya, udah khawatirin Kakak,” ucap Diandra tersenyum.

“Ehm, makasih udah nolongin Bella. Aku gak tau apa yang terjadi kalau gak ada kamu yang selamatin Bella,” ujar Saga.

Mendengar suara yang sangat familiar itu, membuat Diandra menolah ke arah kanan tempat Saga berdiri sembari menggenggam tangan mungil putrinya. Pandangan merekapun bertemu, sebelum akhirnya Diandra mengalihkan dengan melihat gadis kecil yang berada disamping Saga.

“Perkenalkan, ini Bella, putriku.” Saga membawa maju putrinya untuk memperkenalkan pada Diandra.

“Hallo, Tante. Namaku, Bella Alexandra Mahesa, anak Papa satu-satunya. Tante, maafin Bella, ya! Gara-gara Bella, Tante jadi sakit kaya gini,” ucap Bella polos.

“Gak apa-apa, sayang. Yang penting Bella gak kenapa-napa,” ujar Diandra.

“Tante, Tante tau gak? Papa tadi nangis loh waktu gendong Tante ke rumah sakit. Tante calon Mama baru buat Bella, ya?”

Semua yang berada di dalam ruangan terkejut mendengar ucapan yang lolos begitu saja dari mulut gadis kecil yang menggemaskan itu. Tak terkecuali Saga, yang kini wajahnya merah seperti kepiting rebus.

“Kamu nangisin aku?” tanya Diandra dengan tampang polos.

Membuat Saga ingin menenghilang dari sana karena menahan malu. Dua Wanita yang menggemaskan membicarakan hal yang sama padanya.

“Oh, Tuhan. Sebenarnya ini sebuah musibah, atau anugerah untukku?” jerit Saga dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nalendra Zavier Alfariq
klo bukan anaknya mungkin udh dibilang 'Bocah Vrikk' sama Saga ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status