Diandra terus memandangi baju suaminya dengan air mata yang mulai mengalir. Ingatannya Kembali berputar pada kejadian pagi tadi, dimana suaminya salah menyebut namanya
“Apa mungkin Mas Reza tadi bukan salah panggil, tapi memang itu nama Wanita lain yang selama ini menemaninya?”monolog Diandra.Ia pun sadar, jika sejak setahun belakangan suaminya mulai jarang menyentuhnya. Bahkan Reza mulai jarang pulang dan beralasan jika ia menginap di kantor karena banyak kerjaan.Tak ingin berburuk sangka, akhirnya Diandra memutuskan akan menyelidiki kegiatan suaminya akhir-akhir ini secara diam-diam. Ia tak ingin hal yang selama ini menjadi momok menakutkan baginya benar-benar terjadi.“Ya ampun, mikir apaan sih aku ini? Semoga semua itu gak benar. Aku bisa tahan denngan makianmu, Mas. Tapi tidak dengan pengkhianatan kamu, Mas!" ujar Diandra.“Lebih baik sekarang aku selesaikan tugas rumah dulu, kalau sudah aku mau belanja. Daripada mikirin yang bukan-bukan. Soal baju, aku bisa tanyakan nanti kalua Mas Reza pulang. Lagipula Mas Reza gak mungkin berkhianat, selama ini dia setia sama aku, meskipun sikapnya berubah. Tapi aku yakin s Reza suami yang setia.”Diandra kembali bangkit dan menghapus sisa-sisa air matanya. Ia Kembali melanjutkan pekerjaannya yang kemudian bersiap untuk pergi ke pasar. Namun saat ia melihat pantulan dirinya melalui cermin, tiba-tiba wajahnya berubah sendu.“Dulu aku selalu dipuji cantik dan menarik karena tampilanku yang modis. Sekarang aku jauh dari kata modis, bahkan tak ada menariknya. Setiap hari selalu pakai daster yang sudah bertambal-tambal, wajahku pun terlihat kusam. Sepertinya aku harus ada sedikit perubahan supaya Mas Reza semakin cinta.”Demi merubah sedikit penampilannya, Diandra bahkan harus rela membuka tabungannya. Ia berencana akan membeli beberapa potong baju dan skin care, tak lupa beberapa make up agar wajahnya lebih berwarna. Diandra juga berencana ingin mengubah potongan rambutnya.“Mudah-mudahan Mas Reza suka dengan penampilan baruku nanti. Dengan begitu, Mas Reza gak akan berpikir buat cari wanita lain, apalagi ninggalin aku.”Sementara di lain tempat, Reza baru saja sampai di kantor. Dengan Langkah tegap dan penuh percaya diri Reza berjalan melewati beberapa karyawati. Aroma mint menguar begitu saja kala lelaki tampan itu lewat, membuat para wanita terhipnotis seketika.“Gila! Beruntung banget istri Pak Reza. Udah ganteng, maskulin, jabatan tinggi, wanginya seger lagi kaya CEO. Kalau Pak Reza jadi CEO juga kayanya cocok deh, soalnya tampang-tampang kaya Pak Reza itu mahal banget,” ujar salah satu karyawati yang bernama Irma.“Jangankan jadi CEO, jadi manager aja udah susah digapai, apalagi jadi CEO,” timpal karyawati lain.“Udah-udah, jangan ngomongin Suami orang terus. Kalian gak ada niatan buat jadi Pelakor ‘kan? tanya Rina.“Ya enggaklah! Gue kan Cuma muji doang bukan pengen milikin Suami orang!” sungut Irma.“Makanya, gak usah ngomongin Suami orang,” ucap Rina dengan sudut bibir terangkat menandakan senyum penuh kemenangan.“Kalian ini ngapain sih ngomongin Suami orang terus? Gue yang single ada loh disini,” ujar Riko salah satu karyawan.“Nah bener, tuh! Mendingan cari yang single, gak usah ngejar yang udah beristri.” Rina menyetujui ucapan Riko.“Sorry, tapi lo gak selevel sama kita!” ujar Irma.“Dan sayangnya lo juga bukan tipe gue!” timpal Riko.Para karyawan dan karyawati itu kemudian membubarkan diri dan memulai pekerjaannya kembali.Sementara Reza yang sudah memasuki ruangannya langsung memulai pekerjaannya. Pada dasarnya Reza sendiri memang sosok yang rajin dan tekun, karena itulah ia menduduki jabatan yang diembannya kini. Selain karena ijazahnya, keterampilannya dalam bekerja juga menjadi salah satu pendukung untuk ia menjabat sebagai manager di SM COMPANY.Namun saat ia hendak memulai pekerjaan, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dengan tersenyum, Reza mengangkat panggilan dari sosok yang akhir-akhir ini kerap menemaninya.“Hallo, sayang? Pagi-pagi udah telepon aja, pasti kangen sama aku, ya?” tanya Reza.“Iya dong, habisnya kamu udah lama gak nginap di sini sih, aku kan kangen. Tiap malam cuam sendirian, gak ada Mas Reza. Katanya pengen cepat-cepat punya Reza Junior, tapi kok pulang ke rumah si mandul terus sih, Mas?” ujar seorang perempuan dari sebrang sana.“Maaf sayang, Mas belum bisa sering-sering ke sana, nanti Diandra bisa curiga. Lagian tadi malam kan udah dapat jatah, masa masih kurang? Gimana kalau nanti malam Mas pulang ke rumah kamu dua hari. Tapi besok lusa Mas harus pulang lagi,” ucap Reza.“Tapi janji ya, Mas nanti malam nginap disini. Kalau Mas Reza bohongin aku, aku bakalan bongkar hubungan kita sama Diandra!” ancam Wanita itu.“Iya, iya. Nanti malam Mas janji bakalan pulang ke sana terus nginap di rumah kamu. Ya udah, kalau gitu Mas tutup dulu ya, Mas harus kerja lagi. Bye sayang.” Reza mematikan sambungan telepon secara sepihak.Lelaki itu tampak memijit pelipisnya, merasa bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Satu sisi ia ingin mempertahankan rumah tangganya, tapi di sisi lain ia juga ingin memiliki keturunan. Reza meyakini jika selama ini ia tak memiliki keturunan karena Diandra lah penyebabnya. Ia yakin jika Diandra adalah wanita mandul, tanpa memeriksanya terlebih dahulu.“Haruskah kita benar-benar berakhir? Aku masih ingin bertahan, tapi aku juga ingin punya anak. Kenapa kamu harus mandul, Di? Kenapa kamu gak kasih aku anak? Jangan salahkan aku kalau aku punya anak dari Wanita lain. Aku jadi seperti ini karena kamu, bukan mauku sendiri!” monolog Reza.Tak ingin larut dalam pemikirannya, ia mengalihkan dengan melanjutkan pekerjaan yang sejak tadi sudah menanti.Di lain tempat, Diandra baru saja keluar dari salon kecantikan. Rupanya Wanita itu batu saja mengubah potongan rambut sekaligus mewarnainya menjadi coklat keemasan, sangat cocok untuk warna kulitnya. Ucapan dari pemilik salon tadi masih terngiang di telinganya.“Waw, amazing! You look very beautiful with your new hair! Kalau kaya gini kamu tuh cantik banget tau. Gak kaya tadi, baru datang penampilan kuno, muka kusam, rambutnya lepek banget lagi. Awas loh, nanti suaminya di gondol orang kalua kamu gak pintar jaga penampilan.”“Dia benar! Mungkin Mas Reza berubah karena aku kurang bisa jaga penampilan. Selama ini aku hanya fokus dengan rumah tanggaku dan pekerjaan sampinganku. Sampai aku lupa kalau penampilanku juga harus dijaga. Semoga setelah ini Mas Reza kembali hangat sikapnya,” ujar Diandra.Selama ini Diandra memang sudah tak diijinkan bekerja diluar. Tapi Wanita itu diam-diam menulis novel online di rumah dan mempostingnya di platform berbayar hingga diam-diam ia sudah menghasilkan uang yang cukup banyak beberapa bulan ini. Reza sendiri tak pernah tahu pekerjaan Diandra, yang ia tahu istrinya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.“Penampilan udah, baju udah, skin care sama make up juga udah. Urusan dapur besok pagi aja deh! Kaya nya masih cukup isi kulkas buat sampai besok. Sekarang waktunya pulang!”Diandra berjalan menyebrangi jalan menuju halte yang berada di sebrang jalan. Namun tiba-tiba netranya tertuju pada sosok anak kecil yang berlari ke tengah jalan tanpa didampingi orang tuanya. Saat itu pula ada mobil yang tengah melaju kencang ke arah bocah tersebut.Tanpa memikirkan belanjaan maupun penampilannya lagi, Diandra berlari mengejar bocah itu.“Awas!”“Tin … Tin ….”“Bruk!”Semua orang terkejut melihat apa yang ada di depan mereka, tanpa terkecuali lelaki yang berdiri di samping mobil mewah miliknya. Nafasnya tercekat, jantungnya seakan berhenti berdetak melihat apa yang ada di depannya.“Gak mungkin ….”“Rania,” ucap Saga lirih. “Rania adalah mendiang istriku, Di. Rania teman kita, adalah Mama Bella,” sambungnya. Diandra sangat terkejut mendengar apa yang Saga baru saja. Diandra tak ingin mempercayainya, tapi saat ia menoleh ke arah Kevin, nyatanya Kevin pun mengangguk membetulkan ucapan Saga. Dengan suara bergetar menahan tangis, Diandra bertanya, “Jadi, maksud kamu Rania sudah meninggal?” “Iya, Rania meninggal setelah sebelumnya mengalami kecelakaan saat kami dalam perjalanan menuju rumah sakit. Rania kehabisan banyak darah, dia meninggal begitu Bella lahir,” tutur Saga menunduk. Rasa bersalah kembali menyelimutinya. Setetes air mata berhasil lolos. “Maafin kita, Di. Kita gak ngabarin soal Rania, karena dia yang minta. Waktu Rania nikah dengan Saga, Rania meminta kita buat gak kasih tau ke kamu. Dan saat dia meninggal, kita semua gak ada yang punya nomor kamu,” timpal Kevin. Diandra masih shock mendengar kabar itu. Dengan tatapan kosong, ia bertanya, “Jadi, selama bertahun-t
Toko kue Diandra hari ini begitu ramai, para pembeli tengah mencicipi kue coklat pertama yang Diandra suguhkan. Promosi yang Diandra suguhkan itu sukses menarik perhatian para pembeli. Mereka sangat antusias, bahkan tak segan-segan memesan kue untuk esok hari agar tak kehabisan. Melihat reaksi para pembeli yang begitu menyukai kue buatannya, membuat Diandra semakin semangat untuk terus belajar membuat kue dengan varian lain lagi.“Toko rame banget, Di? Kira-kira aku kebagian kue coklatnya enggak ya?” ucap Arkan yang baru pulang kerja.“Eh, kamu, Ar? Tenang, kue buat kam sudah aku simpan di dalam. Sama buat Ibu-Bapak juga, ya. Awas kalau dihabisin sendiri!” ancam Diandra.“Iya, iya, bawel banget sih. Jadi makin sayang,” canda Arkan.“Tapi sayang, aku makin mual dengarnya,” balas Diandra.Saat mereka tengah asyik bercanda, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depan toko kue milik Diandra, membuat semua pengunjung penasaran dengan pemilik mobil tersebut. Termasuk Diandra dan Arkan y
Jika Reza tengah disibukkan dengan pernikahannya, lain halnya dengan Diandra yang kini tengah merintis usaha barunya. Diandra kini sudah resmi membuka toko kue dengan memanfaatkan gerai yang menyatu langsung dengan rumahnya. Dengan bantuan Sumi dan Arkan sebagai juri untuk menilai, Diandra kini sudah bisa membuat berbagai macam kue untuk dijual.“Kan, kamu kalau mau berangkat kerja, pergi aja gak apa-apa. Aku juga udah selesai, kok. Tinggal siapin kue terakhir aja,” ujar Diandra.“Gak apa-apa. Lagipula, masih terlalu pagi buat aku berangkat kerja sekarang,” balas Arkan.Namun, tiba-tiba ponsel Arkan berdering menandakan adanya panggilan masuk. Rupanya rekan satu kantornya yang menghubungi Arkan. Arkan dipinta untuk berangkat lebih awal guna menyelesaikan pekerjaannya yang kemarin belum selesai karena akan dipinta pagi itu oleh atasannya.“Hehe, maaf, Di. Aku ditelepon sama teman. Nanti pulangnya aku bantuin lagi ya. Jangan marah, abang bekerja untuk kita,” gurau Arkan.“Iya, Aban
Hari demi hari telah berlalu, kini Reza dan Diandra telah resmi bercerai. Reza bahkan sudah mulai mempersiapkan pernikahannya bersama Clara. Setelah perceraiannya bersama Diandra, Reza tak pernah lagi bertemu dengan Diandra meski hanya sekali. Ia bahkan tak mengetahui kehidupan Diandra saat ini. Kini dunianya hanya dipenuhi oleh Clara. “Sayang, besok baju pengantinnya jangan yang ngetat ya. Kasihan anak kita kalau kamu harus pakai korset atau apapun. Lebih baik pakai gaun aja ya, jangan pakai kebaya,” pinta Reza pada Clara. “Gak mau ah, nanti aku gak cantik kalau pakainya yang besar-besar. Lagian cuman sehari doang, masa gak boleh sih? Kalau kamu mau aku pakai gaun, mendingan sekalian aja kita nikahnya di hotel mewah, Mas. Aku yakin, kalau kita nikahnya mewah, Diandra pasti bakalan cemburu,” ujar Clara. “Tapikan uangku gak sebanyak itu sayang, kita juga kan harus nabung buat biaya persalinan kamu nanti.” Sejak berpisah dengan Diandra, kondisi keuangan Reza memang sedikit menuru
Saga mendapat telepon dari bawahannya yang mengabarkan jika Diandra pergi dari rumahnya dengan menyeret koper. Mendengar kabar itu, membuat Saga berpikir jika Diandra di usir dari rumahnya. Satu sisi ia merasa senang, namun di sisi lain ia juga merasa sedih lantara Diandra harus mengalami hal yang tak menyenangkan seperti itu.“Akan ku pastikan mereka merasakan apa yang kamu rasakan sekarang,”ujar Saga. Tangannya mengepal menahan amarah.“Jadi apa yang mau lo lakuin sekarang?” tanya Kevin.“Gue harus tetap pura-pura bodoh. Jangan sampai Diandra tau kalau selama ini gue selalu mata-matain dia. Gue gak mau Diandra merasa terganggu terus ngejauhin gue. Tapi mulai sekarang lo udah bebas, lo gak peru sembunyi lagi dari Diandra. Kalau suatu saat lo ketemu sama dia dan dia nanyain soal Rania, lo cukup bilang kalau Rania udah meninggal. Biarin gue sendiri yang jelasin soal hubungan gue sama Rania nantinya,” terang Saga.“Ga, gue rasa lo musti periksa kejiwaan, deh. Lo itu udah lebih dari cint
Rumah dengan desain klasik sederhana yang tertata rapi. Dibagian depannya terdapat gerai yang bisa dijadikan untuk buka usaha. Tepat seperti target yang Diandra cari. Meski kecil, namun rumah itu tampak begitu nyaman. “Bagaimana, Neng? Suka sama rumahnya?” tanya Sopir taksi. “Suka banget, Pak. Tapi maaf, kalau boleh tau, berapa harga perbulannya ya?” tanya Diandra. “Maaf, Neng. Tempatnya disewakan pertahun, bukan perbulan. Soalnya yang punya rumah lagi butuh uang buat biaya pengobatan istrinya di rumah sakit, satu tahunnya 36 juta. Kalau Neng berminat, biar Bapak sampaikan sama yang punya buat Neng tempatin sekarang. Bagaimana, Neng?” tanya Sang Sopir. “36 juta? Tabunganku kayanya sih cukup, tapi gimana buat ke depannya nanti ya? Aku juga kn butuh modal buat buka usaha. Tapi kalau gak diambil, sayang banget, mana udah ada gerainya jug, lokasi juga strategis. Ambil gak ya?” batin Diandra. “Neng? Gimana? Mau diambil atau mau cari kontrakan lain?” tanya Pak Sopir, menyadarkan Diandra