Baru saja tangan lengan gadis itu lepas, Aris menariknya kembali. Menatapnya lebih dalam. Lalu kembali, mengirimkan kehangatan lebih lama dari sebelumnya. Laila benar-benar telah membuatnya gila sekarang.
Ia tak rela gadisnya itu menemui pria lain, bahkan jika nanti mata pria bejat itu hanya memandangnya.
Tak ada yang bisa Laila lakukan selain pasrah. Meski ia merasa sesak dan kesulitan bernapas. Mana bisa menolak keromantisan yang datang dari pria yang dicintainya?
"Ehm, maaf," ucapnya tersengal. Aris yang sebenarnya belum merasa puas, terpaksa melepaskan Laila. Takut gadis itu muak atas perilakunya.
Laila yang dadanya juga naik turun karena menahan napas sebelumnya, mengangguk. Ia menunduk malu sebentar. Namun, melihat wajah Aris yang tampaknya gelisah, dan merasa bersalah atas perlakuannya tadi, Laila memberanikan diri mendekatkan kepala dan membalas ciuman suaminya.
Mata Aris melebar. Ia lalu tersenyum kala gadis itu telah selesai menarik kepal
"Apa yang terjadi, Mas?" tanya Rani yang panik.Mendengar obrolan Rani dan Ardian, Aji segera menghentikan mobilnya."Apa terjadi sesuatu?" Wanita di samping Aji mengulang pertanyaan. Sejak tadi hatinya terus dipenuhi was-was."Ya," sahut Aji tanpa menoleh pada Rani. Ia memperhatikan orang-orang di depan sana. Mereka malambai ke semua mobil yang lewat.Mata Aji melebar kala menangkap beberapa wajah di depan sana. "Bukankah mereka yang mengajarku dan Ardian tadi?""Ya, Mas?""Gawat kita harus pergi!" Aji segera menyalakan mobil dan berputar arah. Masuk ke gang untuk mengambil jalan lain."Ada apa, Mas?" Rani sangat ingin jawaban."Ran, buang ponselku ke luar!" seru Aji pada Rani."Hah? Buang?""Mereka melacak ponselku. Sebelumnya panggil Ardian dan beritahu hal yang sama. Oya, jangan lupa menghapus semua chat dan daftar panggilan di sana." Aji mengingatkan.Ia tak berani membuka kaca jendela dan meneriaki Ar
Mata Heru sontak membuka, kala mendengar suara seseorang berteriak. Mengerjap, mencari kesadaran dengan berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum ia tidur.Setelah Sadar sedang ada di mana dan ingat apa yang dilakukan sebelum ini, pria itu mencari sosok yang harusnya ada di sampingnya."Ke mana pengacara itu?" gumamnya sembari melepas sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.Sebelum ke luar, Heru menyempatkan diri melihat pada arloji yang melingkar di tangan kiri."Sial, aku ketiduran lebih dari 30 menit," umpatnya kesal.Ia kemudian merogoh ponsel di hapenya. Melihat percapakan dengan Laila. Ada satu balasan dari gadis itu.[Aku sudah sampai.]Pria itu pun segera keluar mobil. Mencari Laila, dan pengacara sekali gus."Apa Laila sudah pulang? Lalu di mana pria itu?" tanya Heru celingukan mencari sosok kedua orang tersebut."Suara apa tadi? Siapa yang berteriak malam-malam begini? Apa aku cuma mimpi?" Pria itu kemudia
"Apa salahku?" Laila membulatkan mata."Kamu yang sudah membangunkan macan tidur. Jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi di dalam sana." Aris mengucap santai dan pelan. Melirik sebentar ke arah Laila untuk melihat ekspresinya.Aris geleng-geleng. Senang. Laila tampak speechless mendengar ucapannya.Setelah sampai dan memarkirkan mobil kesayangan, Aris mulai menyiapkan barang-barang yang sudah disiapkan di ransel.Pemuda itu segera membuka pintu dan keluar. Namun, merasa ada yang salah hingga ia perlu diam sebentar, mengamati seseorang harusnya sudah mengikutinya.Saat berbalik, ia masih melihat Laila duduk manis di dalam mobil. Aris mendesah. Ada apa dengan gadis cantik itu?Tak membuang waktu ia pun mendekat dan mengetuk pintu mobil. Laila pun tersentak, dan menoleh ke arahnya."Tidak turun?" tanya Aris menautkan dua alisnya. Tampaknya Laila benar-benar takut kalau dia akan menerkamnya di dalam sana.Tak ada jawaban. Setelah
"Argh! Sial! Ada apa denganmu dan gadis itu?!" teriak ayah tiri Laila.Heru merasa butuh penjelasan dari pengacara, tapi penjelasannya terkesan berbelit."Kamu ini padahal pengacara, tapi kenapa ucapanmu sulit kupahami?" keluh Heru. "Mana tampilanmu lebih parah dari pada pengemis!""Ehm. Ya ... ini karena aku kesakitan!" kilahnya. Pengacara itu terus mencuci wajahnya di bawah air kran yang mengalir dengan posisi berjongkok. Untung saja di sekitar gedung itu ada kran-kran yang bisa menyala dan mengalirkan air."Apa mulutmu juga sakit?" tanya Heru sembari mencoba menghubungi nomor Laila yang tadi sempat tak bisa dihubungi. Heru merasa muak pada pengacara itu, yang kentara berusaha menutupi kejadian sebenarnya.Panggilan pada Laila tersambung. Namun, tidak juga diangkat."Sial, kenapa tak diangkat? Dia menantang ku rupanya." Heru bertanya kesal.Ia lalu beralih pada sang pengacara. "Sebenarnya apa yang kamu lakukan padanya. Ini gara-gara
Barangkali ini yang dinamakan setelah hujan badai, ada kalanya pelangi hadir dalam kehidupan seseorang. Dan ia yakin pelangi dalam hidup Laila adalah Aris.❤❤❤Sekarang ini, satu-satunya cara memancing Rani, Aji dan Ardian sekaligus adalah dengan menahan Laila di sisinya.Belum lagi pria itu menyimpan ponselnya, tiba-tiba ponsel itu bergetar. Saat melihatnya, mata Heru. Buru-buru ia mengangkat panggilan paling ditunggu-tunggunya."Laila." Heru menaikkan satu sudut bibir. Merasa puas karena pada akhirnya gadis itu menghubunginya."Sudah kuduga, ia tak bisa mengabaikan ancamanku. Tinggal menyebut nama Bundanya, dia akan terbirit-birit mencariku." Pria itu menoleh pada pengacara, menyombongkan kehebatannya bisa memaksa Laila mengikuti semua kemauannya.Pengacara gelagapan karena itu. Karena sebelumnya sudah membocorkan rencana Heru pada gadis belia tersebut."Kenapa sikapmu jadi aneh begitu. Ck." Heru mendecak sembari mengklik icon berwa
Gadis itu sangat takut pada pikirannya. Bukan menutup kemungkinan, Aris yang sangat mengininya, tiba-tiba berbalik sangat jijik dan membencinya kalau sampai dia hamil anak Heru.❤️❤️❤️"Jadi ... apa masalah kita sudah selesai sekarang?" tanya Aris sambil menyenggol bahu Laila."Ya?" Mata Laila melebar. Ekspresinya seketika berubah."Bukannya tadi aku bilang akan bersabar sampai masalah kita selesai?" Aris menggoda Laila dengan mengingatkan kalimat yang dibisikkan sebelum ini."Kalau udah selesai kita mau ... apa?" Laila berpura-pura polos dengan ekspresi yang tengah berpikir keras."Hem?" Pemuda itu menarik kepala dan menautkan kedua alis, penuh tanya pada Laila. "Gak tau?"Laila membulatkan mata sembari menggeleng."Hem? Bener?" tanya Aris lagi. "Hem? Hem? Hem?" Pria itu menggerakkan kepala, terus menggoda.Hal itu tentu saja membuat Laila tertawa."Jadi gimana?" Aris kini bicara dengan serius. "Aku dah bayar hot
ita Bareng Saja"Mereka pasti sedang merayakan kemenangan mereka." Heru tersenyum sinis. Pria itu kini sedang sibuk membuka galery di ponselnya."Ck. Untung saja aku menyimpan foto-foto ini."Membayangkan Aris dan Laila yang terlalu cepat merasa senang. Tanpa mereka tahu kini Heru sedang menyusun banyak rencana untuk melawan."Ck. Pemuda itu membuatku iri." Pengacara bicara pelan. Seolah sedang bicara dengan dirinya sendiri.Dia masih belum bisa melupakan sosok cantik yang membuatnya terpana, dan memandang tanpa kedip ke arah gadis itu. Andai saja rencananya semalam bisa berjalan dengan mulus, pengacara itu pasti sudah merasakan bagaimana indahnya surga dunia.Ah, kapan lagi ia bisa bertemu gadis secantik Laila? Gadis yang cantiknya alami. Tidak seperti gadis-gadis yang fashionable dengan make up tebal. Meski tahu tak gadis lagi ... paras ayunya pasti akan membuat semua pria tergila-gila."Sepertinya aku perlu baby
Aris senyum-senyum sendiri di depan cermin. Menatap pantulan wajah tampan di sana. Mengingat bagaimana gadis itu tersipu malu mengikutinya."Mandi bareng maksudnya?" tanya Laila membulatkan mata.Aris mengangguk. "Ya, apalagi? Dari awal kan kita mau mandi, bukan berenang.""Em, itu agak ...." Suara Laila tertahan, ketika Aris menarik tangannya begitu saja."Sudah cepat! Waktu kita tak banyak!" pemuda itu menarik Laila, yang wajahnya sudah semerah udah rebus.Senyum Aris semakin tak tertahan kala membayangkan apa yang terjadi di kamar mandi."Ish ... kenapa aku jadi seperti ini?" Ia merasa heran pada diri sendiri.Gadis yang sempat diabaikan, meski gadis itu cantik dan menjaga diri. Lalu, sangat membencinya kala harus menikahi secara paksa. Dan kini ... Aris begitu menggilainya.Untung saja Laila tak dendam dan bersikap buruk pada pria yang berkali mencampakkan, bahkan sempat menyiksanya."Hemh. Ya .... Mana bisa dia meno