Dua buah koper warna abu-abu metallic serta kecoklatan sudah terjejer rapi diruang keluarga. Tatap mata sendu Gunarso pada ibu yang melahirkannya serta mantan istrinya begitu mengiris hati. Sementara dua wanita dihadapannya itu tetap tak bergeming sedikitpun untuk menahan kepergian Gunarso.Bu Zahra melangkah perlahan mendekati anaknya."Gunarso jadilah laki-laki sejati, bertanggung jawablah dengan setiap perbuatan yang kau lakukan. Semoga yang terjadi hari ini menjadi pelajaran berharga untukmu. Ibu ikhlas kamu pergi semoga kamu mendapat kebahagiaan dengan pilihanmu saat ini."Bu Zahra memeluk anak semata wayangnya itu, sambil menepuk-nepuk punggung Gunarso. Walau bagaimanapun dia harus mengeraskan hati agar Gunarso tahu segala kesalahannya. Rasa cintanya terhadap Gunarso hari ini telah berbeda baginya, selama ini dia terus melindungi dan memaafkannya justeru tidak membuat lelaki yang hampir empat puluh tahun itu tidak belajar dari kehidupannya.Lelaki y
BAB 1TELEPHONE ANEHDrttt ... drttt ... drttttt.Ponselku bergetar, nada sambung lagu putus atau terus dari Judika, penyanyi yang terkenal itu terus mengalun syahdu. Netraku bergerak ke layar ponsel yang berada disebelah buku kerja di samping gelas kopi yang tinggal separuh ini.Aku melihat nomer yang tak kukenal masuk ke ponsel kesayanganku. Aku terkejut saat menatap profil nomer aplikasi hijau itu tertera gambar mas Gunarso.Apakah Lelaki yang menjadi suamiku saat ini berganti nomer pikirku dalam hati. Aku buru-buru mengangkatnya khawatir ada sesuatu yang penting, belum sempat ku buka mulut ini, aku mendengar seorang wanita.“Mas Gun, ih … jangan ditekan dengan keras Mas. Sakit Mas, pelan-pelan Mas,” kata suara
Perlahan ku setir sepeda motorku keluar dari kantor sekolahku menembus jalan raya yang padat merayap.Hawa yang panas dijalan semakin memperkuat rasaku hari ini. Ya Alloh apakah yang harus kulakukan, rasa amarah ini benar benar tak bisa kubendung tak terasa airmata mengalir. Pikiranku terus mengembara dengan ponsel yang salah kuterima tadi.Entah kesengajaan atau tidak aku tak tahu, dihati dan pikiranku berkembang berbagai rasa yang berkecamuk.“Tin!"tiba - tiba suara bel mobil dari belakangku berbunyi sangat keras yang mengagetkan lamunanku yang sedang menjulang tinggi keangkasa“Hoe!""Mbak kalau nyetir jangan sambil ngelamun!” jerit sopir truk dari belakangku yang membua
BAB 3EMOSI JIWA"Maaf pak jika berkenan tolong sebutkan nama bapak, agar saya tak menduga duga jika tidak berkenan telpon saya tutup. Aku berpura-tak mengenal nomer ponsel ini."Tunggu ... tunggu jangan ditutup dulu telponnya, Benarkah kamu nggak mengingat suaraku lagi Miana?" jelas orang itu.Mak jleb sekali rasanya mendengar nama akhirku disebut. Selama ini yang memanggil nama akhirku hanya satu orang yaitu Mas Bion saja.Mengapa ia masih memanggilku seperti itu?Apa maksudnya?Tiba tiba mataku gelap sekali rasanya, keringat dingin mengucur diseluruh tubuhku. Aku tak mampu mengangkat telpon."Miana, Miana kamu masih mendengarku kan? Aku minta maaf miana jika aku mengejutkanmu. Aku dapat nomer telp
BAB 4KENANGAN PAHITFirda beranjak dari tempat duduknya, ia buka almari tuanya itu. Matanya celingukan mencari sesuatu, tangannya pun ikut menyibak tumpukan buku"Ya ,ini yang kucari ." Firda mengambil buku diary warna merah jambu kenangannya dulu. Satu persatu ia buka baris kenangannya itu hingga terhenti pada tulisan sembilan belas tahun yang berbaris rapiSurabaya, 13 Desember 2000Benarkah ia datang dalam kesunyian?Menemuiku dalam ribuan mimpiWajahmu yang sendu bersahajaTutur katamu lembut nan bijaksanaGerak gerikmu yang selalu melindungikuSelalu membiusku dalam kerinduanKemanakah Engkau pergi?Serasa waktu belum berlaluKau ucap janji setia
#Kuhantam Pelan-PelanSubhanalloh, aku sungguh malu mendengar penuturan pak Soleh, sungguh nggak pantes melihat perejengannya yang seperti juragan tapi bergaya hidup pelit seperti itu. Aku pamit pak Sholeh sambil membawa nasi goreng dalam kresek.Aku berjalan sambil menenteng satu bungkus nasi goreng lawar kearah mobil suamiku yang berjarak dua puluh meter dari warungnya pak Soleh."Ayo Mas, kita pulang," kataku singkat sambil menutup pintu mobil dengan keras.Sepanjang jalan aku diam, dan tak berusaha mencari perhatian lagi dari mas Gunarso. Dia melirik, aku pura-pura tidur sambil bersandar di kursi mobil.Sesampai dirumah, mas Gunarso memarkirkan mobil dan aku langsung lari kedapur mengambil satu piring untuk meletakkan nasi goreng. Kugeletakkan begitu saja diatas meja makan tanpa ku buka, disam
BAB 6GUNARSO SALAH KAPRAHTiba-tiba bola mata ini melihat kertas kuitansi terselip diantara tumpukan buku dekat meja riasku yang menggantung seperti mau jatuh.Mata ini serasa tak percaya melihat isi kuitansi ini tertanggal bulan lalu, pengeluaran sejumlah seratus lima puluh juta untuk keperluan umroh dua orang atas nama Zana Karunia dan Maftukha dibawah tanda tangan penyetornya atas nama Gunarso Hadi Prayoga .Dalam hatiku penuh tanya siapa gerangan mereka berdua ini. Harus kuselidiki mereka hari ini mumpung hari minggu.Secepatnya aku bersolek didepan cermin dan berganti pakaian olahraga yang nyaman untuk jogging pagi ini. Pintu kamar ku buka, mas Gunarso kuperhatikan masih tertidur pulas diatas sofa berselimut kain tebal milik Randi.“Mau kemana Ma ?”Tiba-tiba suamiku terbangun mungkin karena terdengar handel pintu yang kubuka tadi.“Mau jalan-jalan Pa, mumpung ha
Dia buka ponselnya di aplikasi hijau itu, rentetan pesan masuk sangat banyak. Laporan panggilan tak terjawab bertubi-tubi. Satu persatu pesan Gunarso jawab hingga berhenti di pesan dari kontak nama Bidadari,[Mas Hadi, cepat datang kerumah kita , Aina Mas … Aina]Gunarso lingak-linguk melihat istrinya yang masih di kamar sibuk membersihkan kamar. Dengan cepat dia keluar rumah dan menelpon Zana Kirania, gadis penjual rokok yang dinikahi secara siri oleh Gunarso tujuh bulan lalu.["Ada apa Yang dengan Aina?"] dengan mesra memanggil istri sirinya.[Aina badannya panas Mas Hadi, terus ada ruam-ruam merah hampir diseluruh tubuhnya] dengan nada penuh kecemasan.[Bawa dulu kerumah sakit sayang, nanti Mas Hadi langsung kesana sehabis kerja][Apa nggak bisa ijin nggak masuk Mas?][Jatah cutiku sudah habis, Sayang dan aku sudah sering nggak masuk karena mendampingimu.][Nggak mau, pokoknya Mas Hadi harus dampingi aku unt