"Nabila, kamu mesti membantuku.""Bantu apa?""Dia mencurigai aku sudah hamil dan besok bakal suruh sekretarisnya bawa aku pergi periksa. Kamu bantu aku cetak selembar pemeriksaan kehamilan yang palsu."Nabila tiba-tiba terbungkam."Nabila?" Nova mengerutkan kening sambil memanggilnya."Ini anak Brian?" Nabila tiba-tiba bertanya.Nova tertegun, karena tidak sangka Nabila bisa menebaknya.Namun, dia tidak perlu menyembunyikannya dari Nabila dan berkata terus terang, "Benar, anak Brian.""Waduh, ternyata benar-benar anaknya! Apa dia telah memaksamu? Dasar pria bajingan, kelihatannya tampan, ternyata nggak bermoral, bahkan memaksamu!"Nova bingung dengan serangkaian kata-kata kasar dari Nabila.Beberapa lama kemudian, dia baru tiba-tiba tersenyum pahit. "Bukan, dia nggak memaksaku."Nabila tiba-tiba berpikiran lain. "Kalau begitu, kamu telah menggodanya?"Nova menarik napas. "Aku telah menjadi simpanannya sejak 3 tahun yang lalu."Nabila tiba-tiba bungkam."Apa perbuatanku ini mengejutkan
Keesokan paginya, sekretaris umum Brian langsung mengetuk pintu rumah Nova.Dia berdiri di depan pintu dengan wajah tersenyum simpul. "Bu Nova, Pak Brian suruh saya bawa Anda pergi periksa.""Baik, maaf telah merepotkan Anda."Tiba di rumah sakit, Nova menghela napas lega setelah melihat Nabila yang berdiri di area pengambilan sampel.Setelah mengambil darah, sekretaris umum itu membawa Nova makan sesuatu."Kata Pak Brian, hari ini Anda boleh istirahat satu hari.""Baik." Nova tidak menolak, karena kebetulan dia ada urusan lain.Setelah berpisah dengan sekretaris umum itu, Nova langsung menuju lokasi sesuai perjanjian untuk menemui Alex."Mau minum apa?"Nova baru saja duduk, Alex langsung bertanya padanya."Air mineral saja."Alex bantu memesan air mineral untuknya.Nova menyesapnya, lalu mulai omong blak-blakan."Sebelumnya kamu bilang butuh bantuanku, apa itu?"Usai berbicara, Nova tersenyum. "Saat itu aku juga nggak menanyakan detail-nya, setelah dipikirkan, apa mungkin kamu mau be
Bisa dikatakan bahwa dia adalah wanita kesukaan baru Brian.Bagaimanapun, Brian tidak akan memberi kesempatan kepada wanita yang tidak diminati untuk mendekati dirinya.Sementara itu, Yenni ini sudah ketiga kalinya.Nova berdiri diam di depan pintu, sedangkan Alex mengangkat alis matanya."Kenapa?"Nova segera tersentak."Bagaimana kalau kita ganti tempat lain saja?"Alex masih belum buka suara langsung ada yang memanggilnya."Bu Nova, kamu juga mau makan di sini ya?"Yenni itu memanggil Nova seperti sedang memamerkan diri.Bibir Nova agak pucat.Dia menoleh ke arahnya dan kebetulan bertatapan dengan Brian.Tatapan Brian sangat mendalam dan tampa emosi sedikit pun.Nova menyapanya dengan keras kepala, "Pak Brian."Brian mengangguk dengan santai.Kemudian, dia mengalihkan pandangan ke Alex.Alex juga sedang menatap Brian.Tuan dari Keluarga Frank ini adalah anak kebanggaan.Hampir setiap bidang di Kota Medin terdapat cerita legendaris dari orang tersebut.Katanya saat Brian berusia 19 t
Kata-kata yang begitu sederhana membuat Nova tidak bisa menolaknya.Nova menoleh ke arah Alex.Dia tersenyum padanya dengan ekspresi maaf.Alex tidak bermasalah.Dia malah senang bisa makan bersama Brian.Mereka berdua mengambil tempat duduk, Yenni langsung menyenggol lengan Nova."Jujur, apa kalian sedang berkencan?"Nova menoleh ke arah Brian secara refleks. Ketika melihat Brian tidak ada reaksi, barulah dia berkata, "Sepertinya ini nggak berhubungan dengan Bu Yenni."Yenni malah tidak marah, hanya menoleh ke arah Brian dengan ekspresi kesal."Brian, kamu sungguh, apa mau mencampuri kencan karyawan? Aku lihat Nona Nova dan bapak ini sangat serasi kok."Usai berbicara, dia melirik Nova dan mengedipkan mata padanya."Bu Nova, kamu nggak perlu takut, memang kenapa kalau pacaran? Memang kenapa kalau berkencan? Meskipun Brian adalah bos-mu, juga nggak berhak mencampuri urusan pribadi karyawan, 'kan?"Nova tersenyum simpul. "Bu Yenni, apa steak pun nggak bisa menyumpal mulutmu?"Yenni sont
Nova tidak naik taksi.Dia berjalan tanpa tujuan menyusuri jalan raya.Sampai mobil yang tidak asing itu muncul di depannya.Kaca jendela mobil terbuka dan muka Brian muncul di depan Nova."Naik."Nova terdiam sejenak, lalu membuka pintu mobil."Kapan hasil pemeriksaan keluar?""Hari ini pukul 3 sore."Brian mengiakannya dengan santai, lalu terdiam.Nova mengambil inisiatif untuk menjelaskan, "Aku berkonsultasi padanya tentang masalah ayahku."Brian menoleh ke arahnya. "Maka itu, kalian makan bersama?""Hanya sekadar membalas kebaikannya.""Uang ada cara yang termudah untuk membalas kebaikan orang.""Aku nggak ada uang," jawab Nova.Dia menoleh ke arah Brian.Betapa miskinnya Nova, pria ini seharusnya lebih tahu dari siapa pun.Brian memegang setiran mobil dan menyunggingkan senyuman sinis."Dua miliar kemarin sudah habis terpakai dengan begitu cepat? Apa mungkin Bu Nova punya simpanan?""Aku nggak punya!" jelas Nova secara refleks.Brian mendengus dingin.Nova tidak banyak bicara lagi
Nova mengerutkan kening. "Apa ada bilang siapa orangnya?"Cindy menggelengkan kepala."Apa yang harus dilakukan sekarang?"Nova terdiam sejenak. "Biar aku cari Pak Brian."Setelah tiba di ruang kantor Brian, Nova langsung mendengar suara Brian.Sepertinya sedang menelepon dan suaranya tidak pernah selembut ini.Dalam hati Nova tiba-tiba terasa sakit.Dia menarik napas dalam-dalam dan mengatur napas, lalu mengetuk pintu."Masuk."Terdengar suara Brian dari dalam.Nova mendorong pintu masuk."Ya, aku masuk sibuk dulu, kita bicarakan nanti."Brian mengakhiri panggilan, lalu menoleh ke arah Nova. "Ada apa?""Terkait hal endorser produk baru, proposal kami sudah disetujui, kenapa Pak Brian tiba-tiba mengganti orang?"Brian melonggarkan dasi. "Tanpa banyak tanya, Bu Nova juga tahu bahwa hanya perlu melaksanakannya."Raut wajah Nova agak muram.Dia menghabiskan waktu setengah tahun untuk membereskannya, sekarang malah tiba-tiba ditolak oleh pria ini."Kalau begitu, apa Pak Brian bisa kasih ta
Nova agak mengepalkan jari tangan. "Perutku masih kurang sehat.""Minum obat sakit perut, minum sedikit saja, tingkat alkohol sampanye nggak tinggi."Nova tidak berbicara lagi.Jika berpegang teguh malahan akan terbongkar.Sebenarnya Brian jarang memaksanya minum.Dia bisa dikatakan sangat temperamen dalam hal ini.Namun, hari ini dia begitu bersikeras, tidak tahu apa karena masih mencurigai dia hamil, sehingga ingin mengetesnya.Tiba di lokasi, Nova menenangkan suasana hati.Dia merangkul lengan Brian masuk ke gedung jamuan malam.Begitu masuk, dia langsung melihat Stephen yang berdiri tidak jauh.Stephen mengangkat gelas ke arah Nova.Brian tersenyum tipis. "Kelihatannya Bu Nova sangat memesona."Nova tersenyum. "Pak Brian tenang saja, aku hanya tertarik sama uang."Brian mengangkat alis mata. "Artinya, nggak peduli siapa yang menawarkan uang juga bisa meniduri Bu Nova?"Senyuman di wajah Nova sangat alami. "Kalau begitu, Pak Brian kasih uang lebih banyak saja. Dengan begitu, aku ngg
Brian duduk di samping Nova.Tangannya merangkul pinggangnya.Dia tersenyum tipis, tetapi tatapannya sangat dingin. "Apa yang sedang kalian obrolkan, kenapa begitu kegirangan? Bagaimana kalau ceritakan padaku?"Nova tersenyum. "Pak Stephen bilang cinta pertamamu bakal kembali."Ketika mendengar itu, Brian tersenyum simpul, tetapi tidak menjawab, malahan bertanya, "Jadi, Bu Nova begitu kegirangan karena hal itu?"Dalam hati Nova terasa sangat pengap. Apa yang bisa dilakukan selain tersenyum?Apakah mungkin dia menangis bersedih terhadapnya kenapa bisa mencintai cinta pertamanya, tetapi tidak bisa menerima cintanya?Dia masih punya kesadaran diri."Aku sedang gembira untuk Pak Brian."Wajah Brian muram dan dingin. "Kalau begitu, aku benar-benar harus berterima kasih pada Bu Nova yang perhatian."Nova mengatup erat bibirnya tanpa sepatah kata.Stephen melihat perlawan mereka berdua dan tidak bisa menahan tawa."Pak Brian, kapan cinta pertama Anda kembali? Ingat untuk kasih tahu aku, biar