Gerald tidak main-main dengan ucapannya. Ia mencari Laura ke rumahnya saat ini, Gerald marah karena Laura telah membuat Elodie menangis dan berkata yang tidak-tidak pada Elodie yang sedang sakit. Kedatangan Gerald bersamaan dengan Laura yang baru saja sampai di rumahnya. Wanita itu berdiri di teras rumahnya melihat Gerald turun dari dalam mobil. Laura tersenyum. "Sayang, kenapa datang ke sini tidak mengabariku lebih dulu?" tanyanya dengan begitu manis. Gerald berdiri menatapnya dengan sorot mata dinginnya yang tak teralihkan. "Apa maksud atas ucapanmu pada Elodie?!" desis Gerald maju satu langkah mendekati Laura. Wajah Laura tampak syok mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau anak sekecil Elodie mengungkap semua itu pada Mama dan Papanya. "Gerald, a-aku ... aku tadi memang menemui Elodie, tapi aku hanya—" "Hanya apa?!" sentak Gerald. "Anakku sedang sakit, Laura. Kondisi Elodie sedang drop, dengan kau mengatakan kalau kau adalah calon Mama barunya, kau mengatakan kalau Elo
Pagi ini ajudan Gerald tidak lagi menjaga Elodie dan Giselle di rumah sakit karena Sergio membantu Gerald mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa ke luar kota. Giselle pun tidak mempermasalahkan hal itu karena ia bisa menjaga Elodie sendiri hari ini. Tetapi, Giselle merasa ragu saat dokter memintanya menemui dokter untuk membahas tentang seputar kondisi Elodie. Giselle terlihat begitu gelisah, ia memandangi wajah anaknya yang sedang tertidur. "Bagaimana ini? Apakah tidak apa-apa kalau aku meninggalkan Elodie sebentar?" gumam Giselle lirih. Giselle mengulurkan tangannya mengusap kening Elodie, putrinya benar-benar masih tertidur pulas. Ekor mata Giselle melirik ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia pun beranjak perlahan-lahan dari duduknya. "Baiklah, mungkin tidak apa-apa," lirih Giselle. Giselle segera keluar dari dalam kamar rawat inap Elodie dan bergegas menuju ruangan dokter yang berada tak jauh dari kamar perawatan Elodie. Sepeninggal
Charles mengikuti mobil Gerald yang kini menuju ke rumah sakit ibu kota. Ternyata dugaannya benar, kalau Gerald lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit beberapa hari ini. Dengan langkah lebarnya, Charles masih diam-diam mengikuti Gerald hingga ia kini berada di depan kamar rawat inap di mana Gerald baru saja masuk ke dalam sana. "Papa ... Papanya Elodie datang!" Suara anak kecil menyambut kedatangan Gerald. "Papa, Elodie kangen. Elodie tadi disuntik sama Bu dokter, Pa ... Elodie marah-marah." "Uhh, Sayang ... Anak Papa dibuat menangis. Biar nanti Papa marahi Bu dokternya!" seru Gerald memeluk Elodie yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Elodie merengkuh leher Gerald dan menghujani pipi Gerald dengan kecupan. Di samping mereka ada Giselle yang kini tersenyum manis melihat Elodie begitu senang dengan kedatangan Gerald. "Sudah senang, Papa sudah sudah datang?" tanya Giselle mengecup kening si kecil. "Senang, Mama. Ini Papanya Elodie, tahu!" seru anak it
Sudah berhari-hari Laura tidak pernah bertemu dengan Gerald. Bahkan saat wanita itu berusaha mencari Gerald di kantor ataupun di rumah, Gerald juga tidak ada. Meskipun sejujurnya Laura tahu di mana Gerald berada saat ini. Hal ini membuatnya sangat frustrasi dan kesal setelah ia merasa kalah dengan Giselle dan Elodie yang memenangkan perhatian dari Gerald dibandingkan dirinya. Pagi ini, Laura mendatangi kediaman Keluarga Gilbert dan mengadu sekaligus mengungkapkan kekesalannya tentang Gerald pada Marisa. "Bagaimana ini, Tante, pernikahan saya dan Gerald kenapa malah diundur-undur lagi? Saya sudah menyiapkan semuanya matang-matang!" seru Laura memprotes Marisa. "Laura, sabar dulu, Sayang. Hari pernikahanmu dengan Gerald pasti akan datang, Nak." Marisa menatap Laura yang memasang wajah kesal padanya. Mendengar hal itu, Laura merasa jengah dan tentu saja tidak sabar. "Gerald juga beberapa hari ini sudah sekali saya hubungi, Tante. Saya ke kantor dan juga ke rumahnya tapi dia t
Setelah memakan waktu cukup lama bagi dokter untuk memeriksa kondisi Elodie di dalam ruang perawatan. Giselle dan Gerald menunggu di luar dengan penuh penantian. Hingga Dokter Benny pun akhirnya keluar dari dalam ruangan itu diikuti oleh satu dokter dan juga dua suster di belakangnya. "Dokter..." Giselle dan Gerald langsung beranjak cepat dari duduknya dan berjalan mendekati dokter. "Dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Giselle dengan sangat cemas. Dokter Benny menunjukkan ekspresi wajah yang sedikit cemas. "Mungkin hal seperti ini tidak sekali dirasakan oleh Elodie. Tetapi kondisi Elodie sudah sangat serius, Nyonya, Tuan. Seperti yang kapan hari saya jelaskan pada Nyonya. Kalau penyakit yang menyerang Elodie bisa mengakibatkan kerusakan hati pada Elodie dan jalan satu-satunya dengan dilakukannya operasi pencangkokan hati. Hal itu dilakukan dengan penuh perhitungan oleh para pihak medis." Mendengar penjelasan dokter, Giselle langsung tampak lesu. Wanita itu mengulurkan
Gerald tidak bisa berpikir tenang selama ia berada di kantor. Ia terus kepikiran dengan kondisi Elodie di rumah sakit. Ponsel miliknya yang berada di atas meja terdengar berdering. Gerald segera meraih benda pipih itu dan ia melihat nama Sergio yang kini tampak di layar ponselnya. Segera Gerald menjawab panggilan dari ajudannya tersebut. "Halo?" "Halo, Tuan Gerald. Tuan, baru saja Nyonya Marisa ke sini dan Nyonya marah-marah saat saya melarangnya masuk. Gerald terdiam mendengarnya. Jadi, Mamanya benar-benar ke sana menemui Giselle. Berarti ketakutan yang Giselle rasakan itu benar, kalau Marisa akan datang. "Baiklah. Jaga mereka berdua sampai aku tiba. Aku akan pulang lebih awal hari ini," ujar Gerald pada Sergio di balik panggilan itu. Gerald pun segera menutup panggilan itu dan ia duduk menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. Ia menatap kosong ke depan sana dengan pikiran menerka-nerka. "Mama ... kenapa selalu Mama yang bertindak sejauh ini? Harusnya kalau Mama tah