Share

Bab 2. Aku Telah Bertekad

Author: Te Anastasia
last update Huling Na-update: 2025-04-09 12:36:51

"A-apa?" lirihnya tak percaya. Seperti disambar petir, Giselle mematung menatap lekat pada pria di hadapannya itu.

Tidur bersama mantan suaminya? Apakah Gerald sudah gila?!

"A-apakah tidak ada cara lain?" Giselle menatapnya dengan putus asa. "Ke-kenapa harus tidur bersama? Kita ... kita tidak mungkin—"

"Aku tidak memaksa," ucap Gerald menyela. "Tapi aku tidak yakin, kau bisa mendapatkan uang yang kau butuhkan di luar sana."

Raut wajah cantik itu menjadi muram. Jemarinya terus meremas rok yang ia pakai dan iris mata birunya bergerak gelisah.

Rasa nelangsa memenuhi relung hati Giselle. Haruskah ia menjadi wanita murahan yang menukarkan tubuhnya dengan uang, pada mantan suaminya?

"Tolong berikan saya waktu untuk berpikir sebentar," ujarnya kemudian.

Gerald menatapnya tajam. "Putuskan secepat mungkin. Aku tidak suka menunggu."

Anggukan kecil diberikan oleh Giselle. Ia pun langsung membungkukkan badannya dan pamit dari sana.

Tubuh kurusnya gemetar saat meninggalkan ruangan CEO. Air mata yang sudah ia tahan akhirnya tumpah saat ia berjalan menjauh.

'Ya Tuhan, kenapa menjadi begini?'

Dadanya terasa sesak. Memikirkan ia akan menjual diri pada mantan suaminya membuat perasaan Giselle campur aduk.

Padahal … Elodie adalah anak kandung Gerald.

Tapi jika ia memberi tahu hal itu, Giselle tidak yakin apakah Gerald akan percaya. Pria itu justru akan semakin membencinya.

Tidak mungkin Giselle menerima tawaran itu. Tapi dari mana ia akan mendapatkan uang lima ratus juta untuk pengobatan Elodie?

Giselle terdiam dengan pandangan kosong, lalu teringat pada ibu tirinya. Ia tidak bisa berharap banyak, tapi ia akan mencoba.

Saat itu juga, Giselle bergegas ke rumah ibu tirinya dengan bus kota.

Hanya butuh beberapa menit untuk tiba di rumah mewah dengan gerbang hitam yang tinggi menjulang itu.

Rumah ini dulu adalah rumah milik ayah Giselle, sebelum akhirnya sang ayah meninggal dan Giselle diusir oleh ibu tirinya.

Giselle berjalan memasuki pekarangan rumah dan melihat Cintya—ibu tirinya yang tengah berdiri di teras bersama putrinya, Pamela—kakak tiri Giselle.

"Giselle?" sapa mereka dengan nada tak suka. "Mau apa kau ke sini?!" seru Cintya.

Langkah Giselle terhenti di ujung anak tangga teras. "Ma, aku—"

"Oh, aku tahu! Kau pasti datang ke sini untuk meminta uang, kan?!" ujar Pamela, langsung menyela cepat.

Sebenarnya, mereka tahu kalau Elodie selama ini sakit-sakitan. Tapi mereka sama sekali tidak peduli.

Kalau bukan karena merasa buntu, Giselle tidak akan datang ke sini.

"Ma, Elodie perlu pengobatan lanjutan. Kondisinya sudah semakin buruk dan aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi," ujar Giselle begitu sedih dan terpukul. "Kali ini saja, aku mohon, Ma ... tolong bantu aku menyelamatkan nyawa anakku. Aku janji akan mengembalikan semuanya nanti."

"Tidak ada!" pekik Cintya garang. “Kau pikir uang bisa dipetik dari pohon?!”

Giselle tiba-tiba menekuk kedua lututnya dan memegang kaki Cintya.

"Mama, aku mohon ... Mama pasti masih menyimpan uang peninggalan Papa kan? Kumohon, Ma, aku tidak ingin kehilangan Elodie," kata Giselle memohon.

Alih-alih berbelas kasih, Cintya justru mendorong Giselle hingga membuatnya tersungkur.

"Kau ini memang sama merepotkan seperti mendiang Papamu itu!" pekik Cintya marah. "Pergi sana! Datang mengemis meminjam uang seenaknya saja! Dengar Giselle, meskipun anakmu itu sekarat ataupun mati saat ini juga, aku sama sekali tidak peduli!" teriaknya berapi-api.

Mendengar itu, hati Giselle bagai tercabik rasanya. Meski sudah menduganya, tapi tetap saja ia tak kuasa menahan tangis. Mengapa ibu tirinya begitu tega?

"Ayo, Pamela!" ujar Cintya menarik lengan anaknya.

Mereka menutup pintu dengan keras dan meninggalkan Giselle di sana yang tengah menangis bersama kesedihannya.

Giselle putus asa ... ia benar-benar tidak memiliki siapapun yang bisa menolongnya.

**

Pukul lima sore, Giselle kembali ke rumah sakit setelah seharian ia mencoba mendatangi satu, dua, temannya dan meminta bantuan. Tapi tak satupun ada yang bisa membantunya.

Giselle masuk ke dalam kamar perawatan putrinya yang melihat Elodie yang masih terbaring lemah.

"Ma-mama," lirih anak itu, mengulurkan satu tangannya dan merintih kecil.

"Iya, Sayang ... Mama ada di sini." Giselle mengusap pucuk kepala Elodie. "Elodie sabar ya, Nak. Mama pasti akan berusaha agar Elodie cepat sembuh."

Anak kecil itu hanya bisa merintih kesakitan. Giselle memeluk tubuh kecil Elodie dan menangis tanpa suara.

Melihat kondisi Elodie yang seperti ini membuat Giselle tidak bisa berpikir apapun. Tidak ada cara lain baginya untuk mendapatkan uang selain menerima tawaran dari Gerald.

Haruskah ia benar-benar merendahkan diri di hadapan ayah kandung anaknya sendiri?

Hanya itu jalan yang ia punya saat ini. Bagaimanapun, Giselle tidak ingin kehilangan satu-satunya cahaya dalam hidupnya. Jika Elodie tidak ada, Giselle bahkan tidak ingin hidup lagi.

Wanita itu lantas menatap anaknya. Ia sudah membuat keputusan. "Tunggu ya, Sayang. Mama akan segera kembali," katanya.

Giselle lantas bergegas meninggalkan rumah sakit. Ia membuka tas miliknya dan membaca pesan dari asisten Gerald yang mengirimkan alamat sebuah hotel.

Giselle meremas ponselnya dan menahan agar air matanya tidak menetes.

Bermalam dengan mantan suaminya, Papa kandung dari anaknya, demi uang untuk pengobatan anaknya. Giselle tidak punya pilihan lain.

Meskipun kakinya kini terasa gemetar saat berjalan, Giselle akan datang ke hotel itu, bertemu dengan Gerald dan melakukan semuanya.

Hotel bintang lima yang berada di pusat kota Luinz itu semakin membuat nyali Giselle menyusut di setiap langkahnya.

Tangannya terasa dingin dan kebas saat memutar gagang pintu kamar nomor satu di lantai lima belas.

Kedua iris matanya menangkap sosok laki-laki yang berdiri tegap dengan balutan kemeja putih berdiri memunggunginya, menatap ke arah dinding kaca besar di ruangan itu.

"Kau datang juga," ucap Gerald, membalikkan badannya menatap Giselle dengan tatapan dingin yang mengerikan. Ia lantas meletakkan gelas berisi wine yang ia bawa.

Giselle hanya diam tertunduk dan berdiri meremas erat tali tasnya.

"Apa yang kau tunggu? Mari kita lakukan seperti yang aku inginkan."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 70. Rencana Test DNA Gerald dan Elodie

    Giselle yang baru saja mengurusi administrasi pengobatan Elodie, wanita itu berjalan cepat-cepat ke lorong ruangan depan karena Giselle tadi meninggalkan Elodie yang tengah menangis hendak diobati. "Ya Tuhan, pasti anakku masih menangis," gumam Giselle dengan sangat gelisah. Langkah kakinya sengaja ia percepat. Saat Giselle mendekati ruangan Elodie dirawat, Giselle tidak mendengarkan jeritan tangisan Elodie lagi. Begitu Giselle hendak masuk, langkahnya terhenti seketika. Giselle berdiri di dekat pintu dengan wajah menegang dan kedua matanya melebar sempurna melihat dengan siapa Elodie di dalam sana. Tanpa sadar Giselle meremas surat bukti pembayaran rumah sakit yang kini ia genggam. "Ge-Gerald..." Bibir Giselle bergetar menyebut nama laki-laki itu. Seperti mimpi bagi Giselle, ia melihat Gerald tengah memeluk Elodie dan menenangkan putrinya yang ketakutan. Dada Giselle bergemuruh melihat Elodie dipeluk erat oleh Papa kandungnya sendiri. 'Bagaimana bisa Gerald ada di sin

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 69. Tuhan Masih Melindungi Giselle dan Elodie

    Seperti hari-hari kemarin, Giselle selalu bersiap lebih awal untuk pergi bekerja. Karena ia harus menitipkan anaknya lebih dulu, belum lagi Elodie yang selalu ada-ada saja yang dia minta. Pagi ini Giselle pergi sedikit kesiangan, ia memutuskan untuk menggendong Elodie meskipun si kecil marah padanya karena ingin pergi naik kereta dorongnya. "Mama sudah hampir kesiangan, Sayang. Elodie kan tidak berjalan, Mama gendong," ujar Giselle kini menggendong si kecil. "Kalau tidak naik kereta dorong, Elodie mau berjalan saja, Ma," pinta anak itu cemberut kesal. "No ... tidak boleh! Jalannya sangat ramai pagi ini, berbahaya." Giselle merangkul Elodie sambil membawa tas berisi bekal-bekal untuk Elodie. Mereka berjalan di tepian jalan raya menuju ke tempat Madam Willow. Jalan raya kota Luinz yang ramai pagi ini membuat Giselle lebih waspada. Mereka berdua berhenti di penyebrangan dan menunggu lampu rambu-rambu lalu lintas. "Ayo, Ma, itu teman-teman Elodie sudah datang, asikk .... Wahh

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 68. Ancaman Laura yang Tak Main-main

    Dean kembali membawa Elodie pada Giselle ke taman. Giselle histeris begitu melihat anaknya ditemukan oleh Dean. Pelukan Giselle sangat erat pada putri kecilnya. Giselle tidak mampu menahan air matanya lagi saat ini. Ia menyembunyikan wajah kecil Elodie dalam ceruk lehernya. "Mama..." Elodie merengkuh leher Giselle. "Elodie tadi hilang, Ma. Elodie ikut teman-teman." Giselle mengusap air matanya dan kembali menatap si kecil. "Maafkan Mama sudah meninggalkan Elodie sendirian tadi. Mama takut, Elodie ... Mama sangat takut!" isaknya. Dean yang berada di samping mereka, laki-laki yang mengusap punggung Giselle dan mencoba untuk menenangkannya. "Sudah, Giselle. Tenanglah, Elodie sudah kita temukan sekarang," bisik Dean dengan lembut. "Di mana kau menemukan Elodie, Dean?" tanya Giselle menatap laki-laki yang berdiri di sampingnya itu. Dean menyentuh pundak Giselle. "Elodie bersama dengan Gerald. Dia tidak sengaja melihat Elodie di tepian jalan luar sana, jadi Gerald membawanya."

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 67. Apakah Elodie, Benar-benar Anakku?

    Di sisi lain, saat ini Giselle benar-benar kaget mendapati anaknya tidak ada di bangku tempat ia meminta Elodie menunggunya. Giselle meremas sarung tangan kecil berwarna merah muda yang ia pegang di tangannya. "Ke mana anakku?!" pekik Giselle kebingungan. "Elodie...!" Giselle yang berteriak memanggil Elodie, membuat beberapa orang di sekitarnya pun menatapnya. "Nyonya, putrimu tadi berlari ke arah sana, dia mengejar gerombolan anak-anak yang bermain gelembung air," ujar seorang pria penjual makanan. "Apa?!" Giselle melebarkan kedua matanya tak percaya.Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Dean. "Halo Dean ... Dean tolong aku, kumohon sekarang kau di mana?" tangis Giselle meremas kuat ponselnya. "Ada apa, Giselle? Aku sudah ada di sekitar taman," jawab Dean di balik panggilan itu. "Aku melihatmu, aku segera ke sana." Giselle membalikkan badannya dan tampak Dean yang berjalan mendekatinya. Tak kuasa Giselle menahan air matanya saat ini. "Ada apa? Kenapa kau menangis? D

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 66. Kita Bertemu Kembali, Nak

    Malam ini Giselle dibuat pusing oleh Elodie. Putri kecilnya itu merengek ingin pergi jalan-jalan malam ini. Tak peduli dengan cuaca yang dingin, Elodie ingin melihat kembang api yang menyala indah di langit dari arah taman kota. "Ayo, Mama ... ayo cepat! Elodie mau lihat itu. Mama jangan lama-lama!" rengek Elodie, anak itu lompat-lompat kesenangan di depan pintu rumahnya. "Iya, Sayang. Sebentar, Mama kunci pintu rumah dulu, Nak." Giselle mengunci pintu rumahnya cepat. Elodie mendongakkan kepalanya dan tersenyum melihat kembang api di atas sana. Tubuh kecilnya sudah dibalut dengan jaket tebal yang hangat. Giselle mendekati putrinya dan memakaikan topi rajut berwarna putih pada Elodie. "Biar tidak kedinginan, anak Mama yang cantik," ucap Giselle. Elodie tersenyum senang, ia langsung memeluk Giselle dan merengkuh leher sang Mama. Giselle menggendong Elodie dan mereka pun berangkat saat itu juga. Meskipun malam ini Giselle merasa sangat-sangat lelah, seharian bekerja, malam hariny

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 65. Jangan Menyembunyikannya Dariku

    Keesokan harinya. Giselle menjalani kehidupannya seperti biasa. Berangkat pagi untuk bekerja dan pulang di sore hari dengan segala rasa lelah yang ia rasakan. Seperti sore ini, Giselle baru saja melangkah keluar dari dalam kantor, ponselnya sudah berdering dan tampak jelas nama Madam Willow yang menghubunginya. Segera Giselle menjawab panggilan itu. "Halo, Madam?""Mama..." Suara Elodie jelas terdengar di balik panggilan itu. Senyuman Giselle langsung terukir manis di bibirnya. "Halo, Sayang. Kenapa, Nak?" tanya Giselle. "Mama, Elodie mau baju hangat. Elodie dingin," pinta anak itu di balik telepon. "Iya, Sayang. Mama akan belikan sebentar lagi. Ini Mama sudah berjalan pulang, Mama akan belikan nanti di toko yang ada di depan penitipan," ujar Giselle. "Elodie tunggu Mama di depan sama Madam. Mama jangan lama-lama, Elodie kangen," seru anak itu dengan suara kecilnya.Giselle terkekeh gemas. "Anak Mama pintar sekali ... kalau begitu berikan teleponnya pada Madam, ya, Mama akan sa

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 64. Kecurigaan Gerald Tentang Si Kecil Elodie

    Giselle tampak bingung mencari Dean dan Elodie yang tidak ada di dalam rumah makan tadi. Meja yang mereka tempati tadinya pun kosong. Hingga Giselle meninggalkan tempat itu dan kembali ke mobil. Ternyata benar, mereka berdua di sana. Elodie tampak menangis dalam pelukan Dean. "Ya ampun, Sayang, kenapa menangis, Nak?" Giselle segera masuk ke dalam mobil itu. "Mama, bola Elodie dirusak Om Galak!" pekik Elodie mengeraskan tangisannya sambil mengulurkan kedua tangannya pada Giselle. "Jangan menangis, Sayang. Kita beli lagi ya, Nak. Papa belikan bola yang banyak," bujuk Dean mengelus kepala Elodie. Sedangkan Giselle tampak panik, ia mendekap Elodie dan mengusap-usap punggung kecil putrinya. "Om Galak siapa, Dean?" tanya Giselle menatap Dean. Laki-laki itu menarik napasnya panjang. "Gerald," jawabnya. Kedua mata Giselle melebar sempurna. Bibirnya terbuka dengan wajah dihiasi keterkejutan luar biasa setelah sebuah nama disebut oleh Dean. "Ge-Gerald?" lirihnya tak percaya. "Ya. Dia

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 63. Pertemuan Gerald dan Elodie

    Hari sudah sore, matahari memancarkan sinar jingga di ujung barat. Giselle baru saja meninggalkan kantor dan bergegas menjemput Elodie di penitipan. Putri kecilnya itu sudah menunggu, tetapi saat ini Elodie tidak sendirian di sana, melainkan ada Dean yang tengah bersamanya. Setelah Giselle menolak untuk dijemputnya, tetapi Dean justru menunggu Giselle di penitipan anak. "Papa, itu Mamanya Elodie!" pekik Elodie menunjuk ke arah Giselle di depan sana. Dean menoleh, laki-laki itu tersenyum saat melihat Giselle menyebrang jalan dan berjalan ke arah mereka. "Halo, Sayangnya Mama," sapa Giselle, ia langsung mendekati Elodie dan memeluknya. "Eeeumm ... Mama, Elodie kangen," rengek anak itu memeluk erat leher Giselle dan mendusal di sana. Melihat mereka berdua, Dean hanya bisa tersenyum. "Sejak tadi dia terus menanyakanmu. Hampir saja aku menjemputmu ke kantor," ujar Dean. Giselle terkekeh geli. "Aku sudah meminta pada Pak Gerald untuk pulang lebih awal, Dean. Agar aku bisa menemani E

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 62. Gerald Mulai Mendesak Giselle

    Giselle tidak bisa berlama-lama meninggalkan pekerjaannya. Elodie juga sudah pulih dan sehat saat ini. Jadi, ia bisa memutuskan untuk kembali pergi bekerja. Setelah Giselle menitipkan Elodie di penitipan, wanita itu segera bergegas pergi ke kantor seperti biasanya. Meskipun kedatangan Giselle masih menjadi buah bibir para karyawan yang lain. "Wah, rupanya dia masih punya muka untuk kembali ke kantor ini!" "Rumornya dia ingin mengundurkan diri, tapi kenyataannya dia masih menjadi penjilat di sini." "Wanita tidak tahu malu, gatal sekali dia menggoda Pak Gerald dengan jabatannya hanya menjadi seorang asisten!" Suara bisikan-bisikan gerombolan karyawan perempuan di depan ruangan staf itu tidak menghentikan langkah Giselle. Ia sengaja menulikan pendengarannya dan melewati mereka begitu saja meskipun perasaannya terluka. Sampai akhirnya Giselle masuk ke dalam lift dan menuju lantai paling atas. Begitu pintu lift terbuka, Giselle melangkah menuju ruangan CEO. Giselle membuka pi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status