Home / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 3. Sebagai Boneka Ranjangmu

Share

Bab 3. Sebagai Boneka Ranjangmu

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-04-09 12:37:54

Giselle susah payah menelan ludah. Ia tak berani mengangkat wajahnya saat Gerald berjalan menghampirinya yang berdiri di dekat ranjang. 

Sedangkan Gerald tersenyum tipis, nyaris tak terlihat di wajah dinginnya. Melihat ekspresi muram di wajah mantan istrinya yang sangat ia benci saat ini, seolah ada rasa senang tersendiri di hatinya. 

“Kenapa diam saja?” tanya Gerald seolah menantang, ketika sudah berdiri begitu dekat dengan Giselle.

Giselle akhirnya mengangkat wajah. Kedua iris mata birunya menatap lekat wajah tampan Gerald. 

"Sa-saya, saya tidak yakin untuk melakukannya," ujar Giselle membuang muka. 

Gerald tersenyum kecut. "Jangan munafik, Giselle, kau bukan seorang perawan lagi," bisik Gerald tepat di depan bibir Giselle. “Bukankah dulu kita sering melakukan ini?”

Giselle tertunduk. Mereka memang sering melakukan itu dulu. Tapi itu saat mereka masih bersama. 

“Kenapa? Apa yang membuatmu tidak bisa melakukan ini lagi denganku?”

Wajah Giselle menegang, ia menggelengkan kepalanya. "Karena status kita saat ini, Gerald," lirihnya.

Rahang Gerald mengetat saat Giselle menyebut namanya. Laki-laki itu lantas maju satu langkah dan menarik pinggang Giselle dengan erat. 

"Jangan membuang waktu. Bukankah kau menginginkan uang? Jadi tunjukkan padaku, betapa murahnya dirimu yang ingin mendapatkan uangku!" 

"Gerald—"

Ucapan Giselle terhenti saat tiba-tiba saja Gerald mencium bibirnya dengan kasar. Ia berusaha mendorong dada bidang pria itu, tapi tenaganya tidak seberapa.

Ciuman itu semakin menggebu-gebu hingga Giselle mengerang saat bibirnya digigit dan terluka. 

Napasnya tercekat saat menyadari sosok Gerald yang ia hadapi saat ini bukanlah Gerald yang dulu ia kenal. Dia bukan lagi Gerald yang selalu sayang dan bersikap lembut padanya. Saat ini, Giselle seperti berhadapan dengan orang asing yang menyeramkan. 

Kedua mata Giselle terpejam erat kala Gerald membawanya ke arah ranjang. Laki-laki itu kembali menciumnya dengan kasar dan menuntut. 

Giselle tak punya tenaga lagi untuk terus memberontak. Tubuhnya terlalu lemah dan gemetar.

"Ahh!" Giselle meringis saat bibir laki-laki mulai turun ke lehernya dan meninggalkan bekas di sana. 

Deru napas yang terdengar dari Gerald membuat tubuh Giselle semakin gemetar. Ia bisa merasakan kemarahan yang Gerald lampiaskan lewat deru napasnya yang memberat. 

"Giselle Marjorie, kau pikir kau siapa bisa melakukan ini semua padaku?" bisik Gerald dengan suara seraknya yang dalam. 

Kedua mata indah Giselle menatap wajah dan kilatan mata emosi milik Gerald. Sedangkan satu tangan laki-laki itu melepaskan satu persatu kancing dress yang Giselle pakai. Hanya dalam satu tarikan, dress merah muda itu lolos dari tubuh Giselle. 

Rahang tegas Gerald mengetat kuat, kilatan amarah membara terlihat jelas di kedua iris hitamnya yang tajam. 

Giselle sontak membekam mulutnya dengan satu tangan saat laki-laki itu menjajahkan bibirnya di atas kulit tubuh putih Giselle yang tak tertutup pakaian lagi hingga membuat wanita itu merintih. 

"G-Gerald, tunggu—" Giselle memekik tertahan. 

Alih-alih berhenti, Gerald justru kian menjadi-jadi. Laki-laki itu mendekatkan wajahnya dan ia kembali menyambar bibir Giselle, menciumnya dengan kasar bahkan tak peduli bila ia harus melukai bibir tipis milik Giselle hingga membuat wanita itu mengerang kesakitan. 

Tak lama, Gerald melepaskan ciumannya dan menatap Giselle yang kini kacau dan terengah-engah akibat ulahnya. 

"Kau ... benar-benar sangat murahan, Giselle," desis Gerald diiringi ekspresi wajahnya yang marah. "Berapa banyak laki-laki yang sudah mencoba tubuhmu, setelah kau meninggalkanku, heh?" 

Ucapan Gerald begitu menusuk hati Giselle yang kini terasa sakit seperti tercabik.

Air matanya menetes tanpa bisa ia cegah. Kata sedih tak cukup untuk mengungkap apa Giselle rasakan saat ini. 

"Tidak ... aku tidak pernah melakukan hal ini dengan siapapun," lirih Giselle dengan suara tercekat. "A-aku melakukan ini karena aku butuh uang itu, u-untuk suatu hal." 

Gerald menarik tubuhnya dari atas tubuh Giselle. "Hanya demi sejumlah uang kau rela berada di atas ranjang bersama mantan suamimu!" 

Pria itu beranjak dari atas ranjang dan berdiri merapikan kemejanya. Laki-laki itu melirik ke arah Giselle yang duduk menutupi tubuhnya dengan selimut. 

"Tangisan dramatismu membuat seleraku hilang!" sinis Gerald dengan ucapan dinginnya. 

Giselle tidak menjawab, ia mencengkeram selimut dan memeluk tubuhnya erat-erat,  menangis menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih dan malu yang bercampur menjadi satu. 

Gerald kembali mendekatinya sambil membawa sebuah selembar kertas dan menyerahkan pada Giselle. 

Giselle mendongak menatapnya dengan kedua mata berkaca-kaca. 

Jika bukan karena nyawa anaknya, Giselle tak akan melakukan hal serendah ini. Apalagi, di hadapan seorang Gerald Gilbert.

"Ambil!" seru Gerald. 

Dengan tangan gemetar, Giselle meraih cek yang Gerald berikan sebelum tiba-tiba saja Gerald menarik tengkuknya dan memangkas jarak di antara mereka. 

“Malam ini memang gagal, Giselle. Tapi, jangan harap kau bisa lepas dariku!” 

Bibir Giselle terbuka, tapi tidak ada kata yang sanggup ia keluarkan.

“Satu malam saja tidak sebanding dengan uang sudah kuberikan padamu," desis pria itu.

Rahang kecil Giselle mengatup rapat. Wanita itu tertunduk meremas pelan cek yang Gerald berikan. 

Gerald lantas menjauh, meraih tuxedo hitamnya yang berada di ujung ranjang. 

“Mulai besok, kau akan menjadi asistenku di kantor.”

Giselle tersentak, benar-benar tidak mengerti jalan pikiran pria itu. Namun, ia tidak bisa membantah. 

“Kau harus melakukan apapun yang aku perintahkan. Kalau tidak, kau harus mengganti uangku dua kali lipat!" sinis Gerald melirik Giselle yang masih terduduk di atas ranjang sambil mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya. 

Wanita cantik itu hanya bisa mengangguk pelan. "Sa-saya mengerti, Pak Gerald."

Tanpa berkata-kata lagi, Gerald pergi meninggalkan Giselle seorang diri di sana. 

Giselle diam mematung menatap cek yang Gerald berikan padanya. Lima ratus juta tertulis jelas di atas kertas itu. 

Namun, bukan hanya itu yang membuat hatinya mencelos. 

"Dia telah membuatku terperangkap bersamanya," lirih Giselle. "Karena uang ini..." 

Dadanya terasa sesak. Tapi Giselle segera menyeka air matanya cepat. 

"Setidaknya aku bisa melihat anakku sembuh," ucapnya pedih. 

Meski ia harus menjadi boneka ranjang mantan suaminya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Imas Nurlaelasari
seru penasaran mo panjut
goodnovel comment avatar
Itha Al Khusna
astagfirullah ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 417. S2. Hari Kelahiran Aleea dan Aileen

    Hari yang dinanti-nantikan oleh Elodie dan Kai telah tiba. Hari ini menjadi hari kelahiran bayinya. Elodie masih merasa was-was untuk menjalani operasi caesar beberapa jam lagi. Meskipun ini bukan tanggalnya, tetapi sejak beberapa jam yang lalu Elodie merasakan perutnya sangat sakit tidak seperti biasanya. Di dalam sebuah kamar rawat inap, Elodie berbaring di sana ditemani oleh Kai. Sedangkan Giselle dan Gerald berada di luar bersama Martin dan Amara. Elodie memejamkan kedua matanya dan menggenggam erat telapak tangan Kai. "Sayang," panggil Kai pelan. "Hm?" Elodie menyahutinya pelan. "Aku sedang berdoa," jawab gadis itu membuka matanya dan menatap Kai. "Aku tiba-tiba merasa sedikit takut. Tapi perutku juga sangat sakit." Elodie merintih pelan, gadis itu semakin erat dan kuat meremas tangan Kai. "Sabar ya, Sayang..." Kai mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Elodie. "Heem." Elodie mengangguk pelan. Tak lama kemudian, dua orang dokter rekan Kai masuk ke dalam ruangan itu. "B

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 416. S2. Sudah Tidak Sabar

    "Jadwal operasi Caesar Elodie akan dilaksanakan tanggal sepuluh, Ma, Pa." Kai mengatakan hal itu pada Giselle dan Gerald. Setelah dua orang itu menunggu kepulangan Elodie dan Kai dari rumah sakit. Wajah Gerald terlihat sangat khawatir saat mendengar hal itu. Begitu juga Giselle yang kini merangkul Elodie. "Tanggal sepuluh, itu kan kurang beberapa hari lagi, Kai. Kenapa baru bilang sekarang?" Giselle menatap menantunya itu. "Dokter Renata yang memajukan tanggalnya, Ma," jawab Kai. "Apa kau ikut menangani Elodie nanti, Kai?" tanya Gerald sambil menaikkan kedua alisnya. Kai terkekeh dan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Tidak, Pa. Bukan aku. Aku tidak tega kalau menangani istriku sendiri." Kai menggeleng. "Lebih baik kita menunggu di luar sana, aku memilih menunggu bersama Mama dan Papa daripada aku harus menemani Elodie di dalam. Aku tidak tega." Orang tua Elodie tertawa mendengarnya. Gerald menepuk-nepuk punggung menantinya tersebut. "Kau ini, besar badanmu saja! G

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 415. S2. Tak Sabar Menunggu Anak Kita

    Hari demi hari silih berganti. Tak terasa kandungan Elodie sudah memasuki usia sembilan bulan. Bersama suami dan kedua orang tuanya, yang selalu menemaninya, Elodie tidak merasa kesepian sama sekali. Selama hari-hari yang telah ia lalui, Elodie juga mengikuti perkembangan kondisi Rafael—temannya sekaligus orang yang pernah Elodie benci itu. Rafael yang kini sakit keras dan kondisinya yang sudah parah. Elodie duduk diam di sebuah sofa di balkon lantai dua, ia bergeming menatap ke arah pemandangan bunga yang bermekaran di musim semi tahun ini. "Sayang, aku mencarimu ke mana-mana..." Suara Kai terdengar. Elodie menoleh dan gadis itu tersenyum manis. Kai menyerahkan segelas susu pada Elodie. "Ini susunya." "Heem, terima kasih," ucap Elodie sambil menerima segelas susu yang Kai berikan padanya. Kai duduk di samping Elodie, laki-laki itu mengulurkan tangannya mengusap perut Elodie yang kini sudah besar. Kai mengecup perut Elodie dengan lembut. "Kurang beberapa hari lagi, kita akan b

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 414. S2. Ketulusan Hati Seorang Elodie

    Siang ini, di kediaman Gerald kedatangan tamu. Dua orang itu adalah Alissa dan suaminya Robin. Seperti pagi tadi yang Alissa sampaikan pada Giselle di telfon, kalau mereka akan datang karena ada sesuatu yang ingin dibahas. Begitu Alissa tiba, sikap dan sifat Giselle pada wanita itu masih sama seperti dulu. Giselle tidak marah atau benci pada Alissa, ia hanya kesal dan geram pada Rafael. Wanita cantik berambut sepundak itu tersenyum menatap Elodie yang duduk di samping Kai, yang juga ikut menyambutnya dan Robin di sana."Ya ampun Nak, sudah berapa bulan usia kehamilanmu, Elodie?" tanya Alissa menatap Elodie. "Sudah mau enam bulan lebih, Tante," jawab Elodie mengelus perutnya. Alissa tersenyum. "Syukurlah, jaga kesehatanmu ya, Sayang. Tante ikut senang mendengar kabar kehamilanmu." Elodie mengangguk dan tersenyum tipis merespon wanita itu. Di sampingnya ada Kai yang merangkul pundak Elodie dengan posesif. Di sisi lain, Gerald dan Giselle yang mulai penasaran dengan apa yang membua

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 413. S2. Pesan Malam-malam

    Setelah menemani Elodie makan bahkan hingga istrinya tertidur, Kai pun ikut berbaring di sampingnya. Laki-laki itu menyelimuti Elodie dan diam menatap wajah Elodie yang terlihat berlipat-lipat lebih lelah daripada dirinya. Untungnya, besok Kai ada cuti satu hari. Ia bisa istirahat saat seharian besok. Kai mengembuskan napasnya panjang dan mulai memejamkan kedua matanya. Tetapi, suara dentingan ponsel milik Elodie tiba-tiba terdengar. Kai membuka matanya lagi dan menoleh. "Siapa mengirim pesan malam-malam begini?" gumamnya lirih. Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan meraih ponsel di atas meja tersebut. Kai menyipitkan sepasang matanya saat membaca sebuah pesan panjang dari nomor tidak dikenal itu. 'Elodie, bagaimana kabarmu? Aku dengar-dengar kau sudah hamil. Siapa suamimu? Laki-laki mana yang menjadi pasanganmu? Oh ... atau jangan-jangan laki-laki yang waktu itu, ya?' 'Lama tidak melihatmu. Aku rasa kau semakin cantik saat ini, sayangnya kau menjadi istri orang. Harusnya kau

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 412. S2. Suami dan Papa yang Baik

    Elodie tidak bisa tidur malam ini. Gadis itu terjaga, ia hanya diam dan memeluk tubuh Kai sambil mengusap punggung lebar milik suaminya tersebut. Kai yang menyadari usapan Elodie tidak berhenti, laki-laki itu membuka kedua matanya perlahan dan menatap Elodie yang diam melamun. "Sayang, kenapa belum tidur? Ini sudah malam, Elodie," ujar Kai mengelus pucuk kepala istrinya. "Aku tidak bisa tidur. Entah mengapa, rasanya akhir-akhir ini aku susah tidur." Elodie mengucek kedua matanya pelan. Mendengar alasan istrinya, Kai ikut bangun dan merangkul pundak Elodie. Tentu saja Kai tidak bisa tidur bila Elodie juga tidak tidur. Gadis itu menyandarkan punggungnya pada Kai dan ia mengusap perutnya. "Ternyata ... hamil itu tidak mudah," gumam Elodie pelan. "Tidur saja aku merasa sangat lelah. Padahal di rumah aku juga tidak melakukan apapun." Elodie tiba-tiba merasa suasana hatinya berubah sedih. Ia menangis tanpa alasan yang jelas dan mengusap air mata di pipinya. "Aku tiba-tiba merasa kes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status