Home / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 1. Antara Putri Kecilku dan Harga Diriku

Share

Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam
Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam
Author: Te Anastasia

Bab 1. Antara Putri Kecilku dan Harga Diriku

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-04-09 12:35:14

"Nyonya, nyawa putri anda bisa tidak tertolong..."

Tubuh Giselle Marjorie menegang seketika. Sepasang matanya berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan oleh dokter.

"Tolong berikan yang terbaik untuk anak saya, dok. Saya mohon..." pinta Giselle, suaranya bergetar menahan tangis.

Sambil menghindari tatapan sayu Giselle, dokter itu mengangkat stetoskopnya, lantas menarik nafas panjang.

"Maaf, Nyonya, kami tidak bisa bertindak lebih jauh sebelum tunggakan dilunasi," ucap sang dokter.

Giselle menarik jas dokter tersebut seraya berlutut, "Saya akan berusaha melunasi semua biaya pengobatannya, saya berjanji!"

Dokter itu tampak kelabakan. Ia membantu Giselle untuk berdiri dengan susah payah, lalu meminta maaf karena tidak bisa melakukan tindakan apapun saat ini.

Giselle tertunduk dengan bahu terkulai di lorong rumah sakit begitu dokter pamit pergi. Air matanya berdesakan di pelupuk mata mengiringi kepedihan di hatinya.

Biaya pengobatan yang menunggak itu hampir menyentuh lima ratus juta. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Elodie—putri kecilnya yang masih berusia tiga tahun—mengidap penyakit hepatitis sejak lahir. Giselle-lah yang membesarkan anaknya seorang diri, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan juga memperjuangkan nyawa putri kecilnya.

Ia sudah berpisah dengan suaminya tiga tahun lalu. Lebih tepatnya saat Elodie masih dalam kandungan.

Saat itu suaminya mengalami kecelakaan dan koma. Giselle dipaksa oleh mertuanya untuk bercerai dan pergi dari hidup mereka.

Giselle menghela napas berat, menatap Elodie yang terbaring pucat dan tampak kurus kering. Air mata terus menetes membasahi pipinya saat menggenggam tangan mungil putrinya. 

Giselle tidak tahu harus meminjam uang ke mana lagi. Ia tidak memiliki siapapun selain ibu tiri yang sama sekali tidak peduli padanya.

"Tunggu," lirihnya, teringat sesuatu. "Apa aku meminjam uang pada kantor saja?" 

Giselle menggigit bibir bawahnya. Tapi ia bahkan belum genap satu bulan bekerja di sana. Rasanya tak terlalu benar apabila ia langsung mengajukan pinjaman.

Namun, itulah satu-satunya jalan. Giselle berusaha meneguhkan hati dan mengelus lembut pipi Elodie dengan sayang.

"Tunggu Mama ya, Sayang. Mama pasti akan membawa uang untuk biaya pengobatan Elodie." Giselle mengecup kening putri kecilnya, lalu bergegas pergi.

Sambil berjalan di lorong rumah sakit, Giselle menghubungi kepala staf dan memberi tahu maksud dan tujuannya. 

Tak berapa lama, ia tiba di sebuah gedung pencakar langit di tengah kota. Giselle segera menemui kepala staf yang telah menunggunya. Sebelumnya, Giselle sudah meminta izin cuti hari ini. Tetapi karena keperluan yang mendesak, ia kembali datang ke kantornya. 

"Selamat pagi, Bu," sapa Giselle pada atasannya. 

Wanita dengan balutan blazer abu-abu itu menoleh cepat dan berjalan mendekati Giselle yang berdiri di dekat pintu. 

"Giselle, aku sudah menyampaikan permintaan kepada manajemen. Kau diminta datang ke ruangan CEO di lantai lima sekarang juga." 

Giselle tampak bingung. Mengapa ia diarahkan ke ruang CEO alih-alih divisi keuangan?

Namun, karena kepala staf memintanya segera pergi, Giselle pun hanya bisa patuh. 

"Baik, Bu. Terima kasih banyak, saya akan segera ke sana." 

Segera Giselle berjalan cepat menuju sebuah lift. Detak jantungnya berpacu, untuk pertama kalinya, seorang karyawan rendahan sepertinya akan bertemu dengan pemilik perusahaan Royal Group, perusahaan terbesar di kota Luinz.

Saat pintu lift terbuka, Giselle tiba di sebuah lorong sepi dan hanya ada beberapa ruangan di sana. Wanita itu melihat dengan jelas ruangan CEO di depan sana.

Giselle meremas jemari kedua tangannya dengan gugup. Batin Giselle berkecamuk saat tangannya mengetuk pintu. 

“Masuk!” sahut suara bariton dari dalam yang semakin membuatnya gelisah.

Giselle memutar gagang pintu ruangan itu, lalu berjalan perlahan dan menatap ke arah meja kerja CEO, seorang laki-laki duduk di sana membelakangi Giselle. 

"Selamat pagi, Pak. Maaf menyita waktunya sebentar," ucap Giselle menyapa dengan sopan. 

Hening, tidak ada jawaban sejenak dari bossnya itu. Giselle menunggu dengan perasaan tak menentu. 

"Giselle Marjorie." 

Suara bariton pria yang tegas dan pelan, membuat Giselle tersentak pelan dan menegang di tempat.

Suara itu ... Giselle sangat mengenalinya!

Kursi hitam itu kini berputar. Tampak sosok laki-laki tampan dengan balutan tuxedo navy yang kini menatap lekat ke arah Giselle dengan wajah dingin dan tatapan matanya yang tajam. 

Giselle ternganga melihat sosok laki-laki di depannya. Detak jantungnya berpacu hebat. 

Iris biru mata indah Giselle bergetar. "G-Gerald," lirihnya hampir tak bersuara. 

Dia adalah Gerald Gilbert, mantan suami yang Giselle tinggalkan tiga tahun yang lalu. 

Pria itu tersenyum miring melihat reaksi Giselle. "Jadi karyawan baru yang ingin bertemu denganku dan meminjam uang itu adalah kau ... mantan istriku?"

Giselle tidak menjawab. Ia tertunduk, meremas rok selututnya dengan gelisah. 

Bagaimana mungkin ia bertemu dengan Gerald di sini? Mengapa ia tidak tahu bahwa bosnya adalah mantan suaminya sendiri?!

Namun, Giselle sudah tidak bisa mundur lagi. Nyawa anaknya sedang dipertaruhkan. 

Giselle menelan ludah susah payah, lalu berkata dengan suara tercekat, "Sa-saya ingin meminta bantuan Pak Gerald." 

Pak Gerald ... panggilan itu membuat Gerald mengetatkan rahangnya. Rautnya tampak mengeras melihat Giselle. Wanita yang meninggalkannya saat koma, menceraikannya secara sepihak, lalu tiba-tiba muncul dengan wajah sedih dan mengemis meminta pertolongannya!

Gerald lantas mendekati Giselle yang berdiri menundukkan kepalanya. 

"Bagaimana bila aku tidak berbelas kasih padamu, Giselle?" tanyanya dengan suara dingin. "Bukankah dulu kau meninggalkanku begitu saja dalam keadaan koma?"

Sontak, Giselle langsung mengangkat wajahnya. Jantungnya berdegup kencang menatap wajah dingin milik Gerald. 

"Ma-maafkan saya di masa itu, Pak Gerald," ujar Giselle, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. "Tapi saya benar-benar membutuhkan uang sekarang." 

Laki-laki itu tersenyum sinis, kilatan licik terpancar dari kedua matanya. Seolah melihat wanita yang pernah menyakitinya kini memohon-mohon padanya adalah sesuatu yang menyenangkan.

"Hanya lima ratus juta?" ucap pria itu dengan nada cemooh.

Giselle mengangguk pelan. "Saya akan segera membayarnya kembali, Pak. Saya tidak keberatan jika gaji saya dipotong setiap bulannya. Saya akan melakukan apapun jika Pak Gerald bersedia membantu saya."

Gerald tertawa remeh mendengarnya, lalu kembali duduk di kursi kebesarannya, sambil menatap Giselle dengan penuh perhitungan.

"Kau akan melakukan apapun?" tanya laki-laki itu dengan seringai licik.

Giselle menganggukkan kepala meskipun tubuhnya kini sudah gemetar.

"Ya, saya akan melakukan apapun yang Anda inginkan," jawab Giselle, air mata menggenang di pelupuk matanya.

Ekspresi Gerald tidak berubah. Air mata wanita itu hanya membuatnya semakin muak!

"Bekerja di sini selamanya pun belum tentu bisa melunasi uang itu, kau perlu cara lain untuk melunasi uang itu padaku," katanya. 

Kedua mata indah milik Giselle mengerjap pelan. "La-lalu dengan cara apa saya harus melunasinya?" 

Seringai tipis di sudut bibir Gerald membuat Giselle gentar. 

"Tidur denganku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marwah Marwah
novel y bagus tapi sebel udah baca bab 40 klw ke luar ngulangin lgh dari bab 1
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 331. S2. Tak Ada Laki-laki Seperti Kai

    Kai mengajak Elodie dan membawa gadis itu ke rumah kedua orang tuanya. Kedatangan Elodie dan Kai membuat Amara dan Martin begitu senang pagi ini. Tampak Amara yang tersenyum manis saat melihat Elodie yang begitu manis. "Begini dong, Elodie sesekali main di rumah Mama. Masa dulu waktu masih kecil sering menginap di sini, sudah besar malah jarang ke rumah Mama," ujar Amara dengan bibir cemberut. "Elodie sibuk sekolah, Ma. Setelah lulus nanti, pasti waktu yang Elodie miliki lebih banyak," jawab gadis itu. "Iya, Sayang. Ayo ikut Mama ke belakang," ajak Amara merangkulnya. Sedangkan Kai bersama Papanya, mereka mengikuti Amara dan Elodie."Itu, kenapa Elodie tidak sekolah?" tanya Martin. "Jam kosong, Pa. Dia baru selesai ujian di sekolahnya," sahut Kai. "Jadi aku mengajaknya ke sini. Om Gerald dan Tante Giselle ada di Krasterberg. Mereka akan satu Minggu di sana." "Bagus! Elodie tinggal sama Mama dan Papa saja di sini!" seru Amara. Kai merotasikan kedua matanya. "Om Gerald menitipka

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 330 S2. Tiada Seseorang yang Sepertimu

    Elodie merasa pegal pada pundaknya, gadis itu beringsut untuk meringkuk. Namun ia merasakan napas yang hangat menyentuh kulit lehernya. Sontak, Elodie langsung terbangun cepat dan membuka kedua matanya lebar-lebar. Gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati Kai yang tertidur dengan posisi duduk di sampingnya. Elodie kaget bukan main. 'Astaga! Kenapa Kak Kai ada di belakangku? Apa yang terjadi? Apakah aku ... mengigau?' Elodie terdiam dan ia memperhatikan satu lengan Kai yang menggenggam tangan Elodie dan memeluknya. Elodie terdiam. Gadis itu menatap ke arah jendela apartemen. Dari balik gorden putih itu, terlihat jelas bila hari sudah pagi. Elodie kembali menoleh ke belakang pada Kai yang masih tertidur. "Kak..." Ragu-ragu ia membangunkan Kai. "Kakak tidak ke rumah sakit?" tanyanya. Kai membuka kedua matanya. Ia mengusap wajahnya pelan dan menatap Elodie yang duduk menatapnya dengan wajah pias. Senyuman tipis terukir di bibir Kai. Laki-laki itu menarik lengan Elodie h

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 329. S2. Tidurlah, Aku Akan Memelukmu

    Setelah makan malam bersama, Kai mengajak Elodie kembali pulang bersamanya. Gadis itu terlihat mengantuk, hingga Kai memintanya untuk segera beristirahat. Elodie baru saja mengganti pakaiannya dengan piyama hangat berwarna putih. Gadis itu baru saja keluar dari dalam kamar ganti dan ia melihat Kai mengambil sebuah bantal dan selimut di lemari. "Kakak mau ke mana?" tanyanya dengan wajah bingung. "Aku akan tidur di kamar sebelah. Kalau kau butuh apa-apa nanti malam, panggil Kakak saja." Elodie mengangguk. Ia berjalan mendekati ranjang. Kai yang hendak menutup pintu kamar, laki-laki itu memperhatikan Elodie. "Susunya diminum dulu, ingat ... jangan meminum obat tidurnya lagi." "Iya, Kak," jawab Elodie lirih. Pintu kamar pun kembali tertutup. Elodie naik ke atas ranjang. Gadis itu meraih ponsel miliknya dan ia terdiam saat melihat banyak pesan masuk di dalam ponselnya dari grup kelas dan juga pesan-pesan dari teman-teman, sekaligus Rafael yang mengirimkan lebih dari dua puluh

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 328. S2. Menjadi yang Sehangat Mungkin

    "Ekhemm ... sedang memasak apa?" Elodie tersentak saat mendengar suara bariton berat di belakangnya. Tanpa sadar, gadis itu meraih pisau di hadapannya dan mencekalnya erat sambil membalikkan badannya dengan wajah tegang. Setakut itukah? Kai sontak mengangkat kedua tangannya dan ia tersenyum tipis. "Oops ... hampir saja!" ucap Kai lirih diikuti tawanya. Elodie yang kaget saat tahu itu adalah Kai. Gadis itu cepat meletakkan pisau di tangannya. Ia menelan ludah saat Kai berjalan mendekat. Ia berdiri di hadapan Elodie dan menatap makanan yang tertata di meja makan. "Apa kau punya telepati denganku? Tahu saja kalau aku sedang lapar," ujar Kai langsung meraih piring dan sendok di yang sudah Elodie siapkan. Gadis itu tersenyum tipis, perasaannya berubah menjadi senang. Ia menatap Kai yang kini duduk di hadapannya menatap masakan-masakan sederhana yang Elodie buat. Namun, entah seperti apa rasanya. "Emm ... aku tidak bisa memasak yang enak," cicit gadis itu. "Tapi, tadi aku s

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 327. S2. Obat yang Sesungguhnya Elodie Butuhkan, Adalah Kai

    Elodie membuka kedua matanya perlahan, gadis itu tersentak saat menyadari ia tidak berada di kamar miliknya. Gadis cantik itu langsung bangun dan ia memegangi keningnya. Kepalanya terasa sangat pusing tiba-tiba. "Sudah bangun?" Suara bariton itu membuat Elodie menoleh. Tampak Kai baru saja masuk ke dalam kamarnya, laki-laki itu kini memakai kemeja berwarna biru langit dan celana bahan hitam. "Aku tidur berapa lama?" tanya Elodie lirih. "Sejak pukul delapan, sampai pukul satu," jawab Kai tersenyum. "Oh ... maaf," cicit Elodie sambil mengusap pipinya. "Tidak apa-apa. Kau pasti setiap malam susah tidur, kan?" Kai mendekatinya dan mengusap pucuk kepala Elodie. Gadis itu terdiam dengan kepala tertunduk. Elodie mencekal lengan Kai saat laki-laki itu hendak pergi. Kai menatapnya dengan hangat dan dalam. "Kakak mau ke rumah sakit?" tanyanya. "Heem. Hari ini aku shift siang sampai nanti jam delapan malam. Kenapa, hm?" Kai kini duduk di tepi ranjang di samping Elodie. Gadis itu mengg

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 326. S2. Gadisku Sayang, Gadisku yang Malang

    Kai mengajak Elodie pulang ke apartemennya. Sepanjang perjalanan, gadis itu diam dan menangis tidak merespon apapun yang Kai tanyakan padanya. Sesampainya di apartemen milik Kai, Elodie duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Jemarinya tangannya meremas rok sekolahnya hingga kukunya tampak memutih. Kai menghela napas dan menekuk kedua lututnya di hadapan Elodie dan mengelus lembut pipi Elodie yang basah. "Sudah, jangan menangis," ucap Kai dengan sangat lembut. Elodie menahan untuk tidak menangis, namun tidak bisa. Gadis itu menatap Kai dengan penuh kelukaan sebelum Kai mendekat dan mendekap Elodie dengan erat. Rasa sedih dan pedih yang Elodie rasakan saat ini, seolah terserap oleh Kai. Bagaimana rasa takut dan cemas yang setiap hari menghantuinya kini seperti ikut dirasakan oleh Kai. "Kenapa kau tidak mengatakan hal ini pada Mama dan Papamu, hm?" Kai bertanya dengan sangat lembut, ia menarik Elodie dari pelukannya. Jemari tangannya mengusap pipi Elodie. "Hal seperti ini, jangan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status