Tidak ada seorang pun yang menyukai kehilangan sesuatu. Hanya bisa menerima dan mencoba merelakan adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Tidak dengan melupakan atau membenci keadaan karena kehilangan. Sama seperti yang Abiyya lakukan saat ini. Menata kembali hidupnya bersama Jeffin yang mau berada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Abiyya merasa sikap Jeffin terasa jauh lebih hangat mampu membuat Abiyya merasakan perasaan yang tidak seperti biasanya. Segala perhatian yang Jeffin berikan mampu membuat hatinya berbunga-bunga. Abiyya menatap tangannya yang berada dalam genggaman erat tangan Jeffin membuat Abiyya terus menahan senyumnya agar tidak terlihat aneh ketika ada yang menatapnya.Seperti yang sudah dijanjikan oleh Jeffin bahwa mereka akan menjenguk Ajen, kini Abiyya bersama Jeffin sudah berada di depan kamar rawat Ajen. Abiyya dengan sekeranjang buah-buahan yang berada di tangannya, mengikuti langkah Jeffin yang langsung masuk begitu saja tanpa permisi dahulu. Abiyya te
Memulai sesuatu yang baru dalam hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Semua yang terjadi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan segalanya. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada Abiyya dan Jeffin. Setelah banyak hal yang terjadi, mereka berdua memutuskan untuk memulai kembali melanjutkan kehidupan pernikahan mereka. Awalnya memang terasa canggung ketika keduanya melakukan hal seperti selayaknya suami istri pada umumnya yang saling membutuhkan satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menikmati kebiasan itu. Seoerti yang dilakukan oleh Jeffin pagi ini, saat Abiyya ingin beranjak dari tempat tidur, tetapi Jeffin menahannya dengan memeluk tubuh Abiyya. Meski Abiyya berusaha untuk melepaskan diri yang pada akhirnya dirinya tetap berada di tempat tidur. “Bisa lepas dulu nggak?” gumam Abiyya pelan sembari pelan-pelan memindahkan tangan Jeffin yang berada di pinggangnya. “Jeffin,” panggil Abiyya yang hanya dibalas dengan gumaman pelan. “Aku hitung sampai tiga, kalau n
Jeffin menatap wajah Abiyya yang masih terlelap dengan lengannya yang menjadi bantalan. Meski terasa kebas, namun tak masalah bagi Jeffin. Jeffin yang melihat ada pergerakan dari Abiyya, berpura-pura dengan memejamkan matanya kembali.Jeffin merasakan tangan Abiyya yang perlahan mengusap bagian wajahnya. Dapat Jeffin dengar bahwa Abiyya mengucapkan kata-kata yang membuatnya juga merasakan hal yang sama. Betapa bersyukurnya dan bahagianya mereka sekarang bisa saling mengenal juga memiliki.“Eh.” Abiyya langsung menarik tangan dari wajah Jeffin ketika matanya terbuka.“Mau kemana?” tanya Jeffin saat Abiyya sudah akan siap beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun, dengan sigap Jeffin langsung menarik tangan Abiyya hingga Abiyya jatuh menimpa tubuhnya.“Jeffin!”“Hmm.”“Ngeselin, malu tahu,” lirih Abiyya yang masih bisa didengar oleh Jeffin.Lelaki itu tertawa pelan dengan mata yang kembali terpejam dan juga tangannya yang memeluk tubuh Abiyya. “Jangan kemana-mana dulu, sebentar aja kaya
Ada sekumpulan pria dewasa yang sedang duduk santai sambil menyesap segelas kopi milik masing-masing. Berbicara santai dengan beberapa kali membahas mengenai pekerjaan mereka. Mereka adalah Jeffin, Freja, dan Ajen. Tiga orang yang sudah bersahabat sejak lama namun masih tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama ditengah kesibukan pekerjaan mereka.Jeffin Arsenka Sevchen, seorang CEO dari sebuah perusahaan yang cukup besar di Indonesia. Meneruskan tugas dari sang ayah untuk mengelola perusahaan pada umur yang masih cukup muda. Hal itu dikarenakan sang ayah yang ingin menghabiskan waktu bersama ibunya. Sejak saat itu juga Jeffin memilih untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen.Jeffin menghela napas pelan setelah membaca sebuah pesan dari ibunya. “Gue pamit duluan,” ucap Jeffin yang membuat kedua sahabatnya menatapnya karena sudah bersiap untuk pergi.“Mau kemana lo?” tanya Ajen yang penasaran dengan sahabat sekaligus atasannya
Entah keberanian dari mana Abiyya menyentuh dapur milik Jeffin. Membuat sarapan dengan bahan yang ada di dalam kulkas. Abiyya siap saja jika pria itu akan memarahinya nanti. Salah Abiyya juga yang sudah lancang menggunakan dapur tanpa meminta izin terlebih dahulu.Setelah memasak, Abiyya membersihkan semua ruangan. Mulai mengelap, menyapu, lalu mengepel sudah Abiyya lakukan. Tentu saja kecuali kamar yang ditempati Jeffin. Abiyya mengelap keringat di dahinya kemudian membenarkan ikatan rambutnya.Bel berbunyi membuat Abiyya sedikit takut akan siapa yang datang. Karena tidak kunjung dibuka, sepertinya orang yang berada di luar langsung menghubungi Jeffin. Terbukti dengan pria itu yang sepertinya terpaksa bangun dengan telepon yang menempel di telinganya. Dengan balutan pakaian santai dan wajah yang masih terlihat mengantuk, Jeffin berjalan ke arah pintu dan membukanya.Seorang wanita paruh baya dengan setelan baju dan tas mewah yang bertengger di tangannya sambil
Jeffin membuka pintu apartemennya dan yang pertama kali ia lihat adalah keadaan yang sudah gelap. Jeffin menyalakan lampu yang membuat seseorang yang tengah meringkuk di sofa terbangun. Menyadari sang pemilik tempat tinggal pulang, Abiyya terkejut langsung dan bangun dari tidurnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali barulah Abiyya menyapa Jeffin.“Maaf, kamu baru pulang?” pertanyaan bodoh yang keluar dari Abiyya mulut membuatnya mengumpat dalam hati. Sudah jelas Abiyya melihatnya dengan jas yang tersampir di lengan sofa dan lengan kemeja putihnya sudah tergulung sebatas siku.“Kenapa tidur di sini?” mengabaikan pertanyaan Abiyya, Jeffin malah berbalik tanya.“Hehe, ketiduran.” Jeffin mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara yang sepertinya terdengar dari perut Abiyya yang tak lain dan tak bukan karena lapar.“Belum makan?” Abiyya menggelengkan kepalanya sambil meringis tidak enak. Karena terakhir Abiyya makan adalah tadi pagi.“Astaga, kenapa nggak makan Abiyya.” Abiyya mengedipka
Abiyya berjalan cepat ke arah lift. Dengan sesekali merapihkan rambutnya yang sudah berantakan. Hari ini Abiyya bangun kesiangan yang membuatnya terlambat berangkat ke kantor. Pintu lift terbuka dengan menampilkan sosok tinggi yang sedang menatapnya tajam juga tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya. Di belakangnya juga ada orang yang sempat Abiyya temui beberapa waktu yang lalu.Abiyya menunduk, tak berani menatap Jeffin karena untuk pertama kalinya bertemu dengan lelaki itu di kantor. Apalagi dengan kondisinya yang baru saja datang dan dirinya sudah telat selama satu jam. “Saya tunggu kamu di ruangan saya nanti. Gaji kamu bulan ini saya potong,” katanya yang membuat mata Abiyya melotot. Ketika hendak protes, Jeffin sudah terlebih dahulu pergi dengan diikuti Ajen yang sempat sedikit meledek Abiyya.“Bisa-bisanya lo telat heh?” tanya Shida heran ketika Abiyya selesai menghadap Mbak Nami yang tentu saja tak terlepas dari teguran. Apalagi Abiyya masih terbilang karyawan baru di
Crystal melangkahkan kakinya dengan anggun menuju ruangan Jeffin yang sudah biasa ia datangi. Bisa di bilang dulu ia sering datang sebelum Jeffin memperkenalkan seorang gadis sebagai kekasihnya kepada orang tuanya. Lalu ia juga merasakan bahwa Jeffin menghindarinya beberapa saat lalu bahkan sebelum ia membawa Abiyya ke rumah. Entah apa yang membuat Jeffin menghindarinya seperti itu membuat Crystal bertanya-tanya tetapi ketika menanyakan hal itu pada Jeffin, Crystal sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.“Kak Jeffin ada?” tanyanya pada Ajen yang sudah ia kenal bahkan sebelum cowok itu bekerja di kantor ini.“Eh, ada si cantik Crystal.” Alih-alih menjawab, Ajen malah menggoda Crystal. Sudah lama juga Ajen tidak bertemu dengan gadis cantik yang selalu mengikuti kemanapun Jeffin pergi. Dan yang Ajen tahu gadis ini juga menyukai sahabat mereka, yaitu Freja. Karena sejauh ini, Crystal kerap kali meminta Jeffin untuk mendekatkannya dengan Freja.“Kak Jeffin ada apa enggak?” ul