Share

Bab 2 - Seperti Kapal Pecah

 

"hufh! aku jadi bingung harus masak apa ya?" Tanya Ellina. Pada dirinya sendiri, lalu dia pun membuka kulkas dan disana tertata rapi bahan makanan mentah, sayuran, daging dan ikan juga telur. Ellina hanya melongo lalu dia mengambil beberapa butir telur dan juga ikan. Dia pun mulai memotong ikan dengan asal tentunya, dia juga mengambil sayuran untuk dia masak. 

"Aku coba masak ini deh. Ibu sudah pernah memberi tahu aku cara memasak, meski cuma sedikit," ucap Ellina. Dia pun jadi teringat dengan pesan ibunya dulu, agar dia belajar memasak. Andaikan saja dia menuruti saran ibunya pasti sekarang tidak akan begini jadinya. Ellina pun kini bertarung didapur dengan pearalatan dapur milik Reno. 

Sementara itu dikediaman Aditama. Reno sedang berbincang dengan ayah, kakenya juga kakak iparnya diruang keluarga. Sedangkan para wanita memasak didapur untuk makan malam bersama. 

"Bagaimana kamu bisa sehebat itu, Ren?" Tanya Elvano pada adik iparnya. 

"Ah Kak Vano, biasa saja kak. Masih hebatan ayah," Jawab Reno. Sambil tersenyum pada ayahnya 

"Siapa dulu dong Ayahnya. Pastinya jiwa bisnisku menurun pada putraku. Lihat lah baru lulus kuliah saja sudah menjadi CEO diperusahaan yang dia bangun dan rintis sendiri. Dia memang putra kebanggaanku." 

"Oh iya Ren, kapan rencana kamu memindahkan perusahaanmu ke Jakarta?" Tanya Dewa.

“Mungkin bulan ini sudah bisa, Yah. Soalnya sekertarisku sudah mengurus semuanya, dan menjual perusahaan disana sudah dijual untuk membeli  perusahaan dibidang properti disini. Dan mungkin besok aku akan melihat keadaan perusahaan itu yang baru dibeli," Ucap Reno. 

"Baguslah. Cucu Kakek memang sangat mandiri sekarang. Tidak hanya mengandalkan kekayaan orang tua saja." Adrian berkata dengan bangga. Karena dia merasa bangga pada cucu laki-lakinya itu.

"Karena dia putraku, Pa. Kebangganku," Sahut Dewa tidak mau kalah. Sambil menatap putranya, dia seakan bercermin pada dirinya sendiri saat muda dulu. Saat melihat semangat Reno dia ingat masa remajanya dulu. Namun, dia berbeda dari putranya karena masa remajanya dia habiskan untuk berfoya-foya. Dan tampaknya kemandirian putranya itu didapat dari, Renata. Yang tidak lain adalah istrinya. Ibu dari anak-anaknya.

"Tentu saja. Lihatlah kalian ayah dan anak bagai pinang dibelah dua. Iya kan Kek?" Elvano berucap dengan sedikit terkekeh. Menantu pertama keluarga Aditama itu sudah sangat akrab dengan ayah dan kakek mertuanya. 

"Benarkah, Kak? Aku juga merasa seperti itu. Dan kalian tahu tidak? Aku juga menemukan kembaran bunda loh. Dia sangat mirip dengan bunda. Saat melihatnya aku sangat terkejut, aku kira dia itu bunda tapi masa iya bunda memakai pakaian modern dan memakai celana jeans kan gak mungkin." Reno berkata sambil tertawa kecil. Saat mengingat penampilan Ellina saat itu dan dia memang berpenampilan berbeda dengan bundanya.

"Benarkah, Ren? Terus dimana gadis itu sekarang?" Tanya Dewa. Yang terlihat penasaran. 

"Di apartemenku, Yah. Dia berhutang padaku 10 juta jadi aku menjadikannya asistenku. Kebetulan aku butuh asisten, untuk mengurus apartemenku," Ucap Reno dengan santai. 

"Kok bisa, Ren? Memang kenapa kok dia bisa berhutang banyak seperti itu sama kamu?" Tanya Elvano yang kini ikut penasaran juga. 

"Dia kena tipu, Yah. Barangnya dirampok dan  hilang semua. Terus dia juga dikejar petugas bandara karena merusak barang penumpang lain. Dan Kebetulan dia minta bantuan ku, Kak. ya sudah aku manfaatkan saja dia haha," Jawab Reno. Lalu dia pun tertawa mengingat kejadian saat di bandara. 

"Hahahaha Dewa. Ternyata pikiran licikmu menurun pada putramu." Ejek  Adrian. Sambil tertawa terbahak-bahak membuat Dewa dan Reno saling melirik melihat Adrian yang kini sedang tertawa renyah.

"Ayah. Kakek kenapa?" Tanya Reno dengan memasang wajah polosnya. 

"Sudahlah lupakan, Ren. Kakek memang seperti itu, kadang dia tidak ingat umur kalau sudah kumat penyakit jahilnya," Jawab Dewa. Pada putranya Reno. Pemuda itu pun hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan sang ayah. 

"Hati-hati, Ren. Nanti bukannya dijadiin asisten untuk membersihkan rumahmu, tapi malah jadiin asisten untuk hidupmu. Dan benar-benar mengatur kehidupanmu lalu kau akan tunduk padanya. Seperti ayahmu yang takut pada bundamu." Adrian berkata lagi. Kali ini sambil  terkekeh. 

"Sudahlah, Kek. Jangan bercanda terus Kakek tahu sendiri kan kalau aku tuh masih mengharapkan, Alya. Aku masih mencintainya Kek. dan aku ingin Alya lah yang menjadi pendamping hidupku." Tiba-tiba raut wajah Reno kini terlihat sedih. 

"Hey jagoan, Ayah. Sudah jangan sedih lagi dong, Nak. Kamu harus bisa mendapatkan Alya. Kalau kamu mencintainya, kamu harus berjuang untuk mendapatkannya. Seperti Ayah yang dulu berjuang demi mendapatkan ibumu," Ucap Dewa. Yang memberikan semangat pada putranya itu.

"Tuhkan ngaku sendiri sekarang." Adrian menyahut. Sementara Elvano hanya diam menyaksikan perdebatan antara ayah dan kakek mertuanya. 

"Sudah dong, Pah." Dewa  mendengus karena kesal pada ayahnya yang terus mencemoohnya karena masa lalunya. Sedangkan Reno tersenyum melihat ayahnya yang sedang kesal. 

"Kak Bara kapan pulang dari New York, Yah?" Tanya Reno menanyakan Kakak Angkatnya. 

"Mungkin bulan depan. Sekalian mengenalkan calon istrinya."

Bara adalah putra yang Dewa dan Renata adopsi sebelum Reno lahir. Karena mereka kasihan pada bayi yang ditinggalkan sang ibu setelah melahirkannya. Karena ibu Bara meninggal dunia saat melahirkannya. 

"Wah mau dapat kakak ipar lagi nih aku sebentar lagi." Reno pun tersenyum lebar. Dan dijawab anggukan oleh sang ayah. 

"Hayo pada ngomngin apa nih?" Tanya Renata. Yang baru saja datang  bergabung. 

"Nggak ngomongin apa-apa kok, Bun. Cuma lagi ngomongin kak Bara yang mau bawa calon kakak ipar pulang dari New York," sahut Reno seadaanya. 

"Oh gitu. Ya sudah makanan udah siap tuh, ayo kita makan," Ajak Renata. Lalu Adrian, Elvano dan Reno pun kini menuju ruang makan. Sementara Dewa masih terduduk di sofa. 

"Kenapa?" Tanya Renata. Saat melihat suaminya masih terduduk di sofa. 

"Tidak ada apa-apa. Hanya aku tidak percaya kalau putra kita dan putri kita sudah besar ya sekarang. Padahal aku merasa baru kemaren menggendong dan menimang mereka berdua mengajak main bola dihalaman," Ucap Dewa. Membuat Renata tersenyum lalu duduk disamping Dewa. Dengan mengenggam tangan Dewa

"Aku juga merasa seperti itu, Mas. Cepat sekali waktu berlalu, sekarang usia Reno sudah 25 tahun. Dan dia sudah mapan juga sukses cuma sayangnya dia belum membuka hati untuk gadis lain. Dia masih saja berharap pada Alya. Kita sebagai orang tua hanya bisa bersabar menunggu Reno membawa seorang gadis untuk menjadikannya menantu kita. Kita tidak boleh menjodoh-jodohkankan dia karena aku takut dia tidak akan bahagia. Sudahlah sekarang ayo kita makan, aku membuat makanan kesukaanmu," Ucap Renata. Dewa pun mengecup tangan istrinya dengan lembut penuh kasih sayang. 

"Benarkah? Ayo, Mas juga sudah sangat lapar." Dewa lalu mengikuti Renata menuju ruang makan. Kini mereka pun makan malam bersama-sama. 

"Bun. Tolong bungkusin buat aku bawa pulang ya," Ucap Reno. 

"Emang kamu mau makan lagi, sayang?" Tanya Renata pada putranya. Yang tumben-tumbenan meminta untuk dibungkuskan makanan. 

"Kakak gak nginep disini?" Tanya Inna yang memang masih merindukan sang kakak kesayangannya itu. Maklumlah 5 tahun mereka berpisah dan jarang bertemu karena itulah dia sangat merindukan kakaknya itu. 

"Nggak Inna. Kakak harus membereskan apartemen Kakak," Jawab Reno

"Buat calon mantu Kakek ya, Ren. Makanannya? Beres-beres atau nemenin asisten cantikmu, Ren?" Goda sang Kakek. Yang senang menggoda Reno, tapi membuat Renata mengernyit kan keningnya. 

"Menantu?" Tanya Renata. Dengan menatap Dewa lalu kembali menatap Reno. Dewa hanya menggedikkan bahunya. 

"Nggak kok Bun. cuma asisten baru di apartemen Reno aja. Bunda jangan salah paham," Ucap Reno. 

"Awas ya kalau bikin malu keluarga!"  Renata berucap dengan tatapan tajam. Sedang Dewa hanya terkekeh melihat Renata yang kini menatap putranya dengan tajamnya. 

"Udah ah, Bun. Reno pulang dulu," Ucap Reno lalu pamit pada semua keluarganya. Sedang Renata menyiapkan makanan untuk Reno bawa pulang. 

"Bawa ini, Nak. Berikan juga asistenmu itu," Ucap Renata dengan tersenyum. 

"Baik, Bun. Oh ya Inna kalau nanti tidak ada kuliah kamu mampir ke apartemen kakak ya. Ini alamatnya," Ucap Reno dan Inna pun menerima kertas yang tertulis alamat apartemen kakaknya itu. Kini Reno pun pergi meninggalkan rumah keluarganya untuk kembali ke apartemennya.

*****

Reno pun kini sudah sampai di apartemennya. Dia masuk ke apartemennya. Namun, tiba-tiba dia mendengar tangisan seseorang di dapur. Karena merasa khawatir Reno pun langsung menuju kedapurnya. 

"Ya ampun Ellin! Apa yang lo lakukan dengan dapur gue, hah?! Ya Tuhan dapur gue, kenapa jadi seperti kapal pecah? Dan makanan itu jadi terbuang sia-sia!" Teriak Reno. Yang melihat dapurnya berantakan. Dengan telur yang sudah gosong juga ikan yang dipotong tak berbentuk oleh Ellina. 

"Hua...! Aku kan sudah bilang aku tidak bisa masak, Tuan! Tapi kau memaksaku untuk tetap memasak hiks...hiks...." Ellina kini kembali menangis. 

"Ya Tuhan. Kenapa hidupku jadi seperti ini," Ucap Reno sambil mengusap kasar wajahnya. 

"Maafkan aku Tuan hiks...," Cicit Ellina sambil tetap menangis dan kali ini semakin kencang.

"Sudah jangan menangis terus! Sekarang rapikan dapurnya dan istirahat lah.” perintah Reno. Yang gemas sekaligus kesal melihat Ellina yang persis seperti anak kecil saat menangis seperti itu.

"Dasar gadis bodoh! Pasti dia sangat manja sampai tidak bisa masak karena terlalu dimanjakan," Gumam Reno. 

"Tuan," Panggil Ellina.

"Apalagi hah!" Bentak Reno. Dengan sangat ketus. 

"Aku lapar tuan. Seharian ini belum makan apa-apa,” Sahut Ellina. Dengan wajah memelas. 

"Hadeh gadis ini benar-benar membuat ku kesal! Ya sudah makanlah setelah lo membereskan semuanya. Makananya ada diruang tamu. Dan kamar lo disebelah ruang televisi. Setelah semuanya beres istirahat lah. Jangan lupa besok lo bangun pagi-pagi untuk merapikan apartemen ini. Gua juga juga cape mau istirahat," Ucap Reno. 

"Baik Tuan," Sahut Ellina. Lalu dia mengambil makanan di ruang tamu dan memakannya dengan lahap karena memang dia sangat lapar. 

"Makanannya sangat lezat seperti masakan rumahan. Aku jadi rindu masakan mamaku," Ucap Ellina. Lalu setelah dia makan, Ellina pun merapikan dapur yang dia berantakan. Setelah itu dia pergi ke kamar yang ditunjukkan oleh Reno untuk beristirahat.

Entah apa lagi yang akan terjadi esok pagi pada Ellina.

Bersambung

 

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ACANKUN
terbaik thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status