Share

Hanya Seorang Diri

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-14 00:46:18

“Hahahaaa ....Selamat, anak mama tersayang!”

Aku masih saja mendengar suara tawa penuh kebahagiaan dari luar kamarku yang memang bersebelahan dengan milik Mouren–anak yang dibawa ibu tiriku.

Hal ini menarikku kembali ke masa lalu.

Saat aku berusia 9 tahun, Ibuku meninggal dan Ayah resmi menikahi Mama Lida tak lama setelahnya.

Hanya butuh waktu lima bulan, Mama Lida dan Mouren datang ke rumah ini–membawa perubahan besar di hidupku.

Aku bagaikan anak yang tidak terurus, tidak diperhatikan, dan sering diacuhkan.

Namun, aku ikhlas dan berlapang dada karena tahu jika melawan pun, akan percuma.

Dulu, aku pernah juara 2 dan Mouren juara 1, tetapi hanya dia yang mendapatkan selamat. Mereka menulikan telinga atas pemberitahuanku mengenai pencapaianku.

Kuakui Mouren yang merupakan blasteran Indonesia dan Jerman itu cukup cantik dan juga lumayan pintar.

Mungkin, sebab itulah, Ayah dan Mama Lida, memprioritaskan pendidikannya dari awal hingga kini. 

Perih, jika kuingat masa itu.

‘Kupikir, jika hubunganku dan Abimanyu berhasil, mungkin aku akan segera lepas dari siksa hati dibeda-bedakan dan diabaikan,’ batinku perih, ‘ternyata, aku salah.’

******

"Bagaimana hubungan kamu sama Abimanyu, Ra? Katamu, Abimanyu sudah kembali," ucap Mama Lida melempar tanya kepadaku saat kami berempat sedang makan malam.

Aku sontak menarik napas berat.

Pertanyaan Mama Lida kembali menyakiti hati ini.

"Sudah selesai, Ma." Aku menjawab sambil menunduk

Brak!

"Apa?" 

Ayah begitu terkejut mendengar jawabanku. Bahkan, dia menggebrak meja makan cukup kuat–membuat kami juga ikut terkejut.

"Kenapa bisa? Kamu benar-benar anak tidak berguna! Sudah kurang pintar dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Sekarang, percintaan juga?” omelnya, “membesarkan anak seperti kamu ini, sungguh sangat merugikan ...."

Ya Allah, kenapa ucapan Ayah selalu saja kasar begini padaku?

Apa di matanya, aku benar-benar tidak membantu sama sekali?

"Ayah, jangan begitu sama Nara, kita kan tidak tahu kenapa dia sampai putus sama Abimanyu," tegur Mama Lida dengan lembut pada Ayah.

Aku menoleh ke arah wanita itu.

Jujur saja, sikap Mama Lida selalu berubah-ubah.

Di depan Ayah, dia bersikap bak malaikat, tapi di belakang Ayah, ucapannya cukup menyakitkan jika bicara padaku.

"Mama, jangan belain anak tidak berguna ini terus! Aku ini seorang Manager di perusahaan Papahnya Abimanyu!” ucap ayah, “Abimanyu itu calon pemimpin perusahaan. Mau ditaruh di mana mukaku ini jika orang kantor tahu bahwa anak ini sudah tidak ada hubungan lagi dengan keluarga Abimanyu?”

“Bisa-bisa, hilang rasa segan mereka padaku," gerutunya.

"Tenang, Ayah. Jangan panik begitu. Lagian, jika Nara gagal dengan Abimanyu, itu bukan salahnya Nara, memang mereka saja yang tidak berjodoh," ujar Mama Lida lagi.

"Memalukan!" Ayah menatap tajam kepadaku. 

"Jika bukan karena diri yang hanya lulusan SMA, tidak mungkin hubungan kami berakhir," jawabku pada akhirnya.

"Siapa suruh kamu tidak sepintar Mouren?!" bentak Ayah lagi.

Tanganku seketika mengepal.

"Sebenarnya, yang anak Ayah itu, siapa? Aku atau Mouren? Kenapa aku selalu Ayah hina, sedangkan dia dibangga-banggakan? Akulah yang terus dituntut untuk mengalah, bahkan tidak berkuliah hanya karena Mouren ingin melanjutkan kuliah di luar negeri."

Ucapanku seketika membuat hening ruang makan. Namun, itu tak berlangsung lama karena ayahku kembali emosi.

"Diam kamu! Anak tidak tahu diuntung. Jika kamu sepintar Mouren, Ayah juga pasti akan kuliahkan kamu," jawab Ayah sambil menunjuk-nunjuk wajahku.

Aku terdiam. Rasanya, percuma. Makan malam hari ini kembali sangat tidak nyaman.

"Ayah, jangan keras begitu sama Kakak. Kasihan Kakak, demi aku, dia rela mengalah," ucap Mouren mendadak.

Kulihat ia memasang wajah sedih ke arahku.

"Lihat dia! Meskipun kamu singgung perasaannya, Mouren tetap membela kamu. Begitu baiknya Mama Lida dan Mouren sama kamu, bisa-bisanya kamu berkata seperti tadi? Untung saja, kamu anak kandungku. Jika bukan, sudah kuusir kamu dari rumah ini," ucap Ayah kasar.

Aku terhenyak. Ingin sekali air mata ini tumpah di meja makan ini. Namun, sekuat tenaga, aku menahannya.

"Sudah-sudah, lebih baik kita fokus makan saja! Jangan terlalu ribut terus," timpal Mama Lida.

Sepasang ibu anak itu berperan “mendamaikan” aku dan ayah.

Sejurus kemudian, ayah pun mendengus dan menatapku dengan ketidaksukaan yang begitu besar.

Ayah kandungku serasa Ayah tiri.

Tanpa kata, aku pun menghabiskan makan malamku, lalu kembali ke kamar dengan hampa.

"Sesakit inikah rasanya?" keluhku, "andai Mamah masih ada, ingin sekali aku mengadu sambil didekapnya.”

Aku menarik napas. Bukan hanya putus cinta, tapi aku dikucilkan dalam keluarga–dianggap sampah tidak berguna. 

“Jika bunuh diri tidak berdosa, mungkin aku lebih memilih mati dan menyusul Mamah," lirihku seorang diri.

Namun, aku menyadari pikiran bodohku itu. 

Kugelengkan kepala sembari menutup mata, "Maafkan aku, ya Allah jika hamba mulai kembali mengeluh lagi. Aku memang tidak sepintar Mouren di mata Ayah, tapi aku juga bukan anak yang bodoh. Aku memang tidak pernah dapat juara 1 selama sekolah. Tapi, bukan berarti aku tidak pernah juara."

"Aku tidak bisa begini terus, aku harus membuat perubahan dalam hidupku!!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   60 TAMAT

    Bab60Tiba- tiba hati nyonya Rengganis merasa sakit, melihat nasib malang yang menimpa Nara."Kamu lupa tentang asalmu! Kamu juga bukan siapa- siapa, Bu. Harta dan kuasa yang saat ini kita miliki hanyalah titipan. Lihat keadaan kita sekarang, aku sakit- sakitan, kedua anak kita pergi meninggalkan rumah ini. Percuma kita punya rumah mewah, tapi di dalamnya tidak ada cinta. Entah nanti ketika aku mati, apakah kamu mampu hidup sendiri, atau aku mati tanpa ada siapapun disisiku," lirih tuan Tantaka saat itu.Membuat perasaan dihati nyonya Rengganis mulai terketuk."Wanita itu tidak salah apa- apa, tapi dia harus menderita parah dalam hidupnya. Dibuang keluarga, karena Ibu tiri dan adiknya yang gila harta. Aku yakin, dia pun tidak mau hidup begitu, Bu. Tidak sepantasnya kamu menambah luka dihidupnya. Jangan menyumbang derita di hidup orang lain," lanjut tuan Tantaka."Angkasa ...." tuan Tantaka berteriak, mendekati Angkasa yang ternyata sudah menarik rambut Nara seenaknya.Teriakkan tuan T

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   59

    Bab59"Mona ...."Wanita cantik itu tersenyum dan mendekati Bram."Sudah kuduga ini kamu. Kenapa, kamu kehilangan Nara?""Kenapa kamu bisa tau?""Kamu belum tahu apa- apa, Bram. Angkasa yang membawa Nara pergi, entah pergi kemana aku juga belum tau.""Maksud kamu apa? Dan kenapa Angkasa membawa Nara pergi, jelaskan yang benar, aku nggak lagi baik- baik saja, Mon. Tolong jangan bergurau.""Siapa yang bergurau, faktanya Nara memang pergi bersama Angkasa, suami sah Nara.""Suami sah? Kamu gila, aku sudah tegasin sama kamu ya, Mon. Aku nggak lagi baik- baik saja. Kita memang kenal, tapi kita tidak dekat, jadi jangan seperti ini, aku nggak suka ya."Bramantio nampak marah dan tidak suka, mendengar informasi yang dibawakan Monalisa dengan tujuan tertentu."Angkasa itu memang suaminya, dan lelaki kecil yang saat itu bersama Angkasa, itu adalah anak mereka. Kamu tidak tahu apa- apa, kamu ditipu wanita itu, entah dengan tujuan apa, mungkin saja karena uang. Yang jelas, semua yang aku katakan f

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   bab58

    Bab58Jam 9 malam, nyonya Rengganis pulang ke rumahnya, bersama dengan Monalisa.Seharian ini, setelah pergi dari kantor Angkasa, kedua wanita ini memilih untuk pergi shopping dan bersantai di restoran mewah.Plakkk ....1 tamparan keras mendarat di wajah nyonya Rengganis, ketika wanita itu pulang bersama dengan Monalisa."Ibu, ada apa ini? Kenapa Ibu pukul saya?" tanya nyonya Rengganis pada nenek Asia.Pak Tantaka hanya diam disofa single, sambil menatap ponselnya yang terus- menerus melakukan panggilan pada nomor Angkasa."Apa yang sudah kamu dan wanita licik ini lakukan pada cucuku? Sampai- sampai dia memilih pergi dari kota ini?" bentak nenek Asia, membuat nyonya Rengganis terkejut."Maksud Ibu siapa? Angkasa? Bukankah tadi dia ada di kantor."Nyonya Rengganis benar- benar merasa kesal atas semua perbuatan nenek Asia padanya, yang dengan teganya menampar wajahnya begitu saja.Panas, panas pukulan tangan nenek Asia, masih begitu terasa dipipi kirinya."Dasar menantu bodoh! Mau saja

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   57

    Bab57"Angkasa, buka! Kamu mau Ibu mati di depan ruangan kamu?" tanya suara di depan yang mulai pelan.Angkasa menarik rambutnya dengan kesal, kemudian lelaki yang kini tubuhnya nampak kurus itu pun terlihat bimbang untuk membukakan pintu.Karena dia yakin, jika Ibunya bertemu dengan Nara, maka akan semakin ribet keadaannya.Nara melirik sejenak ke arah Angkasa, memindai wajah yang masih tampan itu. Sayangnya, tubuhnya nampak semakin kurus, tidak terawat lagi.Bahkan hal baru yang Nara mulai ketahui, kini Angkasa mulai mengisap rokok. Terlihat dari asbaknya yang ada di atas meja, dan roko serta korek api yang juga ada di sana.Padahal yang Nara tahu, dulu lelaki di depannya ini, tidak menyukai rokok sama sekali. Setelah sekian tahun terpisah, banyak perubahan Angkasa, yang mengarah ke negatif di mata Nara."Angkasa," lirih suara di depan, yang disusul suara panik lainnya."Angkasa, ibu sesak napas," pekik suara dari luar, yang mereka kenali suara Monalisa."Shiiit." Angkasa sangat kes

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   56 Mengancamnya

    Bab56"Angkasa ...." Akhirnya Monalisa berteriak. Sayangnya, Angkasa tidak menghiraukannya sama sekali. Ketika memasuki ruangan, Angkasa melepaskan pergelangan tangan Nara. Nara terdiam sejenak, sembari menarik napas dalam- dalam, mencoba menghilangkan perasaan takut dan gugupnya.Telapak tangan Nara basah, ada perasaan was- was menggerogoti hatinya."Ada apa kemari? Pasti sangat begitu penting, sampai kamu datang kesini, setelah berhari- hari menghilang," ujar Angkasa membuka obrolan.Nara duduk disofa, mencoba menjawab dengan tenang, demi Baskara, anak yang telah mengobati rindu dihatinya, setelah sekian tahun menanggung perasaan sakit hati, karena merindukan anak semata wayang."Demi Baskara," lirih Nara."Aku memberanikan diri datang kemari. Demi dia, demi anakku," lanjut Nara, membuat Angkasa yang tadinya berdiri membelakangi Nara, sambil menatap ke arah dinding kaca, kini berbalik badan, melemparkan pandangan pada Nara yang duduk dengan tatapan datar.Sangat jauh dengan Nara ya

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Bab55, Mengejeknya

    Bab55Nara berdiri, dan perlahan mundur."Ngapain kamu? Jangan mendekat," bentak Nara, dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Nara, aku rindu, rindu sama kamu," lirih lelaki itu, yang tidak lagi lanjut melangkah."Rindu apa? Bulshit. Kamu jahat, kamu perusak kebahagiaanku," ucap Nara dengan suara bergetar."Karena kamu aku menderita, aku terbuang dari keluarga dan aku harus melewati berbagai macam kedukaan," lanjut Nara.Tatapan penuh kekecewaan bercampur luka, terpancar jelas diwajah cantik Nara.Nara yang dulu sederhana, kini menjadi Nara yang cantik, modis dan putih bersih terawat.Membuat kekaguman dimata lelaki yang kini berhadapan dengannya."Aku cinta sama kamu, Nara. Aku nggak bahagia, menyaksikan kamu berumah tangga dengan Angkasa. Kembalilah denganku, Nara. Aku janji, aku akan bahagiakan kamu," ucap lelaki itu."Jangan bicara tentang cinta, pengkhianat, penipu. Demi Allah, Abimanyu, aku benci kamu, aku jijik dan seumur hidup aku akan membenci kamu," tegas Nara."Seharusnya ki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status