“Kuharap kau tidak menyesalinya Gadis kecil.”
Pria itu langsung mengerayangi tubuh Ashley dengan cepat. Membuat Gadis itu hanya bisa mendesah nikmat karena permainannya. “Pelan ya,” pinta Ashley. Permainan mereka semakin memanas hingga masuk ke permainan inti. “Ssh, pelann sedikit,” desis Ashley menahan sakit. Beberapa saat kemudian ia mulai rileks dan mengimbangi permainan Pria diatasnya itu. Keesokan harinya, keduanya terbangun dalam keadaan polos tanpa sehelai kain pun. “Eungh,” lenguh Ashley saat matahari mulai menusuk matanya. Glen kemudian menarik tubuh Gadis kecil kedalam pelukannya dan mengecup pucuk kepalanya dengan lembut. “Ouch. Badanku sakit. Kau kasar sekali tadi malam,” rintih Ashley. “Aku sudah bilang pelan tapi kau tak mendengar huhu,” lanjutnya. “Tapi kau suka kan?” goda Glen. Ashley hanya mempoutkan bibirnya karena kesal. Gadis itu kemudian bangkit dari kasur dan tidak sadar bahwa ia tidak memakai pakaian. “Argh aku lupa!” jerit Ashley kemudian menarik selimut hingga membuat tubuh Glen terlihat. “O-ow.” Ashley kemudian langsung berlari kearah kamar mandi. “Hey Gadis! Awas kau!” jerit Glen kemudian ikut mengejar Ashley kedalam kamar mandi. Mereka pun mandi bersama kemudian bersiap untuk sarapan. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Tuan Besar sudah menunggu di meja makan untuk sarapan bersama. “Ayah? Kapan Ayah datang?” tanya Ashley begitu melihat Mertuanya itu. “Baru saja,” balas Tuan Besar kemudian melirik kearah leher Ashley yang penuh dengan bekas merah akibat ulah Glen. Ashley yang sadar pun menjadi malu dan berusaha menutupi lehernya dengan rambut panjangnya. Gadis itu kemudian pergi ke dapur untuk membantu Bibi menyiapkan sarapan pagi. “Kenapa tidak memberi kabar sebelumnya kalau akan datang kemari?” ucap Glen dengan ekspresi datar. “Ada hal yang ingin Ayah tanyakan padamu,” ucap Tuan Besar. “Ada apa?” tanya Glen to the point. “Harta peninggalan keluarga Bailey. Aku dengar kau yang menyitanya,” ucap Sang Ayah. “Kenapa?” tanya Glen lagi. “Jangan berpikir untuk mengambil alih. Aku sudah memberikan semuanya pada Ashley,” lanjut Glen. Mata Tuan Besar seketika membulat karena terkejut. Ia tidak habis pikir anak laki-lakinya ini melakukan hal yang tidak masuk diakal. “Kau bersusah payah menjatuhkan keluarga Bailey tapi kau mengembalikan semua hartanya pada anak mereka?” ujar Tuan Besar. Belum sempat Glen menjawab, Ashley datang membawa beberapa makanan ditangannya. Ia kemudian menuangkan nasi untuk Ayah mertuanya dan Suaminya. Karena sedikit canggung, ia memilih untuk kembali ke dapur bersama Bi Kiran. “Kenapa? Harta itu sudah menjadi milikku. Mau kuberi pada siapa saja itu hakku,” ketus Glen. “Aku tahu kau akan mengambil alih semuanya. Makanya aku langsung membalik nama menjadi nama Ashley,” batin Glen. “Ashley!” panggil Glen. “I-iya! Sebentar!” sahut Ashley. “Kau sedang apa? Ayo sarapan!” “Maaf. Aku sedang membuatkan kalian Susu hangat,” ucap Ashley sembari menghidangkan susu itu pada Suami dan Ayah Mertuanya. “Duduk. Mulai hari ini aku tidak mau kau melakukan tugas pelayan lagi!” ujar Glen dengan nada penuh penekanan. Mendengar itu Ashley hanya mengangguk mengerti dan langsung bergabung untuk sarapan dengan mereka. “Sial. Aku harus bisa mendapatkan setidaknya seperempatnya,” batin Tuan Besar. “Anak ini bisa memberontak kapan saja jika ia menguasai seluruh harta keluarga itu,” batin nya lagi. Setelah selesai sarapan, Tuan Besar pamit dan langsung meninggalkan Mansion. “Apa yang ia katakan?” tanya Ashley to the point saat Tuan Besar baru saja keluar dari pekarangan Mansion. “Tidak perlu tahu,” ucap Glen cuek. Ashley menyipitkan matanya penuh curiga. “Tidak mungkin tidak ada alasan untuk datang kesini sepagi ini,” batin Ashley curiga. “Beberapa pekan kedepan aku harus keluar negeri. Kau akan tinggal diMansion keluarga,” ujar Glen. “Tidak mau!” tolak Ashley cepat. “Kau mau meninggalkanku sendirian disana? tidak akan!” lanjutnya. “Cih. Kau takut?” tanya Glen meremehkan. “Tidak. Hanya siapa yang tahu apa yang akan terjadi disana saat aku sendiri,” ujar Ashley. “Maka dari itu kau harus banyak belajar memakai otakmu. Kau tidak bisa selalu mengandalkanku untuk melindungimu,” ujar Glen. “Kau memang sengaja ingin mempersulitku ya,” kesal Ashley kemudian melenggang pergi. Disisi lain. “Dari raut wajah Ayah, sepertinya ia tidak berhasil mendapatkan harta keluarga Bailey,” ucap Zico pada Istrinya Flora. “Aku sudah menduga. Tidak mungkin Glen akan melepaskan jerih payahnya begitu saja,” sahut Istrinya itu. “Kalau begitu, kita yang harus merebutnya,” ucap Zico. “Jangan mimpi. Aku yakin Glen sudah memberinya pada Ashley agar kita tidak bisa berebut dengannya,” ujar Flora. “Ck. Hanya gadis kecil saja. Apa kau takut?” tanya Zico. Flora terdiam. Ia tak menggubris perkataan suaminya dan memilih untuk memikirkan langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya.Alfredo langsung melajukan mobilnya kearah Rumah sakit terdekat. Sesampainya mereka dirumah sakit, Glen langsung menggendong tubuh Ashley masuk ke IGD. “Sebelah sini Pak,” ujar perawat sembari mengarahkan Glen keranjang kosong. “Cepat tangani dia,” ujar Glen. Perawat itu kemudian mengambil beberapa peralatan untuk mengobati luka Ashley. “Luka nya tidak parah. Hanya saja besok pasti akan membengkak,” ujar Perawat itu sembari membersihkan luka Ashley dan memberinya obat. “Rajin dikompres dengan air hangat saja agar bengkaknya mereda,” lanjutnya. Setelah itu, Henry mengurus administrasi dan mengambil obat pereda nyeri yang sudah diresepkan Dokter. “Pelan,” ucap Glen saat melihat Ashley hendak turun dari ranjang. “Ouch,” rintih Ashley. Melihat itu, Glen kembali mengangkat tubuh Ashleu dan membawanya kemobil. “Bukankan yang tadi itu Nona Ashley dan Tuan Glen?” ucap salah satu Perawat disana. “Ih pasti mereka berpacaran!” Glen tak memperdulikan itu dan tetap berjalan
“Tidak ada yang akan berani. Kalau ada aku akan memotong telinganya!” Glen langsung menyesap leher Istrinya hingga meninggalkan bekas. “Glen ini akan terlihat,” ujar Ashley panik. Glen tak menggubris. Mereka lanjutkan permainan mereka dengan panas diRuangan itu. “Sepertinya setelah ini kita harus membuat ruangan ini menjadi kedap suara,” bisik Alfredo. Henry pun hanya tersenyum paksa. “Ahh pelann Glennhh!” teriak Ashley saat Glen menarik rambutnya sembari terus membuat Gadis itu mendesah nikmat. Beberapa saat kemudian. “Sudah tidak ada suara apakah sudah aman?” bisik Alfredo pada Henry. “Diamlah,” ujar Henry sembari menyenggol tubuh Alfredo. Tak berselang lama, Justin kembali datang dengan membawa beberapa berkas ditangannya. “Apa Tuan dan Nona sudah tidak sibuk?” tanya Justin. “A-ah kau kembali saja lagi Tuan. Kami akan menghubungimu nanti,” ujar Henry gugup. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. “Alfred-“ Kata-kata Ashley terputus saat melihat Tuan Justin yang sedang menat
“Brengsek! Tidak tahuu terimakasih!” umpat Flora. Ia kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga terdengar hampir diseluruh penjuru Mansion. “Wanita itu benar-benar semakin tidak tahu diri!” kesal Zico. “Sudahlah Kak,” ucap William. Disisi lain, Glen dan Ashley sedang rapat bersama para dewan direksi. “Tahun ini saya lihat jumlah anggaran yang digunakan semakin melonjak. Kerja kalian apa jika tidak bisa menekan anggaran hingga bisa melonjak seperti ini?” tanya Glen sembari membuka berkas yang diberikan Henry. “Dan juga saya dengar kerjasama dengan Max Company tertunda karena masalah anggaran. Apa betul?” tanya Glen. “Betul, Tuan,” jawab Frans. Glen pun memijit kepalanya pelan. “Begini saja, saya mau semua laporan keungan dikirim ke ruangan saya. Nanti saya yang akan memeriksanya sendiri,” ucap Ashley. Para dewan direksi pun langsung saling menatap dengan panik. “Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Ashley cepat. “T-tidak Nona. Saya akan antar secepatnya,” ujar Tuan J
“Apa yang terjadi dengan Ashley?” Glen tidak menjawab dan memilih untuk langsung menuju kamarnya. “Nyonya ketiga baik-baik saja Tuan. Hanya saja, ia sedikit kelelahan hingga tertidur dimobil,” ujar Henry menjawab pertanyaan Tuan Besar. Tuan Besar pun hanya mengangguk. Henry dan Alfredo kemudian pergi menuju Kamar Majikan mereka itu. “Aku ada tugas untuk kalian,” ucap Glen kepada Henry dan Alfredo. “Aku dengar William memulai Proyek kerjasamanya dengan Slytzean Company. Aku mau kerjasama itu gagal,” ujar Glen. “Apa kau ingin membuat Slytzean bekerja sama dengan Cath Company?” tanya Alfredo. “Tepat sekali. Perusahaan itu sangat menguntungkan jika kita dapat bekerja sama dengan mereka,” ujar Glen. “Baik Tuan,” ucap Henry dan Alfredo bersamaan. Keduanya kemudian segera pergi meninggalkan Glen. Disisi lain, Zico dan William sedang berbincang bersama Ayah mereka diruang tengah. “Ayah, kau tidak benar-benar mencabut jabatan kami kan?” tanya Zico. “Ada atau tidaknya jaba
“Jadi kau akan mengabdikan sisa umurmu hanya untuk Gadis kecil itu?” tanya Henry cepat. “Belum tahu. Tapi saat aku menjaganya, aku merasa tenang. Aku seperti sedang menjaga mendiang Adikku sendiri,” jelasnya dengan wajah murung. ~ “Kemana kau akan membawaku?” tanya Ashley. “Diamlah, jangan banyak tanya,” ucap Glen. Ashley mempoutkan bibirnya karena tak mendapat jawaban dari Suaminya itu. “Mister apa kau tahu Suamiku akan membawaku kemana?” tanya Ashley pada Alfredo yang sedang menyetir mobil. “Tidak Nona,” jawabnya. Gadis itu mendengus kesal. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sebuah Perusahaan besar yang berdiri megah ditengah kota itu. “Lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ketempat ini,” gumam Ashley. Glen kemudian membawa Ashley turun dan memasuki Perusahaan itu. “Salam Tuan, Salam Nyonya,” sambut seorang Pria berpakaian formal yang menyambut kedatangan Glen dan Ashley. Pria itu adalah Direktur utama Perusahaan itu, ia bernama Frans. “Apa semuanya berjala
Deg~ jantung Flora seketika berhenti. Ia lupa bahwa video yang ia ambil itu berasal dari kamera yang ia pasang diam-diam di Ruang kerja Glen. Glen kemudian membawa Ashley untuk duduk. “Sepertinya saat aku tidak ada disini kalian banyak melakukan sesuatu terhadap Istriku ya,” gertak Glen. “Jangan banyak omong kau. Jelas-jelas Istrimu salah tapi kau masih membelanya!” geram Zico. “Sudah cukup! Tak bisakah kalian tak bertengkar terus?” lerai Tuan Besar. “Flora darimana kau dapat video itu? Disetiap ruang kerja dirumah ini dilindungi dengan privasi yang sangat tinggi! Tapi kau bisa mendapat Video itu bukankah berarti kau meninggalkan sesuatu disana?” “Dan juga, Ashley, Apakah benar Perhiasan yang kamu pakai adalah perhiasan Flora?” “Tidak Ayah! Itu adalah milikku. Itu hadiah dari Glen yang ia bawa dari luar negeri!” jelas Ashley. “Bohong! Perhiasan itu sangat terbatas dan butuh waktu lama untuk memesannya!” sela Flora. “Jadi kau meragukanku?” sahut Glen. “Jawab aku Flora
“Siapa yang berani memasang Kamera disini?!” “Tenang Nona. Saya akan menyelidiki nya,” ujar Alfredo. Ashley menghela nafas kasar. Ia kemudian duduk dikursi empuk milik Glen. Sementara Alfredo, ia pergi untuk mencari informasi tentang kamera itu. Tiba-tiba telepon berbunyi. Ashley : Halo? Glen : Kenapa susah sekali dihubungi? Ashley : Menurutmu? Glen : (terkekeh) Aku sudah mendengar semua tentang situasi disana. Bagaimana? Apakah menyenangkan? Ashley : Are you seriously? Kenapa kau juga bertanya hal tidak masuk akal seperti itu Glen : Kau sepertinya sedang kesal. Ada apa? Ashley : Ada yang memasang kamera tersembunyi di ruang kerjamu. Tapi aku belum bisa memastikan siapa pelakunya Glen : Sepertinya kemampuanmu meningkat. Tidak sia-sia aku mendidikmu Ashley : Diamlah dan segera kembali. Aku muak berlama-lama disini Glen : Tentu. Aku tahu kau sangat merindukanku Ashley : Kau ini pede sekali ya? Sudahlah. Aku harus mengurus beberapa hal. Bye Ashley kemudian
“Kakak, kenapa kau langsung menuduh ku? Memangnya kau melihatku memasukkan racun itu? Dan lagi, yang memasak bukan aku. Lalu kenapa kau menuduh aku tapi tidak menuduh Bibi yang memasak?” Tiba-tiba Bi Grace datang karena dipanggil oleh Asisten Tuan Besar. “Ada apa ini Nyonya?” tanya Bi Grace kebingungan. “Apa kau meracuni Nyonya Pertama?” tanya Ashley. “Hah, mana mungkin saya melakukannya Nyonya. Tuan Besar, Tuan Muda, tidak mungkin saya melakukannya. Saya sudah berpuluh-puluh tahun bekerja disini,” jelas Bi Grace dengan wajah panik. “Baiklah Bi. Kami hanya bertanya. Jangan cemas,” ucap Ashley mencoba menenangkan Bi Grace. Ashley kemudian menoleh kesamping seolah memberi tanda pada Alfredo yang berdiri dibelakangnya sejak tadi. Alfredo pun mendekat kearah Ashley. “Panggil Dokter pribadi Glen kemari,” bisik Ashley. “Ayah, kasihan Istriku. Ayah harus memberi keadilan untuk dia!” sahut Zico. “Kakak. Keadilan apa yang kau maksud? Apa kau masih menuduhku bahwa aku meracuni Is
“Aku harap kau tidak menjadi seperti Ayah. Aku tak apa jika kau ingin menikah lagi, tapi bicaralah terlebih dahulu kepadaku,” ucap Ashley pelan. Beberapa minggu kemudian. Setelah kelulusan Ashley, Glen kemudian mengangkat Mr. Alfredo menjadi Asisten pribadi Ashley. Ia juga langsung mengurus keberangkatannya keluar negeri termasuk mengurus kepindahan Ashley ke Mansion keluarga Moonstone. “Kau jangan berulah,” bisik Glen kepada Istrinya itu. Ashley melirik kearah 2 Saudara iparnya kemudian kearah Sang Mertua sebelum akhirnya mengangguk. “Kau ini sengaja menaruhku disini agar bisa menghadapi mereka kan?” bisik Ashley. Glen tersenyum. Ia mengecup pucuk kepala Ashley dan bibir mungil gadis itu. “Jaga dia,” ucap Glen pada Alfredo yang berada tak jauh dibelakang Ashley. “Hati-hati dijalan,” ujar Ashley sembari menatap punggung Glen yang mulai berjalan menuju mobilnya. Henry kemudian membukakan pintu untuk Glen dan menutupnya. Sebelum ia masuk, ia menunduk kearah Ashley. Ash