“Sial. Kita gagal,” bisik Flora pada Suaminya.
Keesokan harinya. “Glen, apa sebaiknya kita tidak kembali ke Mansionmu saja?” ucap Ashley sembari menyisir rambutnya didepan cermin. “Baiklah kalau itu maumu. Bersiap dan kita akan kembali sekarang,” ujar Glen. Ashley mengangguk. Ia lalu mengganti bajunya dan bersiap untuk pulang ke Mansion Glen. Keduanya kemudian berpamitan pada Ayah dan Saudara mereka. “Semoga cepat mendapat momongan ya Ashley,” ucap Tuan Besar. Ashley tersenyum. “Doakan saja Ayah,” ucap Ashley. Sementara itu Flora dan Rensca hanya menatap tajam kearah Ashley. “Kami pergi dulu. Sampai jumpa,” ujar Ashley kemudian melenggang pergi bersama Glen dan masuk kedalam mobil mereka. “Aku merasa ada yang aneh dengan kedua Istri Kakakmu itu,” ucap Ashley pada Glen. “Kau menyadarinya? Aku kira kau terjebak dengan wajah palsu mereka,” ujar Glen. Ashley tak membalas perkataan Glen. Ia tenggelam dalam pikirannya itu. “Benar kata Ibu. Keluarga seperti ini sangatlah rumit. Tidak ada cinta dan kasih sayang diantara mereka. Hanya ada persaingan dan kebencian,” batin Ashley. Gadis itu tanpa sadar terlelap. “Tuan, kelihatannya Tuan muda pertama dan Tuan muda kedua sudah bergerak untuk memperebutkan pulau Xiera,” ujar Henry. “Biarlah. Semakin mereka bekerjasama untuk menghancurkanku semakin mereka akan terjebak dalam rencana mereka sendiri,” ucap Glen sembari mengelus lembut surai Ashley. “Masalah tadi malam, aku ingin mereka terkena imbasnya!” ucap Glen dengan nada penuh penekanan. Henry mengangguk tanda mengerti. Itu berarti dia mempunyai misi untuk balas dendam atas apa yang sudah diperbuat pada Istri majikannya itu. Pria itu kemudian menyuruh orang mereka yang menjadi mata-mata dimansion itu untuk melepas tikus beracun itu di kamar tidur Flora dan kamar tidur Rensca. ~ “Nona, ujian akhir semakin dekat. Saya sudah meminta pada Tuan agar jam belajar ditambah,” ucap Mr. Alfredo pada Ashley. “Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?” kesal Ashley. “Maaf Nona ini demi kebaikan anda,” ujar Mr.Alfredo. “Tidak! 6 jam saja sudah terlalu lama! kau mau menambahnya lagi? Aku tidak setuju!” kesal Ashley. “Aku akan pergi mencari suamiku!” Ashley kemudian pergi meninggalkan Gurunya itu dipaviliun belakang untuk mencari Suaminya. Brakk~ Glen dan Henry terkejut saat pintu dibuka dengan kasar oleh Ashley. Melihat wajah Ashley yang suram, Henry langsung keluar dan meninggalkan kedua pasangan itu. “Glen kenapa kau tidak konfirmasi padaku soal jam belajarku?” tanya Ashley to the point. “Kenapa? Gurumu yang mengusulkan. Aku kira dia sudah berbicara denganmu,” ucap Glen. Ashley mempoutkan bibirnya kesal. “Pokoknya aku tidak mau kalau jam belajarku ditambah!” kesal Ashley sembari menghentakkan kakinya kelantai. Glen kemudian menarik tubuh Ashley untuk duduk dipangkuannya. “Kau mulai nakal ya,” bisik Glen sembari mengecup tubuh Ashley yang menurutnya sangat candu. Tanpa sengaja, Ashley melihat setumpuk berkas yang berceceran diatas meja kerja Glen. Ia mencoba memperhatikan dengan seksama tulisan di berkas itu. “Bailey”. Ya, nama keluarganya tertulis dengan jelas disana. “Apa itu?” tanya Ashley sembari menunjuk berkas dengan dagunya. Glen menoleh. “Ini?” Pria itu kemudian mengambil salah satu kertas dan memberinya pada Ashley. “Harta keluarga Bailey,” bisik Glen. “Kalau Ayahmu tidak serakah maka hidupmu tidak akan seperti ini Ashley,” ucap Glen. Tubuh Ashley bergetar. Tak disangka, keluarga nya memiliki banyak harta yang jika dijumlahkan sanggup untuk menghidupi hingga 7 turunan keluarga mereka. “Lalu kenapa bisa habis dalam waktu sesingkat ini?” batin Ashley. “Kau tahu, kau memang anak tunggal dari Ayah dan Ibumu. Tapi sebenarnya Ayahmu memiliki 1 anak lagi dari selingkuhannya,” jelas Glen. Mendengar itu, Ashley semakin terkejut. Matanya membulat karena tak percaya. “Apa maksudmu?” tanya Ashley cepat. “Kau jangan naif hingga berfikir bahwa Ayahmu adalah seorang Suami yang baik. Dia memang baik padamu, tapi pada Ibumu?” Glen kemudian mengambil secarik foto berisikan laki-laki tampan didalamnya. “Siapa ini?” tanya Ashley. “Zike Bailey,” ucap Glen cepat. “D-dia adalah Saudaraku?” tanya Ashley dengan terbata-bata. Ia menutup mulutnya tak percaya. Air matanya mulai mengalir dari pelupuk matanya. “K-kenapa ayah setega ini,” gumam Ashley. Wanita itu langsung mengobrak-abrik berkas diatas meja kerja Glen dan mencari lebih dalam lagi tentang keluarganya. “Pantas saja dulu ia jarang sekali pulang untuk menemuiku,” batin Eve. Ia terus membaca satu demi satu berkas berisikan keluarganya hingga ia mendapat beberapa bukti pembelian Mansion mewah atas nama seorang Wanita. Kylie Fernandez. Ia juga mendapat kartu pengenal dari wanita bernama Kylie itu. Wanita itu adalah Istri simpanan Ayahnya yang memiliki darah inggris dan spanyol. “Ayah berkata ia berbisnis diluar negeri. Ternyata ini bisnis yang selama ini disembunyikan!” geram Ashley. Tangis gadis itu pecah. Ia kehilangan kendali. Ia menangis sejadi jadinya saat mengetahui kebenaran tentang Mendiang Ayahnya. Ia terduduk lemas dilantai dan mengacak kepalanya frustasi. Glen tak berkutik. Ia membiarkan Istrinya itu melampiaskan semua kemarahan dan kekesalannya. “Kau harus selalu ingat bahwa tidak ada yang bisa dipercaya didunia ini kecuali diri sendiri,” ucap Glen. Ashley menoleh. Ia menatap Glen dengan matanya yang sembab. “Termasuk kamu?” tanya Ashley. Glen mengeluarkan smirk tajamnya. Ia kemudian membantu Ashley berdiri dan membawanya duduk di sofa. “Kau hanya perlu patuh denganku dan mendengarkan semua perkataanku. Maka hidupmu akan aman,” jelas Glen sembari menatap dalam wajah Ashley dengan penuh keyakinan. Ashley mengangguk. “Bantu aku mencari mereka,” ucapnya tiba-tiba. Glen terdiam. “Bantu aku mencari selingkuhan Ayahku.” “Sekaligus Saudara tiriku,” lanjut Ashley. “Aku ingin merebut kembali semua hakku dan hak Ibuku!” geram Ashley. Glen mengangguk. Ia kemudian memanggil Henry untuk masuk. “Cari tahu dimana keberadaan Kylie dan Putranya. Saya tunggu hasilnya besok,” ujar Glen. Henry mengangguk kemudian pergi meninggalkan ruangan itu. Suasana hening. Ashley memilih untuk tenggelam didalam pikirannya sembari sesekali membaca dokumen yang membuatnya membenci Ayahnya. Sementara Glen, ia sedang menyelesaikan pekerjaannya. Hari mulai larut, Glen mengajak Ashley untuk kembali kekamar. “Apa kau benar-benar akan melindungiku, Glen?” tanya Ashley. “Ya. Maka dari itu kau harus patuh padaku,” ujar Glen. Ashley kemudian mengecup bibir tebal Suaminya itu dan mengalungkan tangannya dileher suaminya. Dengan cepat, Glen mengangkat tubuh Ashley dan menggendongnya keranjang. “Aku menginginkanmu,” bisik Glen. Jantung Ashley berdebar cepat. Ini sudah lewat sebulan sejak pernikahannya dan mereka belum pernah melakukan itu layaknya suami istri. Setiap Glen mengajak, Ashley selalu menolak karena masih takut dengan hal itu. Ashley tak bergeming. Ia langsung mencium Glen dengan ganas. Glen yang melihat itu tersenyum kecil dan langsung mengambil kendali tubuh Ashley. “Kuharap kau tidak menyesalinya Gadis kecil.”Alfredo langsung melajukan mobilnya kearah Rumah sakit terdekat. Sesampainya mereka dirumah sakit, Glen langsung menggendong tubuh Ashley masuk ke IGD. “Sebelah sini Pak,” ujar perawat sembari mengarahkan Glen keranjang kosong. “Cepat tangani dia,” ujar Glen. Perawat itu kemudian mengambil beberapa peralatan untuk mengobati luka Ashley. “Luka nya tidak parah. Hanya saja besok pasti akan membengkak,” ujar Perawat itu sembari membersihkan luka Ashley dan memberinya obat. “Rajin dikompres dengan air hangat saja agar bengkaknya mereda,” lanjutnya. Setelah itu, Henry mengurus administrasi dan mengambil obat pereda nyeri yang sudah diresepkan Dokter. “Pelan,” ucap Glen saat melihat Ashley hendak turun dari ranjang. “Ouch,” rintih Ashley. Melihat itu, Glen kembali mengangkat tubuh Ashleu dan membawanya kemobil. “Bukankan yang tadi itu Nona Ashley dan Tuan Glen?” ucap salah satu Perawat disana. “Ih pasti mereka berpacaran!” Glen tak memperdulikan itu dan tetap berjalan
“Tidak ada yang akan berani. Kalau ada aku akan memotong telinganya!” Glen langsung menyesap leher Istrinya hingga meninggalkan bekas. “Glen ini akan terlihat,” ujar Ashley panik. Glen tak menggubris. Mereka lanjutkan permainan mereka dengan panas diRuangan itu. “Sepertinya setelah ini kita harus membuat ruangan ini menjadi kedap suara,” bisik Alfredo. Henry pun hanya tersenyum paksa. “Ahh pelann Glennhh!” teriak Ashley saat Glen menarik rambutnya sembari terus membuat Gadis itu mendesah nikmat. Beberapa saat kemudian. “Sudah tidak ada suara apakah sudah aman?” bisik Alfredo pada Henry. “Diamlah,” ujar Henry sembari menyenggol tubuh Alfredo. Tak berselang lama, Justin kembali datang dengan membawa beberapa berkas ditangannya. “Apa Tuan dan Nona sudah tidak sibuk?” tanya Justin. “A-ah kau kembali saja lagi Tuan. Kami akan menghubungimu nanti,” ujar Henry gugup. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. “Alfred-“ Kata-kata Ashley terputus saat melihat Tuan Justin yang sedang menat
“Brengsek! Tidak tahuu terimakasih!” umpat Flora. Ia kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar hingga terdengar hampir diseluruh penjuru Mansion. “Wanita itu benar-benar semakin tidak tahu diri!” kesal Zico. “Sudahlah Kak,” ucap William. Disisi lain, Glen dan Ashley sedang rapat bersama para dewan direksi. “Tahun ini saya lihat jumlah anggaran yang digunakan semakin melonjak. Kerja kalian apa jika tidak bisa menekan anggaran hingga bisa melonjak seperti ini?” tanya Glen sembari membuka berkas yang diberikan Henry. “Dan juga saya dengar kerjasama dengan Max Company tertunda karena masalah anggaran. Apa betul?” tanya Glen. “Betul, Tuan,” jawab Frans. Glen pun memijit kepalanya pelan. “Begini saja, saya mau semua laporan keungan dikirim ke ruangan saya. Nanti saya yang akan memeriksanya sendiri,” ucap Ashley. Para dewan direksi pun langsung saling menatap dengan panik. “Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Ashley cepat. “T-tidak Nona. Saya akan antar secepatnya,” ujar Tuan J
“Apa yang terjadi dengan Ashley?” Glen tidak menjawab dan memilih untuk langsung menuju kamarnya. “Nyonya ketiga baik-baik saja Tuan. Hanya saja, ia sedikit kelelahan hingga tertidur dimobil,” ujar Henry menjawab pertanyaan Tuan Besar. Tuan Besar pun hanya mengangguk. Henry dan Alfredo kemudian pergi menuju Kamar Majikan mereka itu. “Aku ada tugas untuk kalian,” ucap Glen kepada Henry dan Alfredo. “Aku dengar William memulai Proyek kerjasamanya dengan Slytzean Company. Aku mau kerjasama itu gagal,” ujar Glen. “Apa kau ingin membuat Slytzean bekerja sama dengan Cath Company?” tanya Alfredo. “Tepat sekali. Perusahaan itu sangat menguntungkan jika kita dapat bekerja sama dengan mereka,” ujar Glen. “Baik Tuan,” ucap Henry dan Alfredo bersamaan. Keduanya kemudian segera pergi meninggalkan Glen. Disisi lain, Zico dan William sedang berbincang bersama Ayah mereka diruang tengah. “Ayah, kau tidak benar-benar mencabut jabatan kami kan?” tanya Zico. “Ada atau tidaknya jaba
“Jadi kau akan mengabdikan sisa umurmu hanya untuk Gadis kecil itu?” tanya Henry cepat. “Belum tahu. Tapi saat aku menjaganya, aku merasa tenang. Aku seperti sedang menjaga mendiang Adikku sendiri,” jelasnya dengan wajah murung. ~ “Kemana kau akan membawaku?” tanya Ashley. “Diamlah, jangan banyak tanya,” ucap Glen. Ashley mempoutkan bibirnya karena tak mendapat jawaban dari Suaminya itu. “Mister apa kau tahu Suamiku akan membawaku kemana?” tanya Ashley pada Alfredo yang sedang menyetir mobil. “Tidak Nona,” jawabnya. Gadis itu mendengus kesal. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di sebuah Perusahaan besar yang berdiri megah ditengah kota itu. “Lama sekali aku tidak menginjakkan kaki ketempat ini,” gumam Ashley. Glen kemudian membawa Ashley turun dan memasuki Perusahaan itu. “Salam Tuan, Salam Nyonya,” sambut seorang Pria berpakaian formal yang menyambut kedatangan Glen dan Ashley. Pria itu adalah Direktur utama Perusahaan itu, ia bernama Frans. “Apa semuanya berjala
Deg~ jantung Flora seketika berhenti. Ia lupa bahwa video yang ia ambil itu berasal dari kamera yang ia pasang diam-diam di Ruang kerja Glen. Glen kemudian membawa Ashley untuk duduk. “Sepertinya saat aku tidak ada disini kalian banyak melakukan sesuatu terhadap Istriku ya,” gertak Glen. “Jangan banyak omong kau. Jelas-jelas Istrimu salah tapi kau masih membelanya!” geram Zico. “Sudah cukup! Tak bisakah kalian tak bertengkar terus?” lerai Tuan Besar. “Flora darimana kau dapat video itu? Disetiap ruang kerja dirumah ini dilindungi dengan privasi yang sangat tinggi! Tapi kau bisa mendapat Video itu bukankah berarti kau meninggalkan sesuatu disana?” “Dan juga, Ashley, Apakah benar Perhiasan yang kamu pakai adalah perhiasan Flora?” “Tidak Ayah! Itu adalah milikku. Itu hadiah dari Glen yang ia bawa dari luar negeri!” jelas Ashley. “Bohong! Perhiasan itu sangat terbatas dan butuh waktu lama untuk memesannya!” sela Flora. “Jadi kau meragukanku?” sahut Glen. “Jawab aku Flora
“Siapa yang berani memasang Kamera disini?!” “Tenang Nona. Saya akan menyelidiki nya,” ujar Alfredo. Ashley menghela nafas kasar. Ia kemudian duduk dikursi empuk milik Glen. Sementara Alfredo, ia pergi untuk mencari informasi tentang kamera itu. Tiba-tiba telepon berbunyi. Ashley : Halo? Glen : Kenapa susah sekali dihubungi? Ashley : Menurutmu? Glen : (terkekeh) Aku sudah mendengar semua tentang situasi disana. Bagaimana? Apakah menyenangkan? Ashley : Are you seriously? Kenapa kau juga bertanya hal tidak masuk akal seperti itu Glen : Kau sepertinya sedang kesal. Ada apa? Ashley : Ada yang memasang kamera tersembunyi di ruang kerjamu. Tapi aku belum bisa memastikan siapa pelakunya Glen : Sepertinya kemampuanmu meningkat. Tidak sia-sia aku mendidikmu Ashley : Diamlah dan segera kembali. Aku muak berlama-lama disini Glen : Tentu. Aku tahu kau sangat merindukanku Ashley : Kau ini pede sekali ya? Sudahlah. Aku harus mengurus beberapa hal. Bye Ashley kemudian
“Kakak, kenapa kau langsung menuduh ku? Memangnya kau melihatku memasukkan racun itu? Dan lagi, yang memasak bukan aku. Lalu kenapa kau menuduh aku tapi tidak menuduh Bibi yang memasak?” Tiba-tiba Bi Grace datang karena dipanggil oleh Asisten Tuan Besar. “Ada apa ini Nyonya?” tanya Bi Grace kebingungan. “Apa kau meracuni Nyonya Pertama?” tanya Ashley. “Hah, mana mungkin saya melakukannya Nyonya. Tuan Besar, Tuan Muda, tidak mungkin saya melakukannya. Saya sudah berpuluh-puluh tahun bekerja disini,” jelas Bi Grace dengan wajah panik. “Baiklah Bi. Kami hanya bertanya. Jangan cemas,” ucap Ashley mencoba menenangkan Bi Grace. Ashley kemudian menoleh kesamping seolah memberi tanda pada Alfredo yang berdiri dibelakangnya sejak tadi. Alfredo pun mendekat kearah Ashley. “Panggil Dokter pribadi Glen kemari,” bisik Ashley. “Ayah, kasihan Istriku. Ayah harus memberi keadilan untuk dia!” sahut Zico. “Kakak. Keadilan apa yang kau maksud? Apa kau masih menuduhku bahwa aku meracuni Is
“Aku harap kau tidak menjadi seperti Ayah. Aku tak apa jika kau ingin menikah lagi, tapi bicaralah terlebih dahulu kepadaku,” ucap Ashley pelan. Beberapa minggu kemudian. Setelah kelulusan Ashley, Glen kemudian mengangkat Mr. Alfredo menjadi Asisten pribadi Ashley. Ia juga langsung mengurus keberangkatannya keluar negeri termasuk mengurus kepindahan Ashley ke Mansion keluarga Moonstone. “Kau jangan berulah,” bisik Glen kepada Istrinya itu. Ashley melirik kearah 2 Saudara iparnya kemudian kearah Sang Mertua sebelum akhirnya mengangguk. “Kau ini sengaja menaruhku disini agar bisa menghadapi mereka kan?” bisik Ashley. Glen tersenyum. Ia mengecup pucuk kepala Ashley dan bibir mungil gadis itu. “Jaga dia,” ucap Glen pada Alfredo yang berada tak jauh dibelakang Ashley. “Hati-hati dijalan,” ujar Ashley sembari menatap punggung Glen yang mulai berjalan menuju mobilnya. Henry kemudian membukakan pintu untuk Glen dan menutupnya. Sebelum ia masuk, ia menunduk kearah Ashley. Ash