MasukCiuman Kaelan di dalam mobil mewah itu bukanlah sebuah gairah; itu adalah hukumanm, deklarasi perang yang meluap-luap. Bibirnya menekan Vera, brutal, dipicu oleh amarah dan kekaguman berbahaya atas keberanian Vera mengorek masa lalunya.
Namun, alih-alih panik, duri Vera merespons. Dia tidak membalas karena cinta...dia membalas untuk menunjukkan bahwa dia tidak akan didominasi. Dia mendorong lidahnya kembali, melawan dominasi Kaelan dengan intensitasnya sendiri. Respon Vera yang menantang itu membuat Kaelan menarik diri dengan tajam, napasnya tersentak. Matanya gelap, menatap Vera yang bibirnya bengkak. Konflik di wajahnya jelas: dia terkejut karena kehilangan kendalinya. Vera segera merebut kendali psikologis kembali. Dia merapikan rambutnya yang berantakan. "Apakah itu pembalasan yang Anda maksud,Tuan Sterling?" tanya Vera, suaranya kembali stabil dan tajam. "Lumayan. Tapi gairah membuat Anda ceroboh. Itu tidak membuat saya takut. Sekarang, kemudikan mobil ini. Saya lelah." Vera menolak mengakui itensitas ciuman itu, menganggapnya hanya sebagai aksi yang gagal. Kaelan hanya menatapnya, bibirnya mengeras. Dia menyalakan mobil, tetapi keheningan di mobil itu kini jauh lebih berbahaya daripada amarah tadi. Setibanya di Sterling Manor, ketegangan mengikuti mereka seperti bayangan. Mereka memasuki aula marmer yang dingin, dan Vera tidak menyia-nyiakan kesempatan. "Saya berhak atas imbalan," kata Vera, menghentikan langkah Kaelan tepat di ambang pintu tangga besar. "Saya melakukan akting sempurna di depan para Dewan Bisnis. Anda mendapatkan wajah yang Anda inginkan. Sekarang, saya menuntut bayaran. Bukankah saya sudah mengatakan,ini tidak gratis." Kaelan berbalik, wajahnya tanpa emosi. "Kau sudah mendapatkan hidupmu. Itu bayaran yang lebih dari cukup." "Tidak," balas Vera dingin. "Bayaran saya adalah informasi. Anda bereaksi terhadap nama Reynard. Anda bereaksi terhadap masa lalu Anda. Itu kelemahan, dan karena saya telah menemukan kelemahan Anda, saya menuntut akses penuh ke catatan bisnis lama yang Anda ambil dari kantor saya. Saya akan membantu Anda melindunginya." Kaelan meraih Vera, menariknya ke samping, jauh dari pandangan pengawal yang berdiri di kejauhan. Genggaman kali ini tidak posesif, melainkan penuh peringatan. "Kau benar-benar tidak mengerti batasannya, bukan,Vera? Aku bisa memaafkanmu karena menginjak kakiku, atau mencuri chip murahan. Tapi kau tidak akan pernah, dengar aku baik-baik, tidak akan pernah menyentuh masa laluku." Ancaman itu diucapkan dengan ekspresi yang mengerikan. Vera menatap matanya yang dipenuhi rasa sakit lama dan kemarahan yang membara. Untuk pertama kalinya, Vera melihat sekilas kerentanan Kaelan, dan itu memberinya kekuatan baru. "Anda takut. Itu bagus. Karena saya tidak. Jika Anda ingin permainan ini, Anda butuh saya, Kaelan. Bukan sebagai istri di ranjang, tetapi sebagai perisai dan strategi di meja perang." Kaelan melepaskan Vera, tetapi cengkraman pada ancaman tetap kuat. Dia menatap Vera, dan Vera tahu Kaelan sedang berpikir. Vera bukan hanya seorang istri...dia adalah variabel yang tidak terduga dan sangat berharga. "Kau benar,"ujar Kaelan, suaranya kembali ke nada CEO yang dingin dan tanpa cela, seolah-olah perdebatan intens barusan tidak pernah terjadi. "Aku membutuhkanmu. Kau adalah strategist terbaik yang pernah aku lihat, dan kau memiliki kemampuan untuk melihat kelemahan.... termasuk kelemahanku." Vera merasa menang, tetapi tetap waspada. Dia tidak boleh menunjukkan euforia. "Jadi?" tanya Vera, mengangkat alisnya. "Apa tawaran Anda, Tuan Sterling? Kontrak pernikahan kita tidak mencakup konsultasi strategis." "Aku menawarkan kontrak sementara,"tegas Kaelan. "Kau akan menggunakan keahlianmu untuk membantu menghancurkan Reynard dan membersihkan sisa-sisa yang mengancamku. Sebagai imbalannya, kau akan memiliki proteksi penuh, dan kau akan mendapatkan sesuatu yang kau hargai lebih dari uang." Vera tersenyum tipis. Ini adalah perang yang ingin ia menangkan. "Saya tidak tertarik pada uang, Kaelan. Saya tertarik pada kelemahanmu,saya tahu saya tidak bisa melakukannya secara diam-diam,jadi saya melakukannya di depanmu. Akses ke perpustakaan pribadi Anda. Di sana Anda menyimpan semua rahasia yang tak pernah tersentuh." Kaelan mencondongkan tubuh, matanya menelisik. Itu adalah permintaan yang sangat beresiko, menunjukkan bahwa Vera mencari alat untuk menjatuhkannya. Namun, Kaelan mengangumi keberaniannya. "Permintaan yang berani. Aku setuju. Tapi kau harus tahu, perpustakaan itu adalah jantung bentengku. Akses terbatas. Jika kau mengkhianati kepercayaan ini, aku tidak akan hanya mematahkan dirimu. Aku akan merobek hatimu." Mereka berjabat tangan. Kaelan hanya menatapnya, dan Vera membalas tatapan itu... perjanjian itu disegel dalam keheningan yang penuh ancaman. Perang du antara mereka tidak berakhir, ia baru saja mendapatkan sekutu yang paling berbahaya. Malam itu, Vera berdiri di depan cermin kamar mandi, mencoba melepaskan anting mutiara yang dipinjamkan Kaelan sore itu. Tangannya gemetar, bukan karena ketakutan, tetapi karena sisa adrenalin dari ciuman di mobil dan kesepakatan barusan. Tiba-tiba, ia menyentuh bekas memar samar yang ia dapatkan saat penculikan, dekat tulang selangka, yang ia sembunyikan dengan riasan. Pintu kamar mandi terbuka, dan Kaelan berdiri di sana, hanya mengenakan robe sutra hitam. Dia melihat pantulan Vera di cermin, dan matanya tertuju pada memar yang tidak sepenuhnya tertutup riasan. Kaelan bergerak mendekat. Vera kaku. Siap melawan. Namun, alih-alih menyerang, Kaelan meraih dagu Vera, menolehkan wajahnya. Dia menyentuh memar itu dengan ujung jarinya, gerakannya sangat lembut. "Kau menyembunyikan ini? Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Vera. Aku tidak suka asetku terlihat rusak. Jangan di tutup dengan riasan lain kali,itu akan membuatnya semakin sakit." Kaelan mengeluarkan kotak P3K kecil dari lemari, mengambil salep, dan dengan gerakan lembut serta tanpa emosi, ia mengoleskannya pada memar Vera. Kelembutannya yang tiba-tiba ini lebih mengganggu daripada ancaman. Kaelan selesai, menjauhkan tangannya. Mata mereka bertemu di cermin. "Jangan salah paham. Aku membutuhkanmu dalam kondisi prima. Sekarang, tidurlah. Jarak antara kita akan semakin menipis. Kau tidak bisa lari dari fakta itu." Kaelan mematikan lampu, meninggalkan Vera di kegelapan kamar yang luas, kaku karena sentuhan lembut Kaelan yang terasa seperti racun baru dalam permainan mereka. Pagi berikutnya, Kaelan membawa Vera ke ruang kerjanya yang gelap dan mewah. Di atas meja mahoni, terhampar berkas-berkas yang berhubungan dengan Reynard... musuh lama yang menjadi kunci kelemahan Kaelan. "Inilah tugas pertamamu, Nyonya Sterling," kata Kaelan, mendorong berkas itu ke hadapan Vera. "Gunakan otakmu, gunakan ke ahlianmu. Cari tahu apa yang disembunyikan Reynard yang bisa menghancurkanku. Dan hancurkan dia lebih dulu." Vera mencondongkan tubuh, mengambil berkas itu, merasakan gairah kerja yang sudah lama ia rindukan. Namun, kali ini, ia melakukan ini bukan untuk perusahaannya, tetapi untuk sekutu berbahaya. "Sebagai balasan dari kontrak ini, saya ingin pengakuan. Saya ingin Anda mengakui bahwa Anda membutuhkan saya, Kaelan." Kaelan tersenyum, senyum yang bukan ancaman murni, melainkan campuran kekaguman dan rasa memiliki. "Aku selalu membutuhkanmu, Vera. Sejak pertama kali aku melihatmu melawan. Kau adalah bagian dariku sekarang." Kaelan berjalan mengitari meja, mengehentikan langkah di belakang Vera. Dia meletakkan kedua tangan di kursi Vera, membungkuk hingga bibirnya berada di dekat telinga Vera. "Aku tidak akan menyegel perjanjian kita dengan jabat tangan kaku. Itu membosankan. Perjanjian kita... disegel dengan gairah." Dia memutar kursi Vera menghadapnya, dan kali ini, ciuman berbeda dari yang ada di mobil. Ciuman ini mengatakan: " Aku melihatmu, aku menginginkanmu di sisiku." Vera membalas ciuman itu, tidak lagi melawan hasrat itu, tetapi mencampurnya dengan ambisinya untuk menggali rahasia pria ini. Kaelan menarik diri perlahan, tatapannya menyala. "Pergilah ke kantor lamamu besok. Tapi berhati-hatilah,dengan ini bahaya yang kau hadapi menjadi ganda."Vera sepenuhnya mengambil alih ruang kerja utama Kaelan. Dia tidak duduk di sofa; dia duduk di kursi Kaelan, dikelilingi oleh tablet dan proyeksi holografik data keuangan Lysander yang ia analisis.Kaelan berdiri di sisi meja. Dia tidak sedang bekerja; dia mengamati Vera, sesekali menyentuh bahunya atau merapikan helai rambut Vera yang jatuh. Dia adalah asisten pribadi yang posesif.Vera,sambil mengetuk-ngetuk layar. "Kau tahu?Arus kas Lysander ini terlalu bersih. Menjijikkan. Dia menyembunyikan uang operasionalnya di tempat yang sangat terenkripsi. Berikan aku akses server lama Ayahmu. Aku butuh keyboard lama."Kaelan membungkuk, wajahnya mendekat ke leher Vera. Dia tidak bergerak untuk mengambil keyboard itu; dia mencium leher Vera terlebih dahulu."Aku tidak bisa menahan diri. Kau terlalu seksi saat berkuasa, Vera. Setiap kali kau memerintahku, aku ingat mengapa aku butuh kau. Ambisimu membuatku gila.""Astaga, Kaelan. Aku sedang menghitung arus kas, bukan berkencan. Ambil keyboard
Vera terbangun di ranjang Kaelan. Keheningan tebal menyelimutinya. Masih ada aroma samar mesiu di udara. Matahari pagi menyentuh tirai beludru. Ia bergerak sedikit, merasakan lengan Kaelan yang posesif melingkari pinggangnya. Semalam, mereka adalah prajurit yang brutal; pagi ini, Kaelan hanyalah seorang pria yang tidur lelap, kelelahan, dan sedikit memar di pelipisnya.Melihat memar itu, naluri keibuannya…atau lebih tepatnya,naluri bawelnya…langsung aktif.Vera dengan hati-hati melepaskan diri dan bangkit. Ia kembali ke kamar dengan nampan sederhana: bubur hangat, teh, dan dua butir vitamin yang ia ambil dari kotak P3K. Kaelan membuka mata, ekspresi bingungnya dengan cepat digantikan oleh senyum posesif.“Kau tidak seharusnya bangun. Seharusnya kau berbaring di sisiku, di sini.” Suara Kaelan serak.Vera meletakkan nampan dengan tegas di meja samping. "Aku tidak seharusnya? Tuan Sterling, aku adalah perawatmu hari ini. Dan perawatmu bilang kau terluka dan kekurangan gizi. Jadi, kau aka
Kaelan dan Vera bergerak dalam keheningan yang brutal, menembus lapisan keamanan markas Reynard. Vila mewah itu ternyata menyimpan gudang bawah tanah milik keluarga Sterling yang terlupakan. Mereka mengenakan pakaian tempur gelap, senjata di balik pinggang. Mereka adalah unit kematian.Mereka menyusup ke ruang penyimpanan yang luas. Di tengah ruangan, di atas alas kaca yang berdebu, tergeletak Ikon Supremasi Keluarga Sterling... artefak yang terlebih kuno dan berharga. Tetapi di sekeliling artefak itu, Reynard telah menyimpan jebakan secara psikologis.Di dinding, pencahayaan sengaja diatur: serangkaian foto Kania yang tersenyum. Dan di tengah ruangan, ada rekaman suara lama yang memutar tawa Kania.Kaelan seketika berhenti, membeku. Aura dominasinya runtuh. Dia melihat masa lalunya menatapnya. Trauma yang disembunyikan selama lima tahun muncul ke permukaan.Vera berbisik, dengan suara tajam. "Kaelan! Jangan biarkan dia masuk ke kepalamu! Tidak sekarang!”Kaelan tidak merespons. Dia h
Kaelan dan Vera kembali ke Manor. Alih-alih merayakan kemenangan atau menyusun strategi, Kaelan membawa Vera langsung ke kamar mandi. Mereka berdua sama-sama kotor dan kelelahan, tetapi ada keheningan yang hadir di antara mereka.Kaelan duduk di tepi bak mandi. Dia mengambil kain basah dan mulai membersihkan bekas darah dan debu di wajah Vera. Gerakannya sangat lembut, sangat berbeda dari pria yang baru saja menembak musuhnya di pesta elit."Damai. Ya Tuhan,damai sekali. Aku seharusnya merasa takut, tetapi sentuhan Kaelan...sentuhan ini membuatku merasa aman. Keamananku bukan karena dia menjatuhkan bahaya, tetapi karena dia menyambut bahaya. Tapi karena dia menyambut bahaya itu bersamaku. Di tangannya, tidak ada lagi pengkhianatan, tidak ada lagi Reynard," batin Vera."Kau seharusnya membiarkan pengawalmu yang melakukan ini. Kau terluka juga." ucap Vera.Kaelan tidak menatap Vera, matanya fokus pada luka Vera. "Mereka tidak punya hak menyentuhmu. Tidak ada. Aku harus memastikan sendi
Lampu kristal megah di aula Grand Ballroom memantulkan kilau. Kilauan itu jatuh pada gaun Vera yang sederhana, yang kini kontras dengan perhiasan berlian hitam Kaelan yang mencolok. Rambut Vera disanggul tinggi, memperlihatkan tanda kepemilikan yang samar di bawah rahangnya... tanda yang kini terasa seperti lencana aliansi mereka. Kaelan, mengenakan tuksedo hitam pekat, tidak pernah melepaskan tangannya dari punggung Vera. Mereka adakah pusat perhatian. Pasangan yang paling berkuasa di ruangan itu. Mereka memproyeksikan persatuan yang brutal.Kaelan membimbing Vera melintasi ruangan. Di dekat bar, Reynard berdiri. Ekspresi Reynard yang semula sinis, seketika berubah menjadi terkejut dan marah saat melihat Vera. Reynard tidak menyangka Vera, yang ia rencanakan untuk dihancurkan, kini berada di sisi Kaelan sebagai aset yang di pamerkan.Reynard mendekat, senyum palsu terlihat tegang. "Kaelan. Aku tak menyangka kau berani membawa aset barumu ke tempat umum. Terutama setelah apa yang terj
Udara di gudang tua pinggiran kota terasa dingin,tajam, berbau karat dan debu. Lampu tunggal yang tergantung di atas kepala menciptakan bayangan panjang yang bergerak, menambah ketegangan. Ini adalah panggung yang Vera dan Kaelan siapkan untuk Lucas.Vera berdiri di tengah ruangan, mengerjakan pakaian sederhana yang menonjolkan tanda berlian hitam di lehernya... tanda kepemilikan Kaelan.Kaelan mendekat dari belakang, tangannya melingkari pinggang Vera. Dia mencium tengkuknya, sebuah klaim posesif yang didorong oleh rasa takut."Aku sungguh tidak suka kau berada di posisi ini. Aku tidak suka kau menjadi umpan. Kau adalah aset terpentingku, dan aku menempatkanmu dalam bahaya. Ini bodoh," bisik Kaelan."Obsesimu adalah kelemahanku, Kaelan, tetapi juga perisaiku. Aku tahu kau akan mengawasiku. Aku tahu kau tidak akan membiarkan Lucas menyentuhku. Dan itu membuatku jauh lebih aman daripada bersembunyi di kamarmu."Kaelan membalikkan tubuh Vera, matanya yang gelap mengunci pandangan Vera.







