MasukPintu tebal dari baja berlapisan kayu gelap itu terbuka. Vera melangkah masuk ke jantung Benteng Kaelan. Ruangan besar, dindingnya dipenuhi rak-rak buku langka dan arsip yang tersusun rapi. Namun, Vera tahu, yang paling berharga di sini bukanlah buku, melainkan rahasia. Udara terasa berat, dipenuhi aroma kulit tua dan pengkhianatan yang tersimpan lama.
"Aku tidak tahu kenapa kau mengizinkanku masuk terlalu dalam ke kehidupanmu, Tuan Sterling. Tapi aku mau tahu tentang dirimu,semuanya." Vera segera bergerak menuju bagian arsip yang tersembunyi. Dengan hak akses yang diberikan Kaelan, dia membuka salah satu laci arsip berlapis baja yang berisi berkas-berkas mengenai Reynard, musuh yang menjadi kelemahan Kaelan. Vera mulai bekerja, matanya yang tajam memindai data-data yang membeku. Di antara laporan keuangan dan dokumen hukum yang dingin, Vera menemukan sesuatu yang tidak pada tempatnya: sebuah foto lama yang diselipkan di dalam berkas Reynard. Foto buram itu menunjukkan Kaelan di masa muda, berdiri bersama seorang wanita yang wajahnya penuh luka, dan Reynard, yang terlebih jauh lebih muda, tersenyum sinis di latar belakang. Foto itu bukan hanya tentang bisnis; itu adalah bukti pengkhianatan pribadi yang melumpuhkan. Rasa ingin tahu Vera berubah menjadi empati yang pahit. "Kau terlihat sangat fokus,"suara rendah Kaelan tiba-tiba memenuhi ruangan. Vera tersentak, tetapi tidak menunjukkan kepanikannya. Kaelan berdiri di ambang pintu, bersandar santai, mengawasinya. Dia pasti sudah berada di sana beberapa waktu. "Sangat menarik melihatmu di sini. Kau terlihat sangat cantik saat sedang merencanakan kehancuranku, Vera," ucap Kaelan menyindir. Vera menyimpan foto itu dengan cepat, tetapi tatapan Kaelan sudah mengklaim pergerakannya. "Saya hanya melakukan tugas yang Anda berikan, Kaelan. Mencari kelemahan musuh Anda. Dan saya menemukan bahwa Reynard bukan hanya rival. Dia adalah luka lama. Kaelan tidak bergerak. Dia hanya memandang Vera dengan obsesi yang dalam. "Sentuh luka itu. Gali lebih dalam. Tapi ingat: setiap rahasia yang kau temukan, kini menjadi tanggung jawab kita berdua. Dan setiap kali kau mendekati rahasia itu, kau akan semakin terikat padaku." Penemuan foto lama itu telah membuka zona bahaya baru. Kaelan menyadari Vera kini tidak hanya memiliki informasi bisnis, tetapi juga kunci emosional untuk menghancurkannya. Sebagai respons tak terduga, ia memperketat cengkraman pribadinya. Siang itu, Kaelan mengirimi Vera serangkaian perhiasan... bukan hadiah, melainkan rantai emas. Di antaranya adalah sebuah kalung choker tebal dengan ukiran lambang keluarga Sterling yang rumit. "Ini bukan aksesoris, Vera. Ini adalah tanda. Kau adalah Nyonya Sterling. Kenakan itu setiap kali kau berada di luar kamar ini," perintah Kaelan saat mereka bersiap untuk makan malam bisnis pribadi dengan beberapa kolega. Vera menatap kalung itu, marah. " Saya bukan aset Anda untuk dipamerkan. Ini adalah rantai, Kaelan." "Benar," balas Kaelan dingin. " Kau terlihat di rantai. Itu mengingatkanku bahwa kau adalah milikku... bukan milik perusahaan ayahmu yang busuk." Kaelan mendekat, menarik rambut Vera ke samping dan memasangkan choker itu di lehernya. Sentuhannya terasa posesif dan dingin, tetapi ada sedikit getaran yang tidak disengaja. "Peraturan baru, Sayang. Kau akan berada dalam radius sepuluh langkah dariku di setiap acara. Tidak ada percakapan pribadi. Tidak ada senyum yang tidak kuminta. Kau adalah asetku yang dijaga ketat." Vera tahu perlawanan fisik hanya akan membuang energi. Dia mengubah taktiknya. Dia menyentuh choker itu, tersenyum sinis. "Baik. Tapi jika saya adalah aset Anda, maka saya harus memiliki nilai lebih. Semua orang tahu Nyonya Sterling dibeli mahal. Jadi, sebagai gantinya, saya menuntut pertemuan satu jam setiap malam untuk membahas hasil riset saya. Tidak ada pengawal. Hanya kita berdua. Itu adalah harga kepemilikan Anda. Kaelan menatap Vera. Dia terpesona. Vera tidak melawan aturannya, dia menggunakannya untuk mendapatkan waktu berdua yang berharga... berbahaya... dengan Kaelan. "Permintaan yang bagus," Kaelan akhirnya mengangguk. "Aku suka duri yang menuntut. Batasan telah ditetapkan. Sekarang, tunjukkan pada mereka mengapa aku mempertaruhkan segalanya untuk lehermu." Perjanjian baru mereka telah disepakati. Vera mendapatkan waktu yang strategis, dan Kaelan mendapatkan tampilan yang ia obsesikan. Vera telah menghabiskan malam itu dan pagi hari berikutnya memilih-milih berkas Reynard. Dia menemukan titik lemah Reynard terletak pada sebuah perusahaan aset tersembunyi yang segera akan dijual. Untuk menghentikannya, Vera harus mengonfirmasi detail dengan kontak lama yang hanya bersedia bertemu di luar Sterling Manor. Vera menghampiri Kaelan di ruang kerjanya. Kalung choker yang Kaelan pakaikan terasa dingin di lehernya. "Saya butuh keluar," kata Vera, langsung ke intinya. "Reynard akan menjual aset kunci besok. Saya harus bertemu Tuan Aris, kontak lama saya, untuk mendapatkan akses ke database mereka malam ini. Dia tidak akan masuk ke benteng Anda." Kaelan mendongak dari mejanya, tatapannya tajam dan menolak. "Jawabannya tidak. Kau adalah target bernilai tinggi, Vera. Kau akan tetap di sini, di mana aku bisa menjamin keamananmu." "Anda menjamin keamanan saya, atau kepemilikan Anda?" Vera menantangnya. "Anda bilang saya adalah aset yang harus digunakan, bukan boneka yang dipamerkan. Jika Anda menyembunyikan saya di sini, kita kehilangan aset itu, dan kita kalah dari Reynard. Mana yang Anda inginkan, Kaelan? kemenangan strategis, atau ego yang lemah?" Vera memancingnya, menyentuh titik terlemah Kaelan: kemauan untuk menang dan keengganan untuk terlihat lemah. Mata Kaelan menyala. "Baik," Kaelan menghela napas, suaranya dipenuhi amarah yang tertahankan. "Kau pergi. Tapi kau tidak sendirian. Liam dan lima orang akan mengawasimu di setiap sudut. Dan kau akan mengenakan alat pelacak yang akan bergetar jika kau keluar dari radius pandanganku." Kaelan kemudian berdiri, berjalan cepat ke arah Vera. Dia mengangkat tangan, bukan untuk menyakiti, tetapi untuk meletakkan jari di choker Vera. Dia menciumnya, ciuman singkat di dahi dengan peringatan posesif. "Kau berani, Vera. Dan aku menghargai itu. Tapi jika sehelai rambutmu jatuh, aku akan menghancurkan Reynard, dan kemudian aku akan menghukummu karena membuatku khawatir." Vera hanya mengangguk, hatinya berdebar kencang. Itu adalah ciuman peringatan, sekaligus ciuman izin yang pahit. Dia berbalik dan melangkah keluar, menyadari dia kini adalah aset yang berani baru saja mendapatkan kebebasan bersyarat. Untuk pertama kalinya, Vera melihat gerbang benteng Kaelan terbuka untuknya. Vera bertemu dengan Tuan Aris, kontak lamanya, di sudut tersembunyi sebuah kafe mewah. Tangan Vera dingin, tetapi pikirannya bergerak cepat, menyerap informasi tentang aset Reynard. Di bawah jaketnya, dia merasakan alat pelacak Kaelan bergetar sedikit... pengingat bahwa dia hanya beberapa ratus meter dari suaminya yang mengawasi. Tiba-tiba,suara tembakan teredam terdengar dari luar. Meja-meja terbalik, dan orang-orang berteriak. Sial. Jebakan. Vera segera mendorong Tuan Aris ke bawah meja. Dia tidak panik; ia mengingat pelatihan pertahanannya. Dia melihat dua pria besar berjas hitam berjalan lurus ke arahnya,mata mereka tertuju pada kalung choker yang diberikan Kaelan. "Nyonya Sterling yang baru. Hadiah Tuan Reynard," ujar salah satu pria itu sinis, tangannya meraih tangan Vera.Vera sepenuhnya mengambil alih ruang kerja utama Kaelan. Dia tidak duduk di sofa; dia duduk di kursi Kaelan, dikelilingi oleh tablet dan proyeksi holografik data keuangan Lysander yang ia analisis.Kaelan berdiri di sisi meja. Dia tidak sedang bekerja; dia mengamati Vera, sesekali menyentuh bahunya atau merapikan helai rambut Vera yang jatuh. Dia adalah asisten pribadi yang posesif.Vera,sambil mengetuk-ngetuk layar. "Kau tahu?Arus kas Lysander ini terlalu bersih. Menjijikkan. Dia menyembunyikan uang operasionalnya di tempat yang sangat terenkripsi. Berikan aku akses server lama Ayahmu. Aku butuh keyboard lama."Kaelan membungkuk, wajahnya mendekat ke leher Vera. Dia tidak bergerak untuk mengambil keyboard itu; dia mencium leher Vera terlebih dahulu."Aku tidak bisa menahan diri. Kau terlalu seksi saat berkuasa, Vera. Setiap kali kau memerintahku, aku ingat mengapa aku butuh kau. Ambisimu membuatku gila.""Astaga, Kaelan. Aku sedang menghitung arus kas, bukan berkencan. Ambil keyboard
Vera terbangun di ranjang Kaelan. Keheningan tebal menyelimutinya. Masih ada aroma samar mesiu di udara. Matahari pagi menyentuh tirai beludru. Ia bergerak sedikit, merasakan lengan Kaelan yang posesif melingkari pinggangnya. Semalam, mereka adalah prajurit yang brutal; pagi ini, Kaelan hanyalah seorang pria yang tidur lelap, kelelahan, dan sedikit memar di pelipisnya.Melihat memar itu, naluri keibuannya…atau lebih tepatnya,naluri bawelnya…langsung aktif.Vera dengan hati-hati melepaskan diri dan bangkit. Ia kembali ke kamar dengan nampan sederhana: bubur hangat, teh, dan dua butir vitamin yang ia ambil dari kotak P3K. Kaelan membuka mata, ekspresi bingungnya dengan cepat digantikan oleh senyum posesif.“Kau tidak seharusnya bangun. Seharusnya kau berbaring di sisiku, di sini.” Suara Kaelan serak.Vera meletakkan nampan dengan tegas di meja samping. "Aku tidak seharusnya? Tuan Sterling, aku adalah perawatmu hari ini. Dan perawatmu bilang kau terluka dan kekurangan gizi. Jadi, kau aka
Kaelan dan Vera bergerak dalam keheningan yang brutal, menembus lapisan keamanan markas Reynard. Vila mewah itu ternyata menyimpan gudang bawah tanah milik keluarga Sterling yang terlupakan. Mereka mengenakan pakaian tempur gelap, senjata di balik pinggang. Mereka adalah unit kematian.Mereka menyusup ke ruang penyimpanan yang luas. Di tengah ruangan, di atas alas kaca yang berdebu, tergeletak Ikon Supremasi Keluarga Sterling... artefak yang terlebih kuno dan berharga. Tetapi di sekeliling artefak itu, Reynard telah menyimpan jebakan secara psikologis.Di dinding, pencahayaan sengaja diatur: serangkaian foto Kania yang tersenyum. Dan di tengah ruangan, ada rekaman suara lama yang memutar tawa Kania.Kaelan seketika berhenti, membeku. Aura dominasinya runtuh. Dia melihat masa lalunya menatapnya. Trauma yang disembunyikan selama lima tahun muncul ke permukaan.Vera berbisik, dengan suara tajam. "Kaelan! Jangan biarkan dia masuk ke kepalamu! Tidak sekarang!”Kaelan tidak merespons. Dia h
Kaelan dan Vera kembali ke Manor. Alih-alih merayakan kemenangan atau menyusun strategi, Kaelan membawa Vera langsung ke kamar mandi. Mereka berdua sama-sama kotor dan kelelahan, tetapi ada keheningan yang hadir di antara mereka.Kaelan duduk di tepi bak mandi. Dia mengambil kain basah dan mulai membersihkan bekas darah dan debu di wajah Vera. Gerakannya sangat lembut, sangat berbeda dari pria yang baru saja menembak musuhnya di pesta elit."Damai. Ya Tuhan,damai sekali. Aku seharusnya merasa takut, tetapi sentuhan Kaelan...sentuhan ini membuatku merasa aman. Keamananku bukan karena dia menjatuhkan bahaya, tetapi karena dia menyambut bahaya. Tapi karena dia menyambut bahaya itu bersamaku. Di tangannya, tidak ada lagi pengkhianatan, tidak ada lagi Reynard," batin Vera."Kau seharusnya membiarkan pengawalmu yang melakukan ini. Kau terluka juga." ucap Vera.Kaelan tidak menatap Vera, matanya fokus pada luka Vera. "Mereka tidak punya hak menyentuhmu. Tidak ada. Aku harus memastikan sendi
Lampu kristal megah di aula Grand Ballroom memantulkan kilau. Kilauan itu jatuh pada gaun Vera yang sederhana, yang kini kontras dengan perhiasan berlian hitam Kaelan yang mencolok. Rambut Vera disanggul tinggi, memperlihatkan tanda kepemilikan yang samar di bawah rahangnya... tanda yang kini terasa seperti lencana aliansi mereka. Kaelan, mengenakan tuksedo hitam pekat, tidak pernah melepaskan tangannya dari punggung Vera. Mereka adakah pusat perhatian. Pasangan yang paling berkuasa di ruangan itu. Mereka memproyeksikan persatuan yang brutal.Kaelan membimbing Vera melintasi ruangan. Di dekat bar, Reynard berdiri. Ekspresi Reynard yang semula sinis, seketika berubah menjadi terkejut dan marah saat melihat Vera. Reynard tidak menyangka Vera, yang ia rencanakan untuk dihancurkan, kini berada di sisi Kaelan sebagai aset yang di pamerkan.Reynard mendekat, senyum palsu terlihat tegang. "Kaelan. Aku tak menyangka kau berani membawa aset barumu ke tempat umum. Terutama setelah apa yang terj
Udara di gudang tua pinggiran kota terasa dingin,tajam, berbau karat dan debu. Lampu tunggal yang tergantung di atas kepala menciptakan bayangan panjang yang bergerak, menambah ketegangan. Ini adalah panggung yang Vera dan Kaelan siapkan untuk Lucas.Vera berdiri di tengah ruangan, mengerjakan pakaian sederhana yang menonjolkan tanda berlian hitam di lehernya... tanda kepemilikan Kaelan.Kaelan mendekat dari belakang, tangannya melingkari pinggang Vera. Dia mencium tengkuknya, sebuah klaim posesif yang didorong oleh rasa takut."Aku sungguh tidak suka kau berada di posisi ini. Aku tidak suka kau menjadi umpan. Kau adalah aset terpentingku, dan aku menempatkanmu dalam bahaya. Ini bodoh," bisik Kaelan."Obsesimu adalah kelemahanku, Kaelan, tetapi juga perisaiku. Aku tahu kau akan mengawasiku. Aku tahu kau tidak akan membiarkan Lucas menyentuhku. Dan itu membuatku jauh lebih aman daripada bersembunyi di kamarmu."Kaelan membalikkan tubuh Vera, matanya yang gelap mengunci pandangan Vera.







