Share

BAB. 5 Misi Penting

last update Huling Na-update: 2025-02-11 20:43:28

"Baiklah, kalau begitu! Opa memang punya tugas penting untukmu. Berhentilah menangis dan kembali lah duduk. Opa akan menjelaskan semuanya kepadamu," tutur Opa Bram kepada Zuri.

Gadis itu segera menyeka air matanya. Lalu kembali duduk di sofa.

"Maaf, Opa. Kalau boleh tahu, tugas penting apa yang Opa hendak sampaikan kepadaku?" tanya Zuri penasaran.

Opa Bram terlihat menghela napasnya. Tiga bulan telah berlalu sejak Edward kecelakaan. Namun sampai sekarang sang cucu masih saja seperti mayat hidup.

Hidup segan mati pun tak mau.

Semangat hidup Edward sepertinya telah hilang. Sang cucu hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan sepanjang waktu. Untuk itu Opa Bram menyuruh Edward untuk kembali ke Jakarta dan mengurusi satu perusahaan yang telah sang kakek percayakan kepadanya sebelumnya.

"Begini, Zuri ...." Opa Bram mulai menjelaskan semuanya kepada gadis itu, jika sang opa menginginkan Zuri untuk dapat membuat cucunya, Edward Kenneth jatuh cinta kepadanya.

"Opa ingin kamu membuat Edward jatuh cinta bahkan sampai tergila-gila kepadamu," tutur Opa Bram kepadanya.

"Apa?" kaget Zuri.

"Ta ... tapi, Opa. Sa ... saya tidak mengenal cucu Opa itu," tukas Zuri.

"Kamu tenang saja, Geri akan mengurus semuanya. Dia akan mengirimkan beberapa file ke emailmu tentang profil Edward dan semua hal yang terkait dengannya," seru Opa Bram.

"Maaf Opa, jika saya lancang. Memangnya apa yang terjadi sebenarnya dengan Tuan Muda Edward?" tanya Zuri penasaran.

Opa Bram kembali menghela napasnya. Lalu berkata,

"Ceritanya sangat panjang. Intinya Edward ditinggalkan oleh seorang gadis yang telah menjadi pacarnya selama dua tahun lamanya. Gadis itu berselingkuh dengan pesaing bisnis Edward." ucap Opa Bram menjelaskan.

"Wah, sungguh tragis kisah cintanya." tutur Zuri merasa kasihan dengan kejadian yang menimpa Edward.

"Bukan hanya itu saja, sang pacar dan selingkuhannya telah menipu Edward sehingga dia rugi banyak dalam pengerjaan satu proyek besar," tukas sang kakek lagi.

Semakin jatuhlah belas kasihan Zuri kepada cucu Opa Bram itu.

"Makanya, Opa meminta bantuanmu. Buat Edward jatuh cinta kepadamu."

"Memangnya Tuan Edward belum bisa melupakan gadis itu?" tanya Zuri semakin penasaran.

"Ya, begitulah. Edward malah telah menyuruh orang untuk mencari gadis itu. Dia terlalu naif memandang cinta sampai melupakan akal sehatnya. Makanya Opa menugaskanmu untuk menyadarkannya dan dapat melupakan gadis itu secepatnya."

Ta ... tapi, Opa. Bagaimana saya bisa membuat Tuan Edward jatuh cinta kepada saya? Sementara saya sendiri tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun selama ini," jujur Zuri kepada Opa Bram.

"Justru karena Opa yakin kamu bisa menaklukkan Edward, makanya Opa memilihmu."

Setelah berkata begitu, Geri segera menghampiri Zuri dan menyerahkan sebuah kunci apartemen kepada gadis itu.

"Ini kunci apartemen Anda, Nona." ujar Geri, lalu menyerahkan kunci

apartemen tersebut ke tangan Zuri.

"Kunci apartemen? Maksudnya apa, ya?" tanya sang gadis tak mengerti.

Lagi-lagi Opa Bram menyerahkan selembar amplop putih di hadapan Zuri.

"Kamu periksa sendiri," ucap sang opa.

Zuri lalu meraih amplop itu dan mengambil secarik kertas di dalamnya. Dia pun mulai membaca tulisan yang tertera di kertas itu.

Alangkah terkejutnya Zuri saat membaca isi kertas tersebut. Di dalamnya tertuang tentang kepemilikan sang gadis terhadap sebuah apartemen.

Zuri segera menatap ke arah Opa Bram yang sedang tersenyum kepadanya, seraya meminta penjelasan darinya. Sang opa yang mengetahui kegundahan hati gadis itu, segera berkata,

"Mulai hari ini, apartemen tersebut adalah milikmu. Pindahlah ke sana sekarang."

"Ta ... tapi Opa, apakah ini tidak berlebihan?"

"Berlebihan bagaimana

maksud kamu, Zuri. Menurut Opa ini adalah suatu hal yang wajar." ucap sang opa lagi.

"Cepat atau lambat, kamu akan menjadi cucu menantuku, Zuri!" gumam Opa Bram, dalam hatinya.

"Maksud aku, Opa telah melunasi semua utang-utang keluargaku. Kenapa Opa masih memberiku sebuah apartemen secara cuma-cuma? Ba ... bagaimana aku membayar semuanya, Opa?" tanya Zuri dengan wajah tegang dan gelisah.

"Ha-ha-ha. Kamu kok sepertinya sangat khawatir?" tukas sang opa.

"Yaiyalah, Opa. Karena aku tahu semua itu, jumlahnya sangat banyak. Terus terang aku tidak sanggup membayarnya. Maaf, Opa. Aku tidak bisa menerima apartemen dari Opa." seru Zuri lalu meletakkan kunci dan surat kepemilikan apartemen itu di hadapan Opa Bram.

Pria tua itu telah melunasi semua utang-utang keluarganya saja, Zuri sudah sangat bersyukur.

"Zuri Agnesha, kamu itu telah Opa anggap seperti cucu Opa sendiri. Kamu tidak memiliki utang apa-apa kepada Opa dan kamu tidak memiliki kewajiban apa pun untuk membayar semuanya kepada Opa.

Opa ikhlas membantumu," seru Opa Bram kepadanya.

"Hanya saja, kamu punya satu tugas penting dari Opa. Buat Edward Kenneth, cucu Opa jatuh cinta kepadamu. Itu saja, kok." tuturnya lagi, sambil kembali menyodorkan kunci apartemen dan segala macamnya kepada gadis itu.

"Ta ... tapi, Opa." Zuri mencoba untuk kembali mengelak.

"Opa tidak menerima penolakan darimu, Zuri. Kerjakan semua yang Opa katakan. Segeralah pindah hari ini. Geri akan mengurus semuanya."

"Ba ... baik, Opa." Dengan berat hati, Zuri menerima semua fasilitas dari Opa Bram.

"Jika tidak ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Geri akan mengantarmu. Opa juga mau beristirahat."

"Se ... semua sudah jelas, Opa. Saya permisi dulu."

"Good, hati-hati di jalan." ucap sang opa kepada Zuri.

"Geri, pastikan Zuri pindah ke apartemen hari ini. Penuhi semua kebutuhannya."

perintah sang opa kepada sang asisten.

"Siap, Tuan Opa. Kami permisi, dulu." Lalu keduanya pun meninggalkan ruang rawatan VVIP Opa Bram.

"Semoga rencanaku ini berjalan dengan baik, sehingga Edward dapat melupakan gadis yang telah mengecewakannya dengan cepat," harap Opa Bram dalam hatinya.

Geri dan Zuri saat ini sedang berada di dalam mobil. Keduanya sedang melakukan perjalanan. Di mana Geri sedang menyetir mobil menuju ke salah satu kawasan apartemen elit di daerah jakarta selatan.

Zuri mengedarkan

pandangannya dia merasa asing dengan arah jalan yang sedang dipilih oleh Geri. Gadis itu pun segera berkata,

"Lho, Asisten Geri. Kita pergi ke mana ini sebenarnya? Ini kan bukan jalan menuju ke tempat kost saya."

"Kita sedang menuju ke apartemen Anda, Nona. Semua atas perintah dari Tuan Opa," ucapnya menjelaskan.

"Apa? Tapi semua barang-barang pribadi saya masih berada di kost. Ada baiknya Anda putar balik dulu mobilnya, Asisten Geri. Kita ke kost saya dulu, baru kita kembali menuju ke apartemen," ucap Zuri.

Namun Geri yang terkenal garang itu, tidak sedikit pun menggubris omongan Zuri.

"Asisten Geri! Anda dengar nggak omongan saya?" tutur Zuri.

"Nona Muda, semua telah dipersiapkan dengan baik. Anda tenang saja," sahut Geri lalu membelokkan mobil ke area apartemen tersebut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 100 Akhir Bahagia Bersama Keluarga

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri dipenuhi kegembiraan. Liburan anak-anak telah tiba, dan janji Edward untuk membawa mereka keliling Kota London semakin mendekati kenyataan. Zuri tampak sibuk di kamar, mengemas barang-barang untuk perjalanan panjang mereka."Nasya, Sayang, jangan lari-lari! Kita akan berangkat sebentar lagi," ujar Zuri sambil tersenyum melihat putri bungsunya yang berlari-lari kecil di sekitar tempat tidur.Nasya, yang baru berusia tiga tahun dan duduk di playgroup, menghentikan langkahnya dan menatap Zuri dengan senyum lebar. "Mommy, Nasya boleh bawa boneka nggak?" tanyanya dengan mata berbinar-binar."Boleh, Sayang. Tapi cuma satu, ya? Jangan kebanyakan barang," sahut sang ibu.Sementara itu, di ruang tamu, Edward sedang membantu kedua anak laki-lakinya, Edzhar yang berusia tujuh tahun dan Ben yang berusia enam tahun, mengemasi mainan yang akan mereka bawa."Daddy, nanti di London kita naik bus tingkat, ya?" Edzhar bertanya sambil memasukkan mobil mai

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 99 Kelahiran Baby Nasya

    Sore yang mendebarkan,Saat sore menjelang, langit Jakarta memancarkan semburat jingga yang indah, namun hati Edward, sang CEO EK Corp terasa tak tenang. Baru saja dia selesai menandatangani berkas terakhir di kantornya ketika ponselnya berdering. Dengan cepat pria sibuk itu menjawab panggilan tersebut.Edward :”Hallo, Maid. Ada apa?”Maid :"Tuan, Nonya Zuri sudah dibawa ke rumah sakit. Sepertinya sudah waktunya melahirkan!" suara maid-nya terdengar di ujung telepon.Edward langsung berdiri, rasa panik mulai menyeruak di dadanya. “Baik, saya segera ke sana,” jawabnya sebelum memutus panggilan dari sang asisten rumah tangga. Pria itu lalu meraih jasnya dengan cepat, berlari menuju lift, dan segera melangkah ke mobilnya yang ada di parkiran.Perjalanan dari kantor Edward di kawasan pusat Jakarta menuju rumah sakit keluarga langganan keluarganya, biasanya memakan waktu lama karena kemacetan yang tak terelakkan. Namun, sore itu, keajaiban seolah berpihak kepadanya. Jalanan tampak lebi

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 98 Kabar Baik Untuk Semua

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri sangat tenang dan damai. Sinar matahari di hari Sabtu pagi menyelinap di antara dedaunan pohon yang rimbun, menerangi halaman rumah yang luas, termasuk kolam renang pribadi mereka. Di sana, Edward tampak sedang berenang dengan putra-putranya, Edzhar dan Jacob Benedict yang biasa dipanggil Ben yang juga telah dikaruniai oleh Tuhan kepada mereka dan ikut meramaikan keluarga kecil Edward dan Zuri.Edward dengan sabar mengajarkan kedua putranya cara berenang gaya bebas saat ini.“Lihat, Daddy! Aku bisa melakukannya!” teriak Edzhar, anak sulung mereka yang baru berusia lima tahun, sambil mencoba menggerakkan tangannya dengan gaya bebas.“Bagus, Nak! Teruskan! Ben, kamu juga harus mencoba, ya,” seru Edward sambil mengawasi kedua putranya dengan penuh perhatian.Ben yang masih berusia empat tahun mencoba mengikuti, namun gerakannya masih kaku. “Daddy, aku agak susah berenang, airnya malah masuk ke dalam hidungku,” rengek Ben sambil mengusap wa

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 97 Kejutan Dari Edward

    Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari istimewa bagi Zuri dan Edward. Tepat tujuh bulan sudah usia kandungan Zuri, dan mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan USG yang menunjukkan bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Hasil pemeriksaan itu membuat mereka semakin antusias untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Edward, yang selalu memperhatikan setiap detailnya, sudah lama merencanakan acara tujuh bulanan untuk merayakan momen istimewa ini. Acara tersebut digelar di ballroom hotel Fairmont, Jakarta, dengan dekorasi elegan dan suasana yang penuh kehangatan.Ballroom yang luas itu dihiasi dengan bunga-bunga berwarna putih dan biru pastel, mencerminkan tema kebahagiaan menyambut putra mereka. Di tengah ballroom, tampak panggung kecil dengan meja panjang yang dihiasi kue tujuh bulanan dan berbagai hadiah untuk Zuri. Para tamu mulai berdatangan, dan suasana semakin meriah dengan kehadiran keluarga dan teman-teman dekat pasangan ini.Zuri mengena

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 96 Penyesalan Edward

    Zuri terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, wajahnya terlihat pucat akan tetapi tampak lebih tenang setelah beberapa jam dirawat di UGD. Setelah dipastikan kondisinya stabil, tim dokter memutuskan untuk memindahkannya ke ruang perawatan yang berada di lantai atas. Keadaannya mungkin sudah lebih baik, namun kekhawatiran masih menggelayuti wajah setiap orang yang menunggunya di luar.Bunda Ayu, Opa Bram, Jemy, Mirah, dan Bobby sudah menanti dengan penuh harap di depan pintu ruang perawatan. Ketika perawat memberitahu bahwa mereka diperbolehkan masuk, Bunda Ayu segera melangkah masuk, diikuti oleh yang lainnya. Dengan langkah tergesa, Bunda Ayu menghampiri menantu kesayangannya yang masih terbaring di ranjang, sambil menggenggam erat tangan Zuri."Zuri, syukurlah kamu baik-baik saja, Nak," ucap Bunda Ayu dengan suara penuh kelegaan. “Bunda sangat khawatir tadi.”Zuri tersenyum lemah, akan tetapi senyum itu cukup untuk menenangkan hati Bunda Ayu. "Terima kasih, Bunda. Saya juga ber

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 95 Zuri Dilarikan Ke Rumah Sakit

    Jemy melangkah cepat di tepian Pantai Ancol, langkah-langkahnya teratur namun tegang. Dia memeluk tubuh Zuri yang pingsan dengan erat, tubuh perempuan itu terasa ringan di pelukannya, akan tetapi beban yang dirasakan Jemy di hatinya jauh lebih berat. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran. Untungnya Tadi, sebelum dia menggendong Zuri, dia sempat menelepon Bobby, yang juga merupakan sepupu Edward, yang baru saja selesai mengikuti rapat penting di gedung yang sama yang ada di area Pantai Ancol."Bobby, aku sudah menemukan keberadaan Zuri. Tapi dia sedang pingsan! Sekarang aku sedang menggendongnya, cepat siapkan mobil di parkiran. Kita harus segera ke rumah sakit!" Suara Jemy terdengar panik di telepon.Tanpa banyak bicara, Bobby langsung bergegas menuju parkiran dan menyiapkan mobilnya.Sesampai di parkiran, Bobby melihat Jemy datang dengan langkah cepat, Zuri berada dalam gendongannya. Bobby segera membuka pintu penumpang yang ada di belakang, memberikan ruang bagi Jemy untuk memasuk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status