Home / Romansa / OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU / BAB. 4 Menemui Opa Bram

Share

BAB. 4 Menemui Opa Bram

last update Huling Na-update: 2025-02-11 20:42:49

Seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun bernama Zuri Agnesha terlihat sedang berjalan tergesa-gesa di sebuah koridor rumah sakit ternama di kawasan Jakarta Selatan.

Pagi ini Zuri mendapatkan kabar jika Opa Bram, masuk rumah sakit. Membuat dirinya menjadi panik. Pasalnya, dia sangat dekat dengan orang yang telah tua renta itu.

Opa Bram sering sekali membantunya dan membantu keluarganya jika mereka kesulitan dalam hal keuangan.

Setelah berjalan agak lama, akhirnya Zuri sampai juga di depan ruang VVIP tempat sang opa sedang dirawat.

Gadis itu langsung disambut oleh Geri, Asisten pribadi dari Opa Bram.

"Selamat datang, Nona Zuri." sambut Geri hangat.

"Asisten Geri, bagaimana keadaan Opa? Aku sangat khawatir dengannya!" tutur gadis itu mencoba mengatur napasnya.

Bagaimana tidak, sejak dirinya meninggalkan kost-kosantnya, gadis itu terus saja berjalan cepat dengan setengah berlari. Untung saja dia tidak terlalu lama menunggu bis di halte. Sehingga akhirnya Zuri bisa sampai dengan cepat di rumah sakit.

"Silakan Anda masuk saja untuk memastikan keadaan Tuan Bram, Nona." seru sang asisten.

"Geri! Jangan bikin aku panik, deh!" kesalnya kepada asisten itu.

Namun Geri membalas kepanikan Zuri dengan tersenyum jenaka. Sejujurnya pria itu menaruh perasaan terpendam kepadanya. Namun apa daya, Tuan Bram punya misi khusus untuk sang gadis.

Tentu saja Geri yang hanya seorang asisten pasti kalah saing dengan Tuan Muda, Edward Kenneth.

Zuri pun segera masuk ke dalam ruangan mewah itu,

"Opa?" kaget Zuri saat melihat pria itu malah sedang duduk santai di sofa sambil membaca surat kabar langganannya, tak lupa secangkir kopi hangat juga tersedia di atas meja.

"Cucuku, Zuri. Akhirnya kamu muncul juga di hadapanku!" ucap sang opa lalu mulai meletakkan surat kabar itu di atas meja.

"Kemarilah, silakan duduk." perintahnya.

Zuri langsung menghembuskan napasnya lega melihat keadaan Opa Bram ternyata baik-baik saja dan kesal juga kepada sang opa karena telah mengarang cerita jika dirinya sedang sakit.

"Opa? Kok bilangnya Opa sedang sakit, sih? Bikin panik saja, deh!" Gadis itu pun mulai menunjukkan kekesalannya kepada Opa Bram.

"Ha-ha-ha. Namanya juga taktik perang. Lagian kalau Opa tidak mengatakan jika Opa sedang sakit, mana mau kamu menemui Opa. Iya kan?"

"A ... aku kan sibuk, Opa." alasannya.

"Sibuk apa kamu?" cecar Opa Bram.

"Minggu lalu aku baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan besar bernama EK Corp. Aku sangat bersyukur Opa!" serunya senang.

Zuri baru saja menamatkan kuliahnya beberapa bulan yang lalu dan telah di wisuda juga. Gadis itu tak pernah menyangka jika dirinya dan sang sahabat bernama Mirah, diterima sebagai karyawan baru di perusahaan raksasa itu.

"Oh, ya?" Senyum misterius dari bibir Opa Bram mulai terbit semakin merekah saat ini.

Semakin yakinlah pria tua itu untuk menugaskan Zuri menjalankan misi penting dan bersifat rahasia darinya.

"Iya, Opa."

"Terus hari ini, kamu kok bisa menjenguk Opa? Bukannya kamu mengatakan jika kamu telah bekerja?"

"Ya ampun, Opa? Hari ini kan hari Sabtu. Waktunya untuk libur bagi karyawan di Perusahaan EK Corp."

"Ha-ha-ha! Iya, ya? Hari ini hari Sabtu. Ternyata Opa sudah sangat tua dan mulai pikun." sedihnya.

Raut wajah sang Opa tiba-tiba menjadi suram bagaikan musim kemarau yang berkepanjangan kering dan kusam.

Hal tersebut tiba-tiba saja menggelitik rasa penasaran di hati Zuri.

"Opa, are you okay?" tanyanya kepada sang pria tua.

"Sebenarnya, Opa sedang tidak baik-baik saja, sekarang." serunya mulai mendramatisir keadaan.

"Lho kenapa, Opa? Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu pikiranmu?" tanya Zuri menunduk. Sepertinya gadis itu juga menyembunyikan satu hal besar di dalam hatinya.

Apalagi saat ini Opa Bram malah menatapnya dari tadi tanpa berkedip.

"Ya, tentu saja Opa sedang kalut saat ini. Opa sedang memikirkan kedua cucu Opa yang sedang menghadapi masalah yang pelik sekarang. Termasuk kamu!"

"Deg!" Jantung Zuri tiba-tiba berdegup kencang. Sepertinya kejadian disaat sang penagih utang mendatangi rumahnya di kampung telah sampai di telinga sang Opa.

"Apakah kamu yakin tidak menyembunyikan sesuatu kepada Opa?" selidiknya lagi.

Zuri hanya bisa diam. Dia tidak dapat mengatakan hal apa pun saat ini. Gadis itu sangat yakin jika sang opa telah mengetahui yang sebenarnya.

Beberapa hari yang lalu Zuri mendapatkan kabar dari ibunya yang berada di kampung jika para rentenir telah mendatangi rumah mereka.

Para penagih utang itu memberi jangka waktu sampai akhir bulan ini, kepada Bu Heni untuk membayar semua utang almarhum suaminya.

"Kamu memilih diam Zuri?" tutur Opa Bram.

"Ma ... maafkan aku, Opa. Maaf jika aku dan Ibu selalu menyusahkan Opa." sahut sang gadis.

Zuri pun semakin yakin jika Opa Bram ingin menemuinya karena ingin membantunya lagi.

Begitu berjasanya Opa Bram kepadanya dan sang ibu. Pria tua itu sering sekali meringankan beban keluarganya. Padahal Opa Bram tidak memiliki hubungan darah sedikit pun dengan keluarga.

Zuri pernah mendengar cerita dari ibunya. Jika almarhum Omanya berteman baik dengan Opa Bram. Dulu sebelum Oma meninggal, sang nenek pernah meminta kepada Opa Bram untuk menjaga kedua keturunannya.

Opa Bram sampai saat ini masih mengingat perkataan sang oma dan tetap memberi perhatiannya kepada Zuri dan ibunya.

"Kita adalah keluarga Zuri. Kamu harus ingat itu," tutur Opa Bram.

"I ... iya, Opa. Maafkan aku," isaknya tak tertahankan.

Sepertinya kali ini Zuri membutuhkan pertolongan Opa Bram. Utang-utang mendiang ayahnya begitu sangat banyak. Gadis itu tidak memiliki uang untuk melunasinya.

Lalu di atas meja, Opa Bram meletakkan sebuah kertas yang bertuliskan sejumlah uang yang bernilai fantastis.

Lalu berkata,

"Ambil lah dan Coba baca apa yang tertera di sana," ucap Opa Bram.

"Iya, Opa." Zuri lalu meraih kertas putih itu dan mulai membaca apa yang di tulis di sana.

Ternyata kertas itu berisikan surat perjanjian pelunasan utang yang telah dibayarkan oleh Opa Bram kepada para rentenir yang selalu menagih ibunya yang berada di kampung.

"O ... opa, sudah melunasi

semuanya?" seru Zuri tak percaya.

Tangisan gadis itu kembali pecah. Lalu dengan cepat dia bersimpuh di depan Opa Bram sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"Zuri! Apa yang kamu lakukan? Berdirilah. Opa bukanlah Tuhan yang patut disembah."

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasihku, kepada Opa karena telah banyak menolong keluargaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada ibu di kampung jika Opa tidak melunasi semuanya," isaknya lagi.

Opa Bram kembali tersenyum penuh misteri saat ini.

"Jadi kamu ingin membalas budi, Opa? Begitu maksudmu?"

"I ... iya, Opa. Apa pun yang Opa inginkan akan saya lakukan," ucapnya penuh harap.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 5 Misi Penting

    "Baiklah, kalau begitu! Opa memang punya tugas penting untukmu. Berhentilah menangis dan kembali lah duduk. Opa akan menjelaskan semuanya kepadamu," tutur Opa Bram kepada Zuri.Gadis itu segera menyeka air matanya. Lalu kembali duduk di sofa."Maaf, Opa. Kalau boleh tahu, tugas penting apa yang Opa hendak sampaikan kepadaku?" tanya Zuri penasaran. Opa Bram terlihat menghela napasnya. Tiga bulan telah berlalu sejak Edward kecelakaan. Namun sampai sekarang sang cucu masih saja seperti mayat hidup. Hidup segan mati pun tak mau. Semangat hidup Edward sepertinya telah hilang. Sang cucu hanya menghabiskan waktu bermalas-malasan sepanjang waktu. Untuk itu Opa Bram menyuruh Edward untuk kembali ke Jakarta dan mengurusi satu perusahaan yang telah sang kakek percayakan kepadanya sebelumnya. "Begini, Zuri ...." Opa Bram mulai menjelaskan semuanya kepada gadis itu, jika sang opa menginginkan Zuri untuk dapat membuat cucunya, Edward Kenneth jatuh cinta kepadanya. "Opa ingin kamu membuat Edwar

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 6 Apartemen Baru

    "Maksud Anda, apanya yang telah dipersiapkan?" Zuri masih saja tetap bertanya.Pasalnya Asisten Geri tetap melajukan mobilnya menuju ke sebuah apartemen dan tetap tidak mempedulikan omongan Zuri. Namun disaat mereka mulai memasuki area apartemen tersebut, dari kejauhan Zuri dapat melihat sahabatnya, Mirah sedang memerintahkan beberapa orang untuk menurunkan banyak kotak dari sebuah mobil box."Lho, Asisten Geri? Bukannya itu, Mirah?""Betul sekali, Nona." sahut Geri singkat."Terus, ngapain Mirah berada di sini?" tanya Zuri masih saja bingung dengan semuanya."Anda akan tinggal bersama Nona Mirah di apartemen. Semua juga berdasarkan perintah dari Tuan Opa," tutur Geri menjelaskan."Apa? Tapi kok bisa?" tanya Zuri tak menyangka, dia bisa tetap tinggal bersama Mirah, sahabatnya sejak di bangku kuliah.Mobil yang membawa Zuri akhirnya sampai juga di depan mobil box tersebut. Asisten Geri segera ke luar dari dalam mobil. Lalu membuka pintu mobil kepada Zuri."Silakan, Nona.""Terima

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 7 Salah Masuk Toilet

    Hari ini hari Sabtu, hari untuk bersantai ria bagi setiap karyawan. Tak terkecuali untuk Zuri dan Mirah.Saat ini keduanya sedang bersiap-siap untuk ke luar rumah.Mirah akan ke GBK untuk joging bersama teman-temannya. Sedangkan Zuri hendak ke bandara Soekarno Hatta, karena hari ini sahabatnya yang telah lama tinggal di luar negeri akan pulang ke Indonesia.Sang sahabat meminta Zuri untuk menjemputnya di bandara pagi ini."Zuri, gue cabut duluan, ya!" pamit Mirah kepadanya."Iya, Mir. Lo hati-hati, ya!" sahut Zuri kepada sahabatnya.Tak berapa lama, gadis itu pun melihat arloji di pergelangan tangan kirinya." Ya ampun! Aku hampir telat!" Dia pun bergegas ke luar dari unit apartemen miliknya, lalu masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai dasar.Untung saja taksi online yang Zuri pesan baru saja tiba di area parkiran."Selamat pagi, dengan Nona Zuri, benar?" sapa sang sopir taksi kepadanya."Iya, Pak. Saya Zuri. Kita bisa berangkat sekarang? Soalnya saya sangat buru-buru," sa

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 8 Bertemu Jemy

    "Sial! Kok mereka balik lagi! Apa yang harus gue lakukan?" Edward dapat melihat orang-orang itu malah berbalik ke arahnya.Edward lalu memandang sekelilingnya saat ini. Tidak begitu banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya. "Shitt!" umpatnya.Pasalnya tempat dirinya berada sekarang adalah area terbuka tidak ada sedikit pun tempat untuk bersembunyi. Edward takut, pergerakannya yang mencolok akan menimbulkan kecurigaan dari orang-orang suruhan Opa Bram.Apa lagi, beberapa saat yang lalu Edward baru saja mendapatkan pesan dari Aksa, asistennya. Jika sang kakek ingin cepat-cepat bertemu dengannya, karena ingin menjodohkan Edward dengan seorang perempuan pilihan Opa Bram kepadanya. Tentu saja Edward tidak mau dijodohkan. Maka semakin bersemangatlah pria itu untuk melarikan diri dari kejaran anak buah sang kakek.Lalu Edward pun menatap punggung gadis yang dirinya temui di dalam toilet tadi. Tiba-tiba saja timbul ide gila dari dalam pikirannya."Sepertinya, hanya gadis ini yang bisa me

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 9 Kucing Betina

    Zuri sudah tidak tahan lagi. Dia pun mulai menangis. Membuat Jemy malah menjadi sangat kaget."Lho-lho-lho! Zuri? Lo kok malah menangis, sih?" Jemy kaget bukan kepalang saat melihat sahabatnya menangis. "Habis, Lo malah memaksa gue!" ucapnya."Sorry, Zur. Baiklah gue nggak akan bertanya lagi. Tapi kan, kita ini sudah lama berteman. Selama ini kita saling terbuka, masa sekarang Lo malah berubah begitu?" Jemy mulai menurunkan nada bicaranya, agar gadis itu bisa lebih tenang.Tak lupa, Jemy menyodorkan selembar tisu kepada Zuri, untuk menyeka air matanya."Hapus air matamu. Makin jelek Lo menangis begitu!""Jemy!""Ha-ha-ha! Gue bercanda, Zuri. Elah ... sensi banget sih, Lo! Ayo cepat katakan ada apa dengan bibir Lo? Kenapa Lo sampai menangis tadi?" "Kok Lo bisa tahu, gue menangis?" tanya Zuri, mencoba untuk terus berkelit."Yaelah, Zur. Kita bukan hanya setahun dua tahun baru kenal. Tapi telah bertahun-tahun. Makanya Lo jujur sekarang, gue tunggu!" "Memangnya gue mesti jujur, Jem?"

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 10 Ditelepon Bunda Ayu

    "Aksa, apakah Bunda mengetahui jika aku pulang hari ini?" tanyanya kepada sang asisten."Maaf, Tuan Muda. Sepertinya Nyonya Ayu tahu, jika Anda pulang hari ini." sahut Edward."Sial! Gue kan sudah bilang! Jangan sampai Bunda tahu jika gue balik ke Jakarta!""Maaf, Tuan. Saya pikir tidak menjadi masalah jika Nyonya Besar mengetahui kepulangan Anda," serunya lagi."Shitt! Jadi lo yang memberikan informasi tentang kepulangan gue?" ujar Edward penuh amarah."Ma ... maaf, Bos.""Dasar bocor keliling, Lo!" marah Edward. "Pantas Opa Bram menyuruh anak buahnya untuk menangkap gue. Pasti karena Bunda mengadu kepada Opa!" tukasnya kesal. "Sekali lagi maaf, Boss." ucap Aksa memohon pengampunan dari Edward."Cih! Tak ada maaf bagimu!" sahutnya kesal."Bos, telepon dari Nyonya Ayu kenapa tidak Anda angkat. Beliau adalah orang tua Anda, Bos. Siapa tahu kan Nyonya kangen kepada Anda.""Jangan sok belagu, Lo! Ikut campur saja urusan, gue!" ujar Edward kepada asistennya.Namun Aksa terus saja membu

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 11 Ke Swalayan Bersama

    "Apa urusan gue sama Si Jemy? Ayo putar balik, langsung ke apartemen! Gue sedang tidak mau bertemu dengan salah seorang personil trio Kwek-kwek!" perintah Edward kepada sang asisten."Trio Kwek-kwek? Siapa mereka Bos?" tutur Aksa penasaran. "Cih! Masa Lo nggak tahu trio kwek-kwek yang selalu meresahkan itu?" ucap Edward lagi.Aksa yang tidak tahu apa-apa, segera menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda dirinya tidak mengerti maksud dari perkataan Edward."Serius, Bos. Saya benar-benar tidak tahu," ujarnya memelas."Dasar kuper Lo, Aksa!""Kuper? Maksudnya apa, Bos?""Yaelah Aksa, dodol! Kuper juga Lo nggak tahu apa artinya?" kaget Edward.Sang asisten kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, pertanda dia tidak tahu maksud dan perkataan dari Edward."Kuper itu kurang pergaulan kayak Lo! Masa nggak tahu trio kwek-kwek!" kesal Edward kepada asistennya."Ya ... saya memang tidak tahu, Bos. Makanya kasi tahu dong?""Cih! Memalukan, Lo! Trio kwek-kwek itu adalah Ronand, Bobby, dan Jemy!" "O

    Huling Na-update : 2025-03-10
  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 12 Menuju Apartemen Jemy

    "He-he-he. Kamu jangan ge'er begitu! Nih ada seikat mawar untuk Mirah. Ntar kasi ke dia juga, ya?" tukas Jemy lalu menyodorkan seikat bunga lagi ke tangan Zuri."Ih, Jemy! Kamu ini! Bikin BT deh," kesal Zuri."Ha-ha-ha! Oh ya, Mirah ke mana? Ayo hubungi dia untuk ikutan bergabung bersama kita," tutur Jemy sambil mulai melajukan mobilnya, menutupi kegugupannya."Tadi dia ada janji joging dengan teman-teman kantornya di GBK. Tapi baiklah, aku akan mengirimkan pesan kepadanya, agar singgah ke apartemenmu," sahut Zuri sambil tersenyum menghirup wangi semerbak dari bunga mawar yang berwarna-warni itu. Sepertinya kali ini mereka akan ke apartemen Jemy.Sementara sang pria hanya menganggukkan kepalanya. Seraya berkata dari dalam dalam hatinya,"Semoga Zuri tidak mengetahui kegugupanku," gumamnya dalam hati.Zuri, seorang wanita yang berjiwa lembut dan penuh kasih, merasa sangat senang saat menerima seikat bunga mawar berwarna-warni dari sahabatnya, Jemy. Bunga-bunga itu berwarna merah, kunin

    Huling Na-update : 2025-03-10

Pinakabagong kabanata

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 100 Akhir Bahagia Bersama Keluarga

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri dipenuhi kegembiraan. Liburan anak-anak telah tiba, dan janji Edward untuk membawa mereka keliling Kota London semakin mendekati kenyataan. Zuri tampak sibuk di kamar, mengemas barang-barang untuk perjalanan panjang mereka."Nasya, Sayang, jangan lari-lari! Kita akan berangkat sebentar lagi," ujar Zuri sambil tersenyum melihat putri bungsunya yang berlari-lari kecil di sekitar tempat tidur.Nasya, yang baru berusia tiga tahun dan duduk di playgroup, menghentikan langkahnya dan menatap Zuri dengan senyum lebar. "Mommy, Nasya boleh bawa boneka nggak?" tanyanya dengan mata berbinar-binar."Boleh, Sayang. Tapi cuma satu, ya? Jangan kebanyakan barang," sahut sang ibu.Sementara itu, di ruang tamu, Edward sedang membantu kedua anak laki-lakinya, Edzhar yang berusia tujuh tahun dan Ben yang berusia enam tahun, mengemasi mainan yang akan mereka bawa."Daddy, nanti di London kita naik bus tingkat, ya?" Edzhar bertanya sambil memasukkan mobil mai

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 99 Kelahiran Baby Nasya

    Sore yang mendebarkan,Saat sore menjelang, langit Jakarta memancarkan semburat jingga yang indah, namun hati Edward, sang CEO EK Corp terasa tak tenang. Baru saja dia selesai menandatangani berkas terakhir di kantornya ketika ponselnya berdering. Dengan cepat pria sibuk itu menjawab panggilan tersebut.Edward :”Hallo, Maid. Ada apa?”Maid :"Tuan, Nonya Zuri sudah dibawa ke rumah sakit. Sepertinya sudah waktunya melahirkan!" suara maid-nya terdengar di ujung telepon.Edward langsung berdiri, rasa panik mulai menyeruak di dadanya. “Baik, saya segera ke sana,” jawabnya sebelum memutus panggilan dari sang asisten rumah tangga. Pria itu lalu meraih jasnya dengan cepat, berlari menuju lift, dan segera melangkah ke mobilnya yang ada di parkiran.Perjalanan dari kantor Edward di kawasan pusat Jakarta menuju rumah sakit keluarga langganan keluarganya, biasanya memakan waktu lama karena kemacetan yang tak terelakkan. Namun, sore itu, keajaiban seolah berpihak kepadanya. Jalanan tampak lebi

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 98 Kabar Baik Untuk Semua

    Di suatu pagi,Suasana di rumah Edward dan Zuri sangat tenang dan damai. Sinar matahari di hari Sabtu pagi menyelinap di antara dedaunan pohon yang rimbun, menerangi halaman rumah yang luas, termasuk kolam renang pribadi mereka. Di sana, Edward tampak sedang berenang dengan putra-putranya, Edzhar dan Jacob Benedict yang biasa dipanggil Ben yang juga telah dikaruniai oleh Tuhan kepada mereka dan ikut meramaikan keluarga kecil Edward dan Zuri.Edward dengan sabar mengajarkan kedua putranya cara berenang gaya bebas saat ini.“Lihat, Daddy! Aku bisa melakukannya!” teriak Edzhar, anak sulung mereka yang baru berusia lima tahun, sambil mencoba menggerakkan tangannya dengan gaya bebas.“Bagus, Nak! Teruskan! Ben, kamu juga harus mencoba, ya,” seru Edward sambil mengawasi kedua putranya dengan penuh perhatian.Ben yang masih berusia empat tahun mencoba mengikuti, namun gerakannya masih kaku. “Daddy, aku agak susah berenang, airnya malah masuk ke dalam hidungku,” rengek Ben sambil mengusap wa

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 97 Kejutan Dari Edward

    Beberapa bulan kemudian,Hari ini adalah hari istimewa bagi Zuri dan Edward. Tepat tujuh bulan sudah usia kandungan Zuri, dan mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah pemeriksaan USG yang menunjukkan bahwa mereka akan dikaruniai seorang anak laki-laki. Hasil pemeriksaan itu membuat mereka semakin antusias untuk menyambut kehadiran sang buah hati. Edward, yang selalu memperhatikan setiap detailnya, sudah lama merencanakan acara tujuh bulanan untuk merayakan momen istimewa ini. Acara tersebut digelar di ballroom hotel Fairmont, Jakarta, dengan dekorasi elegan dan suasana yang penuh kehangatan.Ballroom yang luas itu dihiasi dengan bunga-bunga berwarna putih dan biru pastel, mencerminkan tema kebahagiaan menyambut putra mereka. Di tengah ballroom, tampak panggung kecil dengan meja panjang yang dihiasi kue tujuh bulanan dan berbagai hadiah untuk Zuri. Para tamu mulai berdatangan, dan suasana semakin meriah dengan kehadiran keluarga dan teman-teman dekat pasangan ini.Zuri mengena

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 96 Penyesalan Edward

    Zuri terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit, wajahnya terlihat pucat akan tetapi tampak lebih tenang setelah beberapa jam dirawat di UGD. Setelah dipastikan kondisinya stabil, tim dokter memutuskan untuk memindahkannya ke ruang perawatan yang berada di lantai atas. Keadaannya mungkin sudah lebih baik, namun kekhawatiran masih menggelayuti wajah setiap orang yang menunggunya di luar.Bunda Ayu, Opa Bram, Jemy, Mirah, dan Bobby sudah menanti dengan penuh harap di depan pintu ruang perawatan. Ketika perawat memberitahu bahwa mereka diperbolehkan masuk, Bunda Ayu segera melangkah masuk, diikuti oleh yang lainnya. Dengan langkah tergesa, Bunda Ayu menghampiri menantu kesayangannya yang masih terbaring di ranjang, sambil menggenggam erat tangan Zuri."Zuri, syukurlah kamu baik-baik saja, Nak," ucap Bunda Ayu dengan suara penuh kelegaan. “Bunda sangat khawatir tadi.”Zuri tersenyum lemah, akan tetapi senyum itu cukup untuk menenangkan hati Bunda Ayu. "Terima kasih, Bunda. Saya juga ber

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 95 Zuri Dilarikan Ke Rumah Sakit

    Jemy melangkah cepat di tepian Pantai Ancol, langkah-langkahnya teratur namun tegang. Dia memeluk tubuh Zuri yang pingsan dengan erat, tubuh perempuan itu terasa ringan di pelukannya, akan tetapi beban yang dirasakan Jemy di hatinya jauh lebih berat. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran. Untungnya Tadi, sebelum dia menggendong Zuri, dia sempat menelepon Bobby, yang juga merupakan sepupu Edward, yang baru saja selesai mengikuti rapat penting di gedung yang sama yang ada di area Pantai Ancol."Bobby, aku sudah menemukan keberadaan Zuri. Tapi dia sedang pingsan! Sekarang aku sedang menggendongnya, cepat siapkan mobil di parkiran. Kita harus segera ke rumah sakit!" Suara Jemy terdengar panik di telepon.Tanpa banyak bicara, Bobby langsung bergegas menuju parkiran dan menyiapkan mobilnya.Sesampai di parkiran, Bobby melihat Jemy datang dengan langkah cepat, Zuri berada dalam gendongannya. Bobby segera membuka pintu penumpang yang ada di belakang, memberikan ruang bagi Jemy untuk memasuk

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 94 Untung Ada Jemy

    Beberapa saat yang lalu,Angin pantai Ancol berhembus lembut, membawa aroma asin laut yang memenuhi area itu. Zuri berjalan dengan langkah pelan, menyusuri garis pantai. Hatinya terasa berat, penuh dengan kekesalan yang belum juga hilang setelah pertengkarannya dengan Edward, suaminya. Kata-kata tajam dari Edward tadi, masih terngiang-ngiang di telinganya, membuatnya sulit untuk menenangkan diri.Dia berhenti sejenak, menatap riak kecil yang menggulung di permukaan air. Pasir halus di bawah kakinya terasa dingin dan menenangkan, namun rasa sakit di hatinya tetap tidak berkurang. Edward jarang sekali marah, tapi kali ini, pertengkaran mereka begitu hebat hingga Zuri memutuskan untuk menjauh sementara waktu.Dia tak ingin kembali ke apartemen yang terasa begitu sempit dengan ketegangan.Perempuan cantik itu semakin kesal kepada Edward karena sang suami tidak mau mendengarkan penjelasannya sedikitpun.Bahkan Edward malah pergi meninggalkannya di apartemen sendiri. Hal itu semakin membuat

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 93 Situasi Semakin Buruk

    Di sebuah apartemen,Sore yang cerah perlahan berubah menjadi kelabu di langit Jakarta ketika Ranti, seorang wanita karier yang sukses, baru saja tiba di apartemennya. Setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan di kantor, Ranti berharap bisa menemukan ketenangan di rumahnya. Namun, langkah cepatnya begitu memasuki apartemen seolah menggambarkan keresahan yang sejak tadi melanda pikirannya. Ada hal lain yang jauh lebih penting mengisi benaknya saat ini yaitu tentang sepupunya, Tari.Tari sejak beberapa bulan yang lalu tinggal bersamanya di apartemen ini. Setelah sebelumnya sang sepupu dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di salah satu sudut Kota Jakarta.Tari mengalami gangguan jiwa saat Edward, mantan kekasih dari sang sepupu memutuskan hubungan dengannya. Hal tersebutlah yang membuat Ranti ingin membalaskan dendam Tari terhadap Edward, yang juga merupakan mantan kekasih pengusaha sukses itu.Namun sayangnya, Ranti yang awalnya hanya ingin memainkan perasaan Edward. Malah benar-b

  • OH MY EDWARD : ATASANKU GEBETANKU    BAB. 92 Bunda Ayu Menjelaskan Semuanya

    Kedatangan Bunda Ayu,Nyonya Rahayu Kenneth, dengan gaun hijau lumutnya yang menambah wibawanya, turun dari mobil mewahnya di depan kediaman megah Opa Bram. Tangannya menggenggam tas kulit elegan, sementara langkahnya mantap memasuki halaman yang asri, dipenuhi oleh pepohonan tua dan bunga-bunga yang tertata rapi. Sejak suaminya meninggal, Opa Bram, ayah mertuanya, menjadi salah satu tumpuan hidupnya dalam menghadapi berbagai situasi. Dia merasa perlu bertemu dengannya hari ini.Begitu pintu besar kayu jati terbuka lebar, Asisten Geri, pria berwajah dingin yang selalu setia melayani Opa Bram, menyambutnya dengan senyum hangat.“Selamat pagi, Nyonya Rahayu,” sapa Asisten Geri dengan sopan, membungkukkan badannya sedikit. “Opa Bram sudah menunggu Anda di ruang kerjanya, Nyonya.”“Terima kasih, Asisten Geri,” jawab Nyonya Rahayu. Namun, sebelum sempat melangkah lebih jauh, telinganya menangkap suara keras yang berasal dari lantai dua.Suara itu sangat dikenalnya, suara putranya, Edward

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status