Share

Di pinjami

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 15:32:53

Ternyata grup telah di bisukan. Diatur hingga hanya admin yang bisa mengirim chat. Sedangkan admin disana hanya dua orang. Mbak Desi dan Mas Rian. 

Ini pasti ulah Mbak Desi. Dia kepokoh malu hingga harus melakukan itu. Tentu untuk mengeluarkan Mas Bayu, mereka sedikit berfikir. Mas Bayu memang terkenal pendiam, tidak terlalu banyak bicara namun kalau sudah tidak di hargai, dia tak akan lagi mau untuk kembali bergabung.

"Fit, kamu ngapain?" Tanya Mas Bayu yang baru selesai salat dan meletakan kopyahnya. Aku bahkan sempat kaget karena masih terus merutuk.

"Biasa, Mas. Mbahas hutang Mbak Desi di grup," jawabku enteng.

"Apa? Kamu buat masalah lagi?" Mas Bayu seperti kaget.

"Habis Mbak Desi duluan. Dia kebanyakan drama dan lebih banyak cari pencitraan. Bukannya bayar hutang malah seolah cari nama!" gerutuku.

"Fit-fit, sudahlah. Jangan terlalu begitu. Jadi nggak baik kan hubungan keluarga kita? Sabarlah sedikit. Ingatkan sekali dua kali, setelah itu pasrahkan pada Allah, agar dibukakan pintu hatinya untuk secepatnya membayar hutangnya." Mas Bayu selalu begitu. Dia itu lemes. Terlalu terima.

"Tapi, Mas. Kita sudah di tagih dan sudah di ancam akan di kontrakan untuk orang lain kalau ngga bayar Doble. Apa kamu punya solusi lain selain uang yang ada di tangan Mbak Desi? Tidak kan? Jadi janganlah jadi orang yang mudah terima, sedangkan kamu tahu, Mas. Mbak Desi bukan belum bisa bayar hutang tapi tidak mau bayar! Harus di bedakkan!" Luapku penuh emosi. Aku sudah kesal dengan sikap sabarnya Mas Bayu menghadapi semuanya.

"Bagaimana? Apa kamu punya uang agar kita tak di usir besok?" Aku kembali bersuara sambil menatapnya.

Dia merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan uang yang kebanyakan berwarna kuning dan abu-abu.

"Hasil hari ini. Sepi banget." Dia mendorong uang itu padaku. Aku yakin uang itu tak lebih dari lima puluh ribu.

Aku tersenyum miring. Jika sehari saja dia hanya dapat segitu tapi masih segan menagih uang sedangkan posisi kita di ujung tanduk. Istri mana yang masih sabar.

"Kalau begitu, kita beres-beres. Entah kemana kita akan mencari kontrakan yang mau di tempati lebih dulu sebelum dibayar!" Aku berkata tanpa menatap Mas Bayu. 

Dengan ekor mata, aku dapat melihat jika Mas Bayu sedikit kaget.

"Ilham! Kemasi barang-barangmu. Kita keluar dari kontrakan!" Teriakku dengan tetap duduk.

Kringgg!

Ponsel Mas Bayu berdering. Aku melirik, terpampang nama Mas Rian. Ah ... Pasti dia akan membahas masalah ini.

Mas Bayu mengangkat telfon dan beranjak meninggalkan tempat duduk. Ia memilih keluar untuk berbicara dengan kakaknya. Aku memilih masa bodoh. Biar saja mereka menyelesaikan masalahnya yang dibuat oleh saudaranya sendiri!

"Ilham, bagaimana?" Aku melongok kekamar Ilham. Dia masih bermain dengan legonya.

"Apa, Ma? Memangnya kita beneran mau pindah?" tanya Ilham dengan polos. Aku memilih duduk disampingnya mengusap rambutnya yang lebat.

"Iya, Nak. Mama ngga bisa bayar kontrakan jadi kita harus pindah ya!" Aku mencoba memberi pengertian. Mungkin bagi Ilham, hal semacam ini sudah lumayan sering. Tercatat sejak Ilham lahir, sudah lima kali kami pindah kontrakan dan akan menjadi keenam kalinya kalau ini terjadi.

"Nanti sekolah Ilham bagaimana? Aku ngga mau jauh-jauh sekolahnya. Capek, Ma!" rengeknya.

Aku hanya menghela nafas berat. Bagaimanapun sebenarnya sudah kerasan disini. Namun, bagaimana lagi, hanya karena keegoisan saudara, kami yang hidup pas-pasan harus menanggung sikapnya.

"Nanti kita cari yang lebih dekat dengan sekolahmu ya?" Aku berusaha membuat Ilham sedikit senang tanpa beban.

"Bener, Ma?" 

Aku mengangguk. Kemudian ia bersorak ria dan akhirnya mau untuk segera mengemasi barang-barang.

"Fit, Aku mau ngomong!" Mas Bayu memanggil didepan pintu. Seketika aku beranjak dan keluar kamar yang sebenarnya hanya dibatasi oleh gorden. Tidak ada pintu karena kontrakan yang aku tempati hanya berukuran 4x10.

Mas Bayu memilih duduk ruang depan. Ruang yang terdiri dari karpet dan televisi. Tepat di depan kamar Ilham.

"Sebenarnya aku sangat malu dengan kejadian ini, Fit. Kamu keterlaluan, mengumbar aib Mbak Desi kegrup keluarga." Mas Bayu membuka suara.

"Apa kamu mau berbicara hanya untuk mengalahkan aku? Seolah letak salah semua ada padaku. Seolah kamu tak tahu apa yang menjadi penyebab aku begini! Kalau saja kita punya uang hari ini selain uang yang di pinjam Mbak Desi. Aku tak akan lakukan itu. Jadi ... Kalau Mas hanya mau memojokan aku atas semua ini, lebih baik aku pergi saja!" Aku akan beranjak untuk segera berdiri namun Mas Bayu menahan.

"Tunggu, Fit. Aku belum selesai ngomong!"

"Tapi, kalau kamu hanya ingin menyalahkan. Aku tak mau mendengarkan!"

"Oke, maaf, Fit. Tapi disini aku memang serba salah dan terlebih aku paling salah. Aku suami yang tak bisa sedikit saja membahagiakan anak istri, bahkan cenderung menyusahkan. Tapi, dalam masalah ini, aku itu seperti makan buah simalakama. Begini mati begitu juga sama saja!" Mas Bayu mengatakan dengan nada sedikit tertekan.

Aku berusaha menahan genangan air mata. Membuang wajah agar Mas Bayu tak melihat.

"Maafkan aku, Fit. Tadi Mas Rian bilang dia mau membantu kita."

Aku menoleh, setidaknya ada harapan kalau Mas Rian pasti akan meminta uang pada Mbak Desi.

"Dia akan meminjamkan kita uang untuk bayar kontrakan."

Apa?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Extra part 2

    "Mas!" Aku memanggil Mas Bayu yang berdiri tak jauh dariku. Keringat mulai membasahi kening. "Mas! Takut!" Kembali aku mengoncangkan tubuh Mas Bayu yang dari tadi tak merespon.Aku panik, celingukan kesana-kemari. Mas Bayu memegang tanganku erat. Ia mungkin tahu jika aku terkena serangan panik.Dengan panik aku melihat Panji naik ke podium dan langsung menuju kearah Arumi dan Alif. Mataku tak lepas darinya. Bayangan jika Panji akan melukai adiknya ataupun Alif terngiang.Tak lama mereka berpelukan. Menangis haru Panji dan memeluk erat Arumi. Sejenak aku tertegun. Apa ini semua hanya setingan?"Mas, ayo pergi dari sini! Pasti Panji merencanakan balas dendam pada kita!" cicitku.Aku sedikit menarik tangan Mas Bayu. Tapi dia menahan."Jangan panik, Fit. Panji tak mungkin melakukan itu. Ada polisi yang mengawal!" ujar Mas Bayu tak membuat rasa panikku hilang. Aku tetap gelisah walau mata ini fokus melihat kearah Panji dan Arumi.Mereka seperti tengah saling melepas rindu. Juga meluapkan

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Extra part 1

    "Becanda, Fit! Mukanya jangan tegang gitu." Mbak Desi mencolekku. Aku terkekeh. Sebuah pengalaman tentu mampu membuat seseorang menilai. Tapi, jika benar Mbak Desi mau pinjam uang lagi, tentu tetap aku beri. Bukankah menolong sesama itu wajib, apalagi saudara. Jika tidak berniat mengembalikan, anggap saja sedekeh. Toh, kehidupanku sudah lebih baik dan alhamdulilah, aku sudah kelebihan secara materi."Iya, Mbak. Aku juga pura-pura kaget," jawabku, "Oh ya, kalian jangan pulang dulu sampai nanti malam. Hari ini aku kedatangan tamu yang akan melamar Hani."Semua mengangguk. Beruntung semua sudah kupersiapkan. Makanan kupesan catering dan jajanan juga sudah ada yang mengatur.Tapi ... Ngomong-ngomong kenapa aku sampai lupa untuk melihat wajah calon suami Hani?"Ah! Hani kemana si?" Aku mencoba mencari Hani kebelakang. Hanya ada beberapa karyawanku yang memang sudah kutugaskan di belakang. Toko aku tutup sementara. Aku melihat kekamar tak ada, aku langsung menuju kekamar Ibu. Ibu tengah s

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Keutuhan (Tamat)

    Aku menarik paksa tangan Mas Bayu. Rasanya pengen pulang dan langsung pindah rumah."Kamu kenapa si?" Mas Bayu justru menarik tangannya hingga aku sedikit limbung."Ya kita pulang! Aku takut kalau Panji keluar dari penjara terus mencari kita. Dia itu manusia jahat dan tentu akan balas dendam pada kita semua. Iya kan, Rum?" Aku menatap Arumi yang dari tadi diam saja."Semoga saja tidak, Mbak. Aku sangat berharap Mas Panji keluar dari penjara dalam keadaan sadar." Arumi berkata tanpa menatapku."Mas Panji pongah dan sombong karena memiliki kekayaan. Uangnya berlimpah, dia jadi OKB yang benar-benar kaya, tapi ... Uang itu kini semua menjadi daun," ucapan Arumi membuat aku kembali terduduk. Tentu penasaran dengan apa yang baru saja di sampaikannya."Benarkah?" Kali ini aku dan Mas Bayu bersuara bersama."Sebenarnya ini yang ingin aku bicarakan pada kalian. Masalah Mas Panji dengan masalalunya. Tapi, melihat kondisi Mbak Fitri yang sepertinya panik berlebih, aku memilih diam." Arumi mulai

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Keyakinan

    Aku gemetar. Seolah tulangku lolos dari tempatnya."Kamu kenapa?" tanya Mas Bayu yang melihat aku memegangi perut. "Astaghfirullah!" Mas Bayu beristighfar ketika melihat kakiku yang sudah banyak darah. Aku terduduk karena tak kuat menahan sakit dibagian bawah perutku. Rasanya seperti dicabik-cabik.Lemas, letih dan mata berkunang-kunang. Mas Bayu terdengar ribut meminta bantuan. Tak lama Mas Jali dan Mas Bayu memapah aku menuju keluar. "Titip Arumi!" ucapku pada Alif yang masih tergeletak tak jauh dari tempatku. Ia hanya mengangguk. Tak kulihat Arumi. Mungkin sedang kedapur untuk mengambil sesuatu.Aku di bawa kerumah sakit dengan keadaan yang setengah sadar. Rasa sakit di perutku benar-benar sangat menyiksa hingga seolah aku merasakan mati rasa. Roda brankar terdengar nyaring melewati setiap jalan menuju IGD. Beberapa suster segera memberi pertolongan pertama. Aku pasrah saat selang infus di pasang. Setelah itu, aku tak dapat merasakan apapun.***Hawa dingin menusuk tulang. Aku b

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Khawatir Berlebih

    PoV Alif"Maaf, Mas. Sepertinya hubungan kita hanya bisa sampai disini saja!" ucap Arumi. Wanita yang kucintai.Tentu aku tertegun. Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia minta putus? Padahal, aku sudah berniat untuk meminangnya. Bahkan niat itu, sudah ada dari sejak pertama dekat dengannya.Bawaan yang riang, supel dan super aktif, membuat aku yakin jika dia wanita yang mampu menemaniku sampai Jannah.Tapi ... Yang baru saja aku dengar ini, membuat semua mimpi runtuh tak berkeping. "Tapi ... Kenapa?" tanyaku memastikan penyebabnya."Kakakku tak setuju," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.Dia lagi! Dari awal hubungan, hanya dia kendalaku untuk meminang Arumi. Hanya karena dia, yang sok memiliki Arumi seutuhnya hingga ia kira dapat menyetirnya."Tapi, bukankah sudah kita bahas masalah ini jauh-jauh hari? Bukankah kita juga udah sepakat untuk meluluhkan hati Kakakmu?" Aku masih berbesar hati. Tak emosi didepan Arumi walau di dada sudah sangat muak dengan Panji!Bukan sekali dua kali ak

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Jalan takdir

    "Kuatkan tubuhmu!" Alif berkata dengan pelan. Ya ... Harusnya aku memang kuat. Kenapa baru dengar suara Mas Bayu begitu saja mau tumbang. Aku mengangguk kemudian dengan pelan langsung berjalan menuju kamar Arumi.Segera pintu didobrak. Terlihat jelas wajah kaget Mas Bayu yang tengah memeluk Arumi dengan paksa."Lepaskan dia!" ucap Alif.Mas Bayu memang melepaskan Arumi. Dengan wajah garang dan mata merah menyala dia mendekati Alif. Aku sampai tak dapat melihat sisi Mas Bayu disana. Dia sudah benar-benar berbeda."Siapa kamu?" tanya Mas Bayu. Bahkan dia tak menatapku sama sekali. Seolah sudah tak mengenaliku.Sedangkan Arumi terlihat matanya berbinar. Ada secercah harapan padanya walau dengan penampilan acak-acakan."Aku calon suami Arumi!" Dengan tegas Alif berkata. Aku mengangguk walau tak di mintai pendapat."Calon suami? Cuihh! Akulah calon suami Arumi!" cetus Mas Bayu. Ada rasa menyayat di hati tapi aku berfikir positif. Aku tahu jika dia bukan Mas Bayu suamiku."Mbak, segera lak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status