Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 18 Mulai Bertindak

Share

Bab 18 Mulai Bertindak

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-17 22:17:18

Kejadian malam tadi membuat gertakan tersendiri untuk ku. Walaupun Max tidak mengatakannya dengan rinci, namun aku paham beberapa hal tentang Max yang akan selalu ku ingat.

Kini aku tengah berdiri di depan cermin seraya termenung sejenak memikirkan Max. Dengan perlahan-lahan aku menaik-turunkan ganggang pasta gigi ku. "Jika Max berprilaku seperti itu apa dia mempunyai tekanan sejak dini oleh orang tuanya? Aku pun tidak tahu asal-usul Max seperti apa. Mungkin memang benar jika dia mempunyai tekanan karena kedua orang tuanya." Aku berkumur dan langsung pergi dari kamar mandi.

Ketika aku telah bersiap untuk pergi berkerja aku memaku pandanganku sejenak di ruangan tamu lewat ambang pintu kamar ku. Tadinya aku pikir Max akan keluar dari kamarnya dan beraktivitas di dapur atau ruang tamu seperti biasanya namun ternyata tidak.

Tidak ingin berlarut-larut memikirkan Max aku lantas pergi ke arah pintu dan keluar menuju tempat parkir.

Aku tidak menyangka jika di parkiran aku bertemu dengan Max yang sedang mencari sesuatu di bagasinya, dan sangat tidak disangka mobil ku terparkir di samping mobilnya seperti apa yang dikatakannya malam tadi.

Aku berpura-pura tidak melihatnya dan masuk ke mobil. Aku berdiam di mobil dengan perasaan membingungkan. Sebenarnya aku tidak harus mengabaikan Max seperti ini bukan? Lagipula Max tidak menyakiti ku, hanya saja aku terkejut dengan tingkah lakunya yang perlahan-lahan mulai ambigu tersebut.

Aku memberikan pijatan di ujung pelipis untuk sedikit merilekskan pikiran ku. Aku akhirnya membuka pintu mobil dan menghampiri Max yang masih setia mencari sesuatu di bagasinya.

"Kau perlu bantuan?"

Max tidak menoleh sedikitpun ia hanya memberikan tanda penolakan lewat gelengan kepalanya.

"Hari ini kau akan pergi kemana Max?" tanyaku seraya memperhatikannya.

Max akhirnya menemukan barang yang ia cari sejak tadi lalu ia bergegas menutup bagasinya. "Cepatlah pergi kau bisa terlambat," ucap Max sebelumnya dirinya benar-benar masuk ke mobil.

Terbesit rasa sedih karena pertanyaan ku diabaikan oleh Max tetapi dia juga ada benarnya. Aku pun masuk ke mobil dan mengeluarkan mobilku dari parkiran. Tadinya aku pikir Max terburu-buru sehingga dia menyuruhku untuk bergegas pergi sedangkan mobilnya masih tak bergeming dari area parkiran. Karena tidak ingin membuang waktu aku memutuskan untuk segera pergi.

Di mobil, Max tertunduk di setir mobil dengan kedua tangan yang menjadi tumpuan kepalanya. Wajah Max seolah terasa memanas akibat teringat kejadian malam tadi antara dirinya dengan Shella. "Kenapa aku melakukan hal itu padanya? Apa yang kau pikirkan Max! Dia adalah Wanita asing! Kenapa kau bisa nyaman berada disisinya? Kenapa?"

Sesuatu yang telah lama Max tidak rasakan adalah kasih sayang dan rasa nyaman. Ketika ia menatap Shella ada sesuatu yang seolah menariknya untuk mendekat ke wanita itu. Apa sebenarnya keistimewaan dari Shella sehingga Max mampu merasakan kenyamanan itu?

Max mendongak dan menatap pantulan dirinya di kaca spion. "Jika kau terus seperti ini maka itu tidak baik untuk mu Max. Ingatlah satu hal jika ini adalah pernikahan kontrak untuk menjauhkan diri dari Elisa." Max tiba-tiba memikirkan Elisa. "Elisa... Benarkah Elisa telah menyerah? Aku pikir cara ini berpeluang sempit untuk ku bisa terbebas darinya tetapi justru sebaliknya... Seandainya aku tahu sejak dulu mungkin aku tidak perlu menderita."

Max menyia-nyiakannya waktunya cukup lama dan karena itulah ia segera pergi ke perpustakaan seperti kebiasaannya di akhir pekan.

Di Kantor.

Alex tiba-tiba saja menghampiriku dan mengengam pergelangan tanganku saat aku baru saja turun dari mobil. Aku tidak berniat menyingkirkan tangan Alex begitu saja karena dia tengah berbicara panjang lebar tentang keberadaan ku yang tidak diketahuinya. Aku tersenyum melihat kekhwatiran Alex padaku.

"Seandainya aku tidak menemukan mu pagi ini aku berniat mencari mu kembali Shella..."

Seketika aku tertuju pada ujung bibir Alex dan wajahnya yang juga sedikit lebam. Aku terulur untuk menyentuhnya namun Alex menepis tangan ku saat berada di wajahnya. "Apa sakit?"

"Tidak..." ucap Alex mengelak. "Bagaimana jika kita masuk? Laya terlihat khawatir padamu kemarin."

Aku pun berjalan beriringan dengan Alex. "Benarkah?"

"Tentu... Karena aku begitu khawatir aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke Apartemen mu."

Langkah ku sontak berhenti lalu menatap Alex yang ikut berhenti. "Kau pergi ke Apartemen yang ku tinggali?"

Alex melangkah maju dengan langkah yang sempit. "Aku mengantarkan mobil mu! Hanya itu."

Alex terus melangkah maju hingga aku terpaksa menarik pergelangan tangannya. "Lalu luka di wajah dan bibir itu... Apa kau berkelahi dengan Max?" tanyaku. Luka di bibir Alex mengingatkan ku dengan Max dan juga Alex mengatakan jika dia berkunjung ke Apartemen untuk mengantarkan mobilku. Jika dugaan ku tidak salah, Max dan Alex mungkin saja berkelahi.

"Aku hanya sedikit beradu mulut dengannya," ucap Max.

"Kalian sungguh berkelahi?"

"Kami tidak berkelahi seperti pemikiran mu Shella. Kami hanya saling berbicara lalu..."

"Apa yang kalian bicarakan?" tanyaku penasaran penyebab perkelahian Max dan Alex.

"Itu tidak penting dan jangan pernah menanyakannya pada Max. Sebaiknya kita harus bergegas." Alex pergi lebih dulu dan meninggalkan Shella yang tidak jauh darinya.

Dahi ku berkerut. "Mungkin sebaiknya aku menanyakannya pada Max nanti."

Di Perpustakaan

Max membalik lembaran buku selanjutnya untuk ia baca. Kata demi kata ia pahami dan setiap kalimat ia copy untuk dijadikan pembelajaran. Sialnya Max tiba-tiba mengingat Shella di tengah-tengah konsentrasinya hingga ia tidak sengaja menjatuhkan bukunya.

"Ah... Bahkan di saat aku sedang berkonsentrasi kenapa aku memikirkannya? Ayolah Max... Fokus..." Max menunduk untuk mengambil bukunya namun seseorang telah lebih dulu mengambil buku miliknya dan meletakkannya di atas meja. Max mendongak. "Terimakasih..."

Max merasakan sebuah perasaan aneh menyambar saat ia menatap wanita bermasker itu. Dari guratan area matanya yang mengencang naik ia bisa tahu jika wanita itu tersenyum di balik masker.

Wanita itu menunduk sesaat lalu pergi begitu saja.

Tangan Max menggapai bukunya dan menoleh ke arah samping sebelum akhirnya berpaling ke belakang secara sempurna. "Mungkin hanya perasaanku saja atau memang itu Elisa? Tidak! Elisa..." Max membuka dengan cepat lembaran bukunya. Ia tidak tahu apakah perasaanya ini sungguh bisa di percaya atau tidak.

Kedua bola mata Max membola saat menemukan secarik kertas terselip di antara lembaran-lembaran buku miliknya. Ia menarik kertas tersebut dan membukanya. "Bersiaplah..." Itulah tulisan di secarik kertas tersebut. Entah Elisa atau justru orang lain yang menulisnya max tidak tahu. Namun yang pasti ia harus berhati-hati ketika mendapat sebuah peringatan. Bisa saja hari ini atau esok harinya sebuah kesialan menimpanya.

Max meremas secarik kertas tersebut dan membuangnya di lantai. "Apa ini perbuatan mu Elisa?" Sepatu Max menginjak kertas yang ia jatuhkan. "Sejauh mana kau akan bertindak. Apa kau tidak lelah dengan semua ini? Aku pun memiliki batasan Elisa? Jika kau berani menyakiti Shella maka aku akan membuat dirimu pantas menerima hukumannya."

Di balik kaca pembatas antara luar ruangan dan ruangan perpustakaan, berdirilah seorang wanita bermasker. Tangan wanita itu terulur membuka maskernya dan menampilkan wajahnya yang berbunyi di baliknya.

Elisa tersenyum. "Kau pasti menyadarinya sayang, jika itu adalah aku... Itu menjadi sebuah pertanda jika kau sangat mengingat ku Max. Tunggulah! Aku akan menjadikan mu milikmu, Tunggulah..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status