Share

Bab 19 Allen

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-18 22:00:08

Laya terus-menerus bertanya tentang keadaanku sejak awal kedatangan ku, dan berulang-kali juga aku telah menjawab pertanyaan, namun Laya terus mengajukan pertanyaan lain.

"Kau tidak ingin memeriksa diri ke Dokter, Shella? Bisa saja kau mengalami penyakit pelupa."

Aku memutar bola mataku malas. "Ayolah Laya... Kau berlebihan bukan?"

"Tetapi apa kau sungguh-sungguh tidak apa-apa?" Laya bertanya untuk kesekian kalinya lagi.

Kedua tanganku menepuk wajah Laya dengan pelan. "Sampai kapan kau akan terus menanyakan itu?"

Laya mengengam tangan Shella yang berada di wajahnya. "Berjanjilah untuk selalu memberitahu ku Shella..."

"Baiklah... Aku berjanji-"

"Shella?" panggil Alex.

Aku berpindah menatap Alex yang kini berada dibelakang Laya. "Ya? Ada apa Alex?"

"Apa kau sudah sarapan pagi ini?"

"Mungkin aku akan sarapan di kantin nanti."

Alex mengeluarkan makanan yang ia pesan secara khusus untuk Shella. "Makanlah ini." Alex menaruh makanan itu tepat di meja Shella dan pergi.

Laya terus memandangi Alex hingga pria itu tidak terlihat lagi, kemudian ia menatap bungkusan plastik berisi makanan tersebut lalu berlari ke Shella. "Aku penasaran dengan satu hal mengenai Alex, Shella. Boleh aku menanyakannya padamu?"

Tidak biasanya aku mendapati Laya penasaran dengan Alex. Aku pun memutar badan ku untuk menatapnya. "Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya."

Laya memasang wajah seriusnya. "Sebenarnya aku tidak tahu apa yang telah terjadi antara kau dan Alex maupun dengan Max. Tetapi malam tadi aku ikut mengantarkan mobilmu dengannya. Aku yang mengendarai mobilmu dan Alex mengendarainya mobilnya. Saat kami tiba di Apartemen, tadinya aku yang ingin mengantarkan kunci mobil mu kepada Max. Namun tiba-tiba Alex menyela dan mengatakan padaku jika dia yang akan mengantarkan kuncinya dan memintaku untuk menunggu di mobilnya."

"Lalu apa?"

"Saat aku tengah menunggunya cukup lama, Alex akhirnya kembali dengan pakaian yang berantakan dan wajah yang tidak baik-baik saja. Aku terkejut melihat kedatangan Alex dan mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi. Kau tahu apa yang Alex katakan?"

"Apa?"

"Diam. Alex diam sekitar... Lima menit, lalu dia memintaku untuk berpura-pura tidak tahu. Awalnya aku cukup tidak mengerti maksud dari perkataan Alex hingga dia berkata padaku. 'Ini hanya perkelahian kecil antara Pria' itu yang dia katakan."

"Jadi mereka sungguh berkelahi?"

"Maaf jika aku menanyakannya. Tetapi sebenarnya apa hubungan Max dan Alex? Apa mereka saling mengenal awalnya?"

"Aku tidak tahu Laya, mungkin aku harus berbicara dengan Max nantinya."

Laya menarik tangan Shella dan menggenggamnya. "Shella... Kau tidak menyembunyikan apapun bukan?"

"Tidak Laya... Aku tidak menyembunyikan apapun..."

"Jika kau membutuhkan ku, kapan saja... Kau bisa menghubungi ku Shella, aku pasti akan membantu mu."

"Terima kasih Laya. Aku pasti akan melakukannya jika benar-benar membutuhkan bantuan mu."

"Baiklah." Laya melepaskan genggaman tangannya pada Shella. "Sekarang makanlah. Alex sudah membawanya untukmu."

Aku tersenyum. "Kita makan bersama?"

"Tentu."

Di Kediaman Jia

Beberapa hari ini Jia merasa hidupnya seperti orang yang kaya-raya. Membeli tas bermerek, high heels bermerek, pakaian bermerek dan juga makeup. Tiada hari tanpa menghambur-hamburkan uang. Seandainya ia tahu lebih awal, maka hidupnya pasti sangat menyenangkan.

Jia tengah bersantai di tuang tamu dengan tumpukan paper bag yang menjulang tinggi. Jia merasa tenggorokannya sangat kering. "Kakak... Kak... Ambillah aku segelas air..."

Tidak berselang lama seseorang yang di panggil Jia datang dan mengantarkan segelas minuman ke meja. Mata wanita melirik ke arah paper bag yang menjulang tinggi. "Apa kau berniat menghabiskan seluruh uang Teddy, Jia?" ucapnya.

Jia membasahi tenggorokannya dengan segelas air yang di bawa oleh Gyta. Ia kemudian tersenyum ke arahnya dan menepuk sofa. "Duduklah di sampingku Kakak Gyta, aku telah membelikan mu sesuatu."

Gyta duduk. "Berapa banyak yang kau habiskan hari ini?"

Jia sedang mencari paper bag. "Berhentilah bersikap perhitungan seperti Teddy Kakak Gyta. Ah ini dia!" Jia menarik paper bag mini tersebut dan memberikannya kepada Gyta. "Aku khusus mencarinya untukmu. Pakailah..." Jia pun pergi membawa semua paper bag tersebut.

"Hanya aku saja yang mendapatkan ini? Bagaimana dengan Lily dan Allen? Juga Tara?"

"Tenanglah... Aku telah membelikan semuanya. Aku hanya ingin memberikannya dengan tangan ku sendiri. Kau tidak perlu khawatir."

Gyta pun membuka hadiah yang di berikan iparnya tersebut. Sebuah kota berwarna merah membuat rasa penasaran tergoyah. "Perhiasan?" Gyta tidak menyangka jika Jia akan memberikan sebuah perhiasan emas padanya. "Cantik sekali..."

Di dalam keluarga besar mendiang Teddy, terdapat Shella sebagai anak kandungnya. Gyta kakak dari mendiang Teddy memiliki seorang putri bernama Tara. Lalu Allen adalah adik mendiang Teddy dan Lily adalah adik terakhirnya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar Jia sempat berpapasan dengan Lily dan Tara. Ia pun memberikan dua hadiah yang telah di siapkan sebelumnya.

"Terimakasih Bibi..." ucap Tara dengan senyum.

"Sama-sama sayang... Lily? Apa kau tidak menyukai hadiahnya? Kenapa kau tidak berterima kasih padaku?"

Lily menarik tangan Tara. "Terimakasih." Kemudian pergi.

"Dia terlihat tidak jauh berbeda dengan Shella... Ah Wanita itu. Aku tidak akan pernah memaafkannya untuk kejadian hari itu." Masih teringat di benak Jia hari ketika Shella dan Max hadir di rumah saat itu. Bagaimana mungkin Jia melupakan penghinaan yang di lontarkan Shella demi membela Max.

Allen tidak sengaja bertemu dengan Jia yang berdiri di tempat. Apa yang wanita gila itu lakukan? Terlintas sebuah ide di pikirannya hingga ia akhirnya berlari menuju Jia lalu memeluk pinggang ramping wanita itu. Allen juga menyandarkan kepalanya di bahu Jia. "Dari mana saja kau?" ucap Allen.

Jia tersenyum manis lalu menggapai wajah Allen yang menyandar di bahunya. "Aku tengah berbelanja. Allen, aku membelikan mu banyak sekali barang apa kau ingin melihatnya?"

Pakaian Jia terbilang cukup terbuka. Ia hanya menggunakan dress potongan. Bahkan pakaian tanpa lengan bagian atasnya hanya sampai di atas pusar. Dapat Jia rasakan jika tangan Alex menyelip di belahan pakainya atasnya. "Apa yang kau lakukan? Seseorang bisa saja melihatnya."

"Tidak ada yang melihatnya."

Dari kejauhan Rose melihat seorang pria. Tentunya itu adalah Allen kakak iparnya karena hanya dialah satu-satunya pria di rumah ini. Namun saat Rose melangkah lebih dekat nampak jika Allen tengah memeluk seseorang. Sejak kapan pria itu memiliki kekasih? Akibat rasa penasarannya Rose memutuskan untuk mendekat. "Allen apa yang kau..." Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba saja wanita yang di peluk Allen terjatuh dengan posisi terduduk.

Allen berpaling ke belakang. "Rose?"

Rose terkejut mendapati ibunya yang terbangun dari duduk. Ia pikir wanita yang di pelukan Allen adalah wanita lain tetapi ia salah. "Ibu?" Rose kemudian melirik ke arah Allen. "Apa yang kalian lakukan?"

"Ibu... Ibu hanya-"

"Ibumu memintaku membawakan barang-barangnya Rose," jelas Allen.

"Benarkah? Lalu kenapa kau memeluk Ibuku dari belakang?"

Pertanyaan Rose membuat Jia sedikit khawatir. Ia akhirnya menarik tangan Rose untuk berada di sisinya. "Sayang... Allen hanya membantu Ibu tetapi Ibu menolaknya. Apa kau tahu apa yang Ibu bawakan untukmu Rose?"

"Ibu membeli sesuatu untuk ku?" ucap Rose dengan mata yang berbinar.

"Tentu sayang... Ibu membelikan banyak pakaian untukmu. Bagaimana jika kita ke kamar dan melihatnya?"

"Kalau begitu aku akan pergi," ucap Allen yang kemudian pergi.

"Ayo Rose."

"Iya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status