Share

Bab 17 Terluka

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-16 22:06:39

Max tidak bergeming, ia justru tersenyum melihat tingkah Alex. "Jadi... Sudah berapa lama kau menyukainya?"

Alex menurunkan cekaman tangannya dari kerah baju Max secara kasar. "Itu tidak ada hubungannya dengan orang seperti mu. Dengar... Aku bertanya sekali lagi dimana Shella?"

"Kau itu tuli atau bodoh? Bukankah aku mengatakannya padamu jika Shella tengah tertidur tanpa-"

Bugh!

Sebuah pukulan melayang di wajah Max karena Alex sudah terlalu sabar menahan emosinya.

Max menyapu darah segar yang mengalir di ujung bibirnya dengan ibu jarinya. "Menurutmu aku tidak bisa membalasnya? Aku hanya berusaha untuk menghargai tamu ku tetapi apa ini? Haruskah kita berkelahi di luar?"

Tidak terbesit dalam benak Alex jika ia harus menghadapi situasi ini. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan Pria sepertimu." Alex melempar kunci mobil milik Shella ke arah Max. "Simpan itu bajin***"

Max diam di tempat seraya memandangi kepergian Alex. Ia menarik tangannya untuk mengusap darah di ujung bibirnya yang menetes. Ia menatap dan mengusap darahnya dengan ibu jarinya. "Tidak adil jika dia pergi begitu saja bukan?" Dengan langkah yang lebar Max menghampiri Alex yang sudah cukup jauh.

Alex mengepalkan tangannya lalu membukanya kembali, ia melakukan gerakan tersebut secara berulang untuk menetralkan rasa sakit setelah memukul Max. "Dia cukup kuat ternyata."

"Hei!"

Mendengar kata itu seolah memanggil namanya, Alex pun berpaling dan terkejut.

Bugh!

Alex tersungkur saat wajahnya di hantam kuat oleh tangan seseorang. Saat ia memperjelas pandangannya, disana ada Max. "Kau... Ah..." Alex merasa wajahnya berat dan kemungkinan akan lebam keesokan harinya.

Max berjalan ke arah Alex yang tersungkur dengan wajah tersenyum lebar dan tak lupa satu tangannya masuk ke dalam saku. "Ah... Kau sangat terlihat mengenaskan Alex..." Ia menyamaratakan tingginya dengan Alex. "Kau sendiri yang memulainya..."

"Hahaha..." Alex tertawa karena pernyataan Max. "Kau dendam padaku? Kekanak-kanakan sekali! Justru kau yang terlihat menyedihkan Max!"

Max hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Alex dengan senyum pahit

Di Kediaman Gael

Aku terkejut dengan penjelasan Gael tentang seorang wanita yang datang membawa Kitty malam-malam. Tidak ada yang aneh dengan penjelasan Gael tetapi menurut ku waktunya yang sedikit tidak tepat. Pasalnya Gael mengatakan bahwa wanita itu baru pertama kali dia lihat. Seketika aku tiba-tiba teringat wanita pengantar paket hari itu. Apa mungkin ini ada kaitannya dengan Elisa?

"Aku sedikit merasa cemas Shella. Aku tinggal sendiri di rumah ini, kau tahu itu bukan? Dan setelah kejadian beberapa hari yang lalu aku sedikit waspada."

"Tidak ada yang salah Gael, kau mungkin terlalu lelah hingga berpikir yang tidak-tidak. Istirahatlah..."

Gael menarik tangan Shella yang akan pergi. "Kau menginap bukan? Kau berjanji sebelumnya?"

Aku tersenyum dan menepuk tangan Gael yang menarik tanganku. "Jangan khawatir aku tidak akan pulang sebelum pagi... Aku hanya ingin pergi ke kamar kecil."

Gael perlahan-lahan melepaskan tangannya pada Shella. "Jangan terlalu lama. Setelah itu bagaimana jika kita menonton film? Aku mendapat banyak rekomedasi?"

"Terserah kau saja."

Di pertengahan malam, mataku tidak ingin terpejam dan justru menikmati film yang diputar Gael beberapa waktu lalu. Aku menatap Gael yang tertidur pulas di pelukan ku. Aku penasaran dengan suhu tubuhnya apakah sudah lebih baik atau tidak, aku meletak kan kembali punggung tanganku di keningnya. "Ternyata sudah lebih baik."

Aku kembali menonton film dengan serius, walaupun terkadang aku mengantuk tetapi mataku tidak kunjung terpejam sepenuhnya. Namun lama-kelamaan aku akhirnya tumbang.

Pagi hari, Max bangun dan langsung memeriksa ruang tamu lalu beralih ke kamar Shella. "Dia tidak kembali?" Shella tentu tahu password Apartemen mereka, karena Max sendiri yang memberinya di awal kedatangan Shella. Tetapi sepertinya wanita itu tidak berniat pulang.

"Jika dia tidak kunjung pulang bagaimana bisa aku menghabiskan waktu di perpustakaan hari ini? Hah... Seharusnya aku tidak meminjamkannya mobil tadi malam. Terpaksa hari ini aku harus menghabiskan waktu di Apartemen." Baru selangkah Max berjalan mendekati kamarnya tiba-tiba suara bel membuatnya beralih ke arah pintu. "Apa itu Shella?"

Aku sengaja untuk pulang ke Apartemen pagi-pagi karena beberapa alasan menyangkut Gael. Dan tanpa sengaja aku menekan bel seperti kebiasaan ku ketika pulang. Aku ingat Max pernah memberikan ku password Apartemen ini tetapi aku terkadang lupa-ingat.

"Kira-kira apakah Max sudah bangun?" Aku merekatkan jaket yang ku kenakan demi menahan dinginnya angin.

Aku tersenyum ketika Max membuka pintunya. "Kau sudah bangun?" Perlahan-lahan aku melangkah masuk tanpa melepas senyum ku.

Saat aku dan Max ke ruang tamu aku sontak mencekam lengan Max dan memaksanya untuk berpaling ke arah ku, terlihat ujung bibir Max terluka. Aku menyentuhnya perlahan. "Bagaimana ini bisa terjadi?" ucapku.

Max mencoba melepaskan cekaman Shella dengan pelan namun wanita itu justru tidak ingin melepaskannya. "Lepaskan!"

"Jawab pertanyaan ku Max? Kenapa kau terluka?"

"Apa itu penting bagimu? Berhentilah khawatir padaku seolah kita akrab Shella!" Max pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Aku terdiam atas pernyataan Max. Terkadang aku tidak bisa memahami sifat Max yang tiba-tiba berprilaku baik padaku lalu tiba-tiba sebaliknya. Dengan langkah yang lebar aku menghampiri Max di dapur dan menatapnya yang sedang sibuk dengan peralatan dapur.

"Max..."

"Berhentilah memanggilku dengan nada rendah itu. Menjijikkan rasanya."

Aku akhirnya masuk ke area dapur dan menatapnya lebih dekat. "Kenapa kau seperti ini? Apa kau marah karena aku tidak mengembalikan mobil mu tepat waktu? Bukankah itu perilaku kekanak-kanakan Max?"

Max kian geram dengan perkataannya kekanak-kanakan yang telah di dengarnya dua kali. Alex lalu Shella? Mereka dengan mudahnya menghardik dirinya dengan sebutan tidak berperasaan seperti itu.

Max dengan cepat menaikkan Shella ke meja dan mengurungnya. "Kau pikir atas dasar apa kau berhak menyebut ku seperti itu Shella?" Max mengambil pisau dapur dan mengangkat telapak tangannya di hadapan Shella. "Saat kalian mengatakannya aku sangat marah tetapi amarahku tidak mampu menjelaskan secara nyata." Max mengiris telapak tangannya dengan tipis hanya membiarkan beberapa tetes darah jatuh di hadapan Shella. "Sesakit inilah aku merasakannya..."

"Apa yang kau lakukan!!" Aku segera mengambil pisau yang berada di tangan Max dan membuangnya. Aku melepaskan ikat rambutku untuk membalut luka Max. Perasaan bersalah dan menyesal membuat airmata ku perlahan turun.

Max memandangi wajah Shella yang terlihat begitu khawatir. Max tiba-tiba merasakan rasa nyaman sesaat dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Shella.

Aku membiarkan Max menyandarkan kepalanya di bahu ku. Walaupun awalnya aku sedikit terkejut atas tindakannya.

Di Rumah Lain

Elisa begitu dekat memandangi layar CCTV untuk melihat Max dan Shella. Darahnya seolah mendidih melihat kedekatan keduanya yang semakin hari semakin bertambah.

"AKH!!" Elisa berteriak dan mencabut layar monitor dan membuangnya begitu saja dengan rasa emosional tinggi. Ia bahkan turun dan memukul layar tersebut hingga puas.

"Wanita gila! Dasar jal*** gila! Berani-beraninya jal*** seperti mu merayu Max!! Akh!" Elisa mengacak-acak rambutnya dan berteriak kencang.

Beberapa menit kemudian amarah Elisa sedikit reda. Ia berjalan ke arah meja nakas dan mencari anting milik Shella. Ia mendekatkan anting tersebut dan meremasnya dengan kuat. "Aku harus secepatnya membuat perhitungan dengan mu Shella!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status