Bab 15
Jelas aku tercengang. Keynan barusan bilang ronde kedua?
Tangan kekarnya masih menahanku agar tak beranjak pergi. Padahal sudah seharusnya aku berangkat kerja tapi Keynan masih menatap diri ini dengan seulas senyum.
Aku masih diam mematung. Sementara batin bertanya-tanya juga memikirkan jawaban soal celetukan Keynan yang ambigu.
"Ronde kedua apa Key?" tanyaku agak menyentak.
Kemudian Keynan malah tertawa renyah.
"Nggak Ra, aku hanya bercanda." Keynan berdiri di depanku lalu menangkup wajahku lama. "kamu nggak mau barengan sama aku, berangkatnya?"
Kuteguk ludah. Lega kalau dia hanya bercanda soal ronde kedua itu. Kukira dia beneran mau. Eh ternyata, ya begitulah.
"Nggak Key, aku berangkat sendiri aja. Nanti kelamaan kalau nunggu kamu mandi, siap-siap dan yang lainnya."
<Bab 16Sebuah jaket sweater berwarna merah maroon barusan Keynan ke luarkan dari paper bag yang ukurannya tak terlalu besar."Baju kamu basah. Pakai jaket ini ya, nanti takutnya masuk angin."Ah, ternyata Keynan tadi menyentuh area kerah bajuku karena mau ngecek basah atau enggak. Tadinya otakku sudah traveling ke mana-mana."Nggak usah Key, nggak pa-pa kok. Orang basah dikit doang," jawabku enteng."Pakai nggak?! Atau biar aku yang pakaiin?" Keynan memaksa. Kedua matanya mendelik."I-iya." Terpaksa kuraih jaket yang lumayan tebal tersebut dan lekas memakainya. Sumilir angin sewaktu tadi di teras kantor memang rasanya masih meremang di kulitku. Jujur aku memang kedinginan, tapi harusnya yang kubutuhkan bukanlah jaket ini, melainkan pelukan hangat dari Keynan.Cengengesan sendiri batin ini, mengharapkan sesu
Bab 17Inikah yang namanya Nadia? Perempuan yang kala itu disebut Keynan saat pertama kali ia membuaiku dimalam pertama kami.Aku kenal sosok itu, wanita dalam pose mesra bersama Keynan dalam bingkai foto yang bersudut indah."Key …." Aku memanggil pelan. Seraya memungut foto itu juga satu strip obat paracetamol."Hem, kenapa Ra? Ketemu obatnya?" jawab Keynan dengan suara serak parau."Ini ya wanita yang selalu ada di hati kamu?" Aku mengangsurkan foto itu pada Keynan.Ia lekas membuka mata dan agak menyibak selimutnya. Tangan kokoh Keynan menyambut sebingkai foto tersebut lalu terduduk menatap potret di sana lama."Iya, Ra. Namanya Nadia, wanita multitalenta, apa pun yang ada dalam dirinya. Tak pernah kutemui di dalam diri siapa pun. Begitu spesial sekali dia." Keynan menjelaskan. Kedua netra itu seakan tak mau berpaling dar
Bab 18Tak sampai hati ini berkata demikian.Aku lebih memilih meletakkan kembali benda gepeng yang masih menyala tersebut kembali ke atas nakas.Netraku terus menatap wajah Keynan yang masih terlelap. Kuberanikan diri untuk membungkuk lalu mengecup kening Keynan lama. Mencuri kesempatan yang hampir tak pernah kudapatkan selama ini."Mimpi indah Key, semoga ada aku dalam mimpimu," lirihku pelan.Saat aku hendak melangkah. Terasa tanganku tercekal sesuatu."Sudah mulai berani curi-curi ciuman ya?"Kerongkonganku mendadak kering kerontang saat suara itu terdengar.Keynan, apakah dia tadi tahu kalau aku menciumnya? Sumpah! Mau ditaruh di mana mukaku kalau dia tadi cuma pura-pura tidur."Kenapa diam? Tinggal mengakuinya saja, apa susahnya sih."Semaki
Bab 19POV 3Kadung patah hati, Tiara memilih pergi dan mengurungkan niatnya untuk menyusul Keynan. Langkah kedua kaki mungil itu kini terhenti di sebuah meja rias.Tiara membubuhkan make up tipis serta lipstik berwarna nude yang memberi kesan natural, cocok sekali dengan wajahnya.Keynan tak tahu kalau tadi Tiara sempat mendengar percakapannya dengan seseorang pada via sambungan telepon.Pria itu setelah menutup telepon langsung mengecek beberapa pesan yang masuk di aplikasi WhatsApp, termasuk telepon dari Nadia yang semalam dilihat oleh Tiara.Naik turun jakun Keynan seraya membaca isi pesan yang dikirim wanita cinta pertamanya.[Key, kenapa akhir-akhir ini kamu nggak ada kabar?][Kamu sibuk banget ya?][Tolong angkat teleponku Key, aku kangen.]Begit
Bab 20Mata Tiara merespon biasa saja pada sosok tersebut."Eh, kenalin, dia Farel sepupu aku yang barusan pulang dari Singapura. Baru aja aku jemput di bandara tadi." Keynan menjelaskan.Batin Tiara lega. Ternyata ia salah duga. Dia pikir yang akan dijemput Keynan ada Nadia. Eh ternyata salah."Oh, jadi ini istri kamu. Selamat ya, maaf dulu pas kalian nikah aku nggak datang. Lagian kalian sih nikahnya kenapa sederhana. Nggak mewah aja." Farel mengangsurkan tangan pada Tiara.Wanita dengan jemari lentik itu lekas menyambut uluran tangan dari sang pria."Aku Tiara." Singkat. Tiara mengenalkan dirinya dengan senyum tipis yang manis.Saat pertama kali melihat Tiara. Farel merasa ada sesuatu yang entah dalam hatinya. Batinnya mengatakan kalau wanita dengan dress biru dongker itu cantik."Ayo masuk." Ajak Keyna
Bab 21Tiara langsung memalingkan wajah dan menempelkan punggung di tembok begitu Keynan bertanya.Karena tadi memang bukan niatnya untuk menguping. Tiara tak sengaja melintas hendak ke dapur untuk mengambil minum malah mendengarkan percakapan Keynan dan Farel.Tiara masih enggan menjawab sampai Keynan menghampiri dan berdiri di depan wanita tak beralas kaki tersebut."Tiara, kamu mendengar semuanya ya?" tanya Keynan lagi. Sorot mata elangnya begitu membidik tajam."Iya, kenapa kalau aku dengar? Apa itu bakalan bisa mengubah sedikit saja perasaan kamu buat aku?" tegas Tiara.Farel pun ikut menyusul Keynan, kendati terdengar keduanya beradu suara gaduh."Kita bicarakan semua secara baik-baik Ra, sini ikut aku." Keynan menarik Tiara menuju ruang tamu."Lepasin Key! Nggak ada yang perlu dibicarain. Aku mau ke kamar
Bab 22"Bukan apa-apa," cetus Farel lalu tersenyum. "Ya ampun Farel, makin ganteng aja kamu, Nak. Tante kangen banget loh sama kamu." Mama Keynan merangkul Farel. Beliau sudah menganggap Farel seperti anak sendiri, makanya sosok pria muda di depannya tersebut tak pernah juga luput dari doanya."Farel juga kangen banget sama Tante, makin cantik aja Tan." Farel memuji. Ia gegas mencium punggung tangan tantenya."Ah bisa aja kamu, Nak. Gimana di Singapura, kok betah banget kamu lama nggak pulang? Jangan-jangan di sana udah punya pawang nih." Arisa, mama Keynan berkelakar. "Enggak kok, Tan. Sampai sekarang belum nemu yang cocok sama aku." Farel tersenyum lebar."Kamu udah kenalan belum sama Tiara, dia istrinya Keynan. Lihat, cocok banget 'kan mereka berdua. Oya, Keynan sebentar lagi akan jadi ayah loh, kamu kapan nyusul, Rel?" Panjang lebar Arisa bicara. Betapa riang sekali saat membahas menantu juga anak lelakinya."Iya, Tan. Aku udah kenalan kok sama Tiara. Alhamdulillah ya, aku mau p
Bab 23Keynan menghela napas. Ia tersentak dalam diam atas ucapan Tiara yang menohok baginya."Kenapa Key? Apa aku salah bicara?" Tiara bersuara. Ucapannya tadi tak dibalas oleh Keynan."Terserah kamu Ra," cetus Keynan lalu membuang muka.Gegas Tiara merapikan pakaian itu dan menyimpannya di lemari.Keadaan yang begitu dingin membelenggu Keynan dan Tiara dalam keheningan suasana kamar. Mereka berdua sama-sama tak bersua setelah percakapan sengit tadi.Tiara memilih ke luar dari kamar meninggalkan Keynan yang hanya terdiam sembari duduk dengan siku menumpu di atas lutut.Tanpa sengaja saat Tiara ke luar kamar. Ia berpapasan dengan Farel yang juga ke luar hendak turun ke lantai bawah."Tiara, kamu kenapa? Kok wajahnya kayak kesal gitu." Farel menyapa. Baru saja pria itu menutup pintu kamarnya."Nggak pa-pa kok. Permisi dulu ya, aku mau turun." Tiara ngeloyor menuruni anak tangga.Farel menggidikkan bahu, ia agak penasaran mengapa Tiara seperti itu. Beberapa menit kemudian Farel menyusu