Ingatan yang sempat terkubur tiba-tiba muncul begitu saja. Liora mengingat kembali sosok wanita misterius yang dia temui di ruang hampa, wanita berpenampilan kacau dengan gaun compang-camping dan penuh bercak darah.
Entah semua itu nyata atau delusi, Liora seolah-olah tidak dapat lagi membedakan batas rasionalitas dalam dirinya sendiri. Dia terus berusaha menelaah semua yang terjadi. Ok, mari kita coba urutkan satu persatu peristiwa di luar nalar tersebut!Pertama, semua kegilaan itu bermula saat Liora berada di dalam mobil Cadillac Escalade hitam miliknya sebelum melihat truk dengan kecepatan tinggi yang melesat ke arahnya hingga tabrakan hebat pun tidak dapat dihindari. Dirinya mengalami kecelakaan yang tragis dan mengerikan.Anehnya, dia tidak terbangun di rumah sakit ataupun kuburan, melainkan di zaman Eropa abad pertengahan. Lebih sialnya lagi, dia malah merasuki raga pemeran antagonis di film yang terakhir dia bintangi, Cannaria Swan.Canna adalah putri tunggal dari seorang bangsawan tersohor yang menjabat sebagai Perdana Menteri Kekaisaran, Duke William Shancez dan Ducess Diana Shancez. Mereka berdua sangat menyayangi Canna dan selalu mengabulkan apapun keinginan putri semata wayang mereka.Berkat itu, Canna menjadi pribadi yang sedikit angkuh. Dia bahkan selalu menindas karakter utama wanita, Ellie Phillies. Dalam cerita, dia menjadi sosok antagonis yang sempurna untuk dibenci. Mereka menjulukinya sebagai ‘Wanita Iblis’ yang layak untuk dijauhi.Dan kini, ingatan terakhir Liora berhenti pada sosok wanita misterius yang dia temui di ruang hampa. Apakah sosok wanita itu adalah Canna 'asli' yang ingin menyampaikan sesuatu padanya?"Saat itu, dia mengatakan apa, ya?" Liora mengerutkan kening sambil menggigit ujung kuku, berusaha mengingat kata-kata yang dia dengar sebelum jatuh ke dunia ini. Ingatannya terasa buram dan dia berusaha keras untuk memperjelasnya."Ah ...," desah Liora sembari menjentikkan jari dengan mata berbinar, "yang harus kamu lakukan adalah menjaga keluargaku dan membiarkanku tetap hidup."Liora melebarkan sedikit mata saat mendapatkan kembali ingatannya. Dia mengingat pesan yang dikatakan Canna 'yang asli' padanya, seolah-olah itu adalah permohonan dan harapan terakhirnya."Ya! Aku yakin dia mengatakan hal itu. Dia berpesan untuk melindungi keluarganya dan membiarkannya tetap hidup." Liora berujar yakin dan kembali berpikir."Mungkinkah dia akan membantuku keluar dari dunia ini jika aku bisa mengabulkan keinginannya? Lalu, jika aku sudah kembali ke dunia asalku, apakah dia akan kembali menempati tubuhnya lagi?"Liora bertanya-tanya dengan pikiran yang rumit. Ayolah, situasi yang terjadi padanya sejak awal masuk ke tubuh Cannaria pun sudah rumit dan sangat tidak masuk akal.Detik berikutnya, Liora berjalan menuju meja kayu mahoni. Dia mengambil pena dan membasahinya dengan tinta, bersiap menuliskan sesuatu pada buku tua yang dia temukan.Jika ingin menghindari akhir buruk seperti takdir yang didapatkan oleh pemeran antagonis Cannaria Swan, maka yang harus aku lakukan adalah, melakukan hal kebalikan.Artinya:Jika Canna begitu mencintai sang protagonis pria … maka aku justru harus membenci protagonis pria.Jika Canna ingin mencelakai protagonis wanita … maka aku justru harus melindungi protagonis wanita.Jika Canna berusaha keras memisahkan kedua protagonis itu … maka aku justru harus membantu menyatukan mereka."Yaps! Dengan begitu, takdir buruk yang sudah digariskan padaku sejak awal akan menjadi berkebalikan, yaitu menjadi takdir baik." Liora berbinar cerah setelah menuliskan formula kehidupan yang dia simpulkan di buku catatan.Menatap lekat buku catatan di tangannya, Liora tersenyum, "Jika rencana ini berhasil, maka aku juga bisa melindungi keluarga Canna yang di dalam cerita ikut dihukum kerena kejahatan putri mereka.”Tiba-tiba, Liora berdiri tegak lalu berjalan mondar-mandir sambil menggigit ujung jarinya lagi. Dia memang memiliki kebiasaan seperti itu jika sedang berkonsentrasi atau berpikir keras.“Hm, karena sebelumnya aku adalah aktris yang berperan sebagai Cannaria dan sudah membaca semua isi cerita, maka aku masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana alur ceritanya.”Bloody Rose, kisah yang menceritakan tentang seorang karakter utama pria bernama Ellios Demente de Dias yang dikenal sebagai tirani kejam berdarah dingin sekaligus Putra Mahkota yang haus akan darah.Ellios adalah penyihir jenius yang tidak bisa diikuti oleh penyihir lain di benua. Tidak mungkin bisa menggambarkan jumlah mana yang dia miliki—buff yang memang diberikan kepada sang tokoh utama pria.Dia membunuh para musuhnya dengan kejam. Para wanita dan anak-anak diperlakukan tanpa belas kasih. Semua yang mengganggunya diperlakukan dengan brutal.Selama menjadi Pangeran, aroma darah terus tercium dan pedangnya tidak pernah berhenti mengucurkan darah segar.Hingga akhirnya, para penduduk yang pun menyematkan julukan ... 'Pangeran Neraka'.Di satu sisi, tidak banyak yang tahu jika dia memiliki sebuah kelemahan. Kutukan. Ya, kutukan akan sentuhan wanita. Siapapun wanita yang menyentuhnya, maka kekuatan sihir api yang dimiliki justru akan melalap sekujur tubuhnya bagai senjata makan tuan. Akan tetapi, kutukan itu akan dipatahkan oleh sang karakter utama wanita, Ellie Phillies."Baiklah, kita akan mengubah alur ceritanya. Mulai sekarang, lupakan nama Liora Belladona dan panggil aku sebagai Canna!" putusnya dengan wajah bersemangat dan tangan mengepal.Tiba-tiba, terdengar suara pintu diketuk disusul dengan deritan pintu. Emma berjalan masuk hingga membuat Liora menurunkan kembali tangannya yang mengepal bagaikan seorang proklamator.“Lady, saya membawakan beberapa camilan dan cokelat hangat untuk Anda.”Canna mengangguk dan tersenyum. Iya, mulai detik ini kita akan memanggilnya sebagai Canna dan melupakan nama Liora. Dia sendiri yang memintanya.Mengambil cangkir yang disajikan, Canna menyesap cokelat hangat yang masih terapung marshmallow di atasnya. Manisan kenyal itu terasa lembut saat meleleh di mulutnya, "Rasanya lezat. Terima kasih, Emma."Emma berkaca-kaca dan menutupi mulutnya yang menganga."Ada apa?" Canna mengerutkan kening saat dengan ringan meletakkan cangkirnya."Ini adalah pertama kalinya Anda mengatakan terima kasih pada saya, Lady. Saya sangat terharu karena Anda begitu manis, sangat manis." Mata Emma masih berkaca-kaca dengan tatapan memuja.Meskipun etiket bangsawan tidak mengharuskan seorang bangsawan untuk mengucapkan kata-kata sederhana tapi bermakna seperti 'terima kasih' kepada orang dengan status lebih rendah, tetapi kepribadian Cannaria 'yang asli' memang wanita yang dingin dan angkuh. Dia tidak mungkin bersikap manis di hadapan siapa pun.Emma yang merupakan dayang pribadinya tentu saja terkejut saat melihat momen langka tersebut. Dia sampai tidak bisa berhenti menatap Canna dengan wajah bersemu merah."... Emma." Canna sedikit terbebani saat terus dipandangi.“Ya, Lady?” Emma tersenyum lebar.“Omong-omong, berapa umurku saat ini?”“U-umur Anda?”“Ya, aku kan sedang hilang ingatan.”“Oh, benar juga. Saat ini Anda berumur sembilan belas tahun, Lady. Pesta kedewasaan Anda sudah selesai dilakukan, tetapi Anda masih harus memasuki akademi.”Canna terdiam beberapa saat.'Bagus! Itu tandanya aku sama sekali belum pernah bertemu dengan karakter utama pria karena ceritanya baru dimulai saat Cannaria berusia dua puluh tahun. Jadi, aku masih memiliki kesempatan sekitar satu tahun untuk mengubah alurnya,' batinnya dengan bibir yang tanpa sadar melengkung.“Apa yang Anda pikirkan dengan senyuman aneh itu, Lady?” Emma mendadak takut.Canna mengubah ekspresinya pada mode elegan. Dia adalah aktris. Tidak sulit baginya untuk bersandiwara. “Tidak ada. Apa kamu bisa melakukan sesuatu untukku, Emma? Ada hal penting yang harus kulakukan.”“Tentu saya akan melakukan apa saja untuk Anda, Lady. Saya adalah pelayan Anda yang setia. Tapi, hal penting apa itu?" Entah mengapa, Emma memiliki firasat buruk."Hal penting untuk mengubah nasib. Aku ingin berburu.""Oh, berburu ...." Terdengar kelegaan di suara Emma. "Baiklah, saya akan menemani Anda dan memanggil ksatria pengawal untuk melindungi Anda," imbuhnya dengan ceria, "Omong-omong hewan apa yang ingin Anda buru, Lady? Daging rusa liar pasti sangat lezat jika dibuat sup, hihihi." Emma tertawa kering."Bukan. Aku tidak ingin berburu hewan."Emma mengerutkan kening, "L-lalu?""Berburu ... pria tampan."“Maaf?" Emma tidak yakin dengan pendengarannya."Kamu pasti sudah mendengarnya.""Berburu pria tampan Anda bilang?" beo Emma memastikan kembali yang dia dengar. Dia justru berharap kalau gendang telinganya bermasalah.Canna mengangguk dengan wajah datar, tetapi terlihat begitu serius.Masih ada waktu sekitar satu tahun untuk mengubah alur cerita. Jadi, dia bertekad untuk mencari sosok pria tampan yang bisa meminjamkannya status sebagai tunangan ataupun istri setidaknya selama dua tahun.Dengan pertunangan palsu, mungkin dia tidak akan terlibat dengan pemeran utama pria karena sudah terikat dengan tunangannya.Dalam cerita aslinya, Canna dan protagonis wanita akan bertarung dalam calon pemilihan Putri Mahkota. Mereka berdua menjadi kandidat bersama putri bangsawan yang lain untuk memenangkan hati sang Putra Mahkota.Jika Canna sudah memiliki tunangan, maka Duke William tidak bisa mengajukannya sebagai kandidat dan dia pun akan selamat. Dia harus melakukan apa saja untuk menjauh dari sang karakter utama pria.Lalu saat dia sudah kembali ke dunia asalnya dan Cannaria 'yang asli' kembali menempati tubuhnya lagi, maka dia bisa membatalkan pertunangan dengan pria itu kapan saja mengingat status mereka hanyalah kontrak.Berkat itu, dia memutuskan jika misi pertamanya adalah pertunangan kontrak.‘You’re so fuckin gorgeous, Lady! Kamu adalah wanita paling jenius di muka bumi ini. Albert Einstein pasti akan sangat bangga kepadamu, hohoho,’ benaknya mulai memuji diri sendiri.“Lady, berburu pria tampan apa artinya Anda ingin memelihara budak?""Hm? Budak?" Canna sedikit terkejut dengan kesimpulan yang didapatkan Emma. Namun, dia juga tidak bisa mengatakan kalau sedang mencari partner untuk melakukan pertunangan kontrak. Bisa-bisa Emma membocorkannya kepada Duke dan rencananya berantakan."Hiks." Emma tiba-tiba menangis."Mengapa kamu menangis?""Hiks." Emma tetap menangis. Sungguh, dia tidak percaya jika setelah tersadar dari krisis, Canna justru menginginkan budak laki-laki berparas tampan.'Apakah untuk memuaskan hasratnya yang terpendam pada budak tampan itu?' benak Emma yang semakin ke mana-mana.Salahkan Canna yang tidak berniat menjelaskan misi yang sebenarnya kepadanya. Padahal, dia sempat berpikir jika sejak terbangun dari krisis, Tuan Putri-nya itu sudah berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi ternyata justru lebih buruk."Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" Canna dapat melihat jika Emma memikirkan sesuatu yang tidak-tidak tentangnya."...."Emma menutup mulutnya rapat-rapat."Apapun yang sedang kamu pikirkan, itu tidak penting (karena yang terpenting adalah keselamatanku)." Buru-buru Canna menarik pergelangan tangan Emma yang masih menyisakan kesalahpahaman."Ayo cepat berangkat! Kita tidak punya banyak waktu."***Beberapa mil dari kediaman Duke, mobil yang ditumpangi Canna dan Emma berhenti. Kekaisaran Deltrias memang sebuah kerajaan dan negara dengan sistem monarki. Semua pakaian-pakaiannya juga bergaya renaissance ala bangsawan eropa.Namun, era perkembangan zaman sudah sedikit maju yang mana sudah ada mobil di sini. Mobil antik yang sangat mahal. Kalian tahu ‘kan mobil klasik yang biasa digunakan dalam film yang dibintangi Brad Pitt, Leonardo DiCaprio, dan Margot Robbie? Ya, kurang lebih seperti itu.Awalnya, Canna berpikir jika terdampar di sebuah tempat dengan latar seperti di era Romeo dan Juliet. Ternyata tidak sejauh itu. Beruntung sudah ada sebagian tekhnologi canggih dan mobil. Bokongnya jadi tidak terasa pegal karena harus berlama-lama duduk di dalam kereta kuda.Canna turun dari mobil dibantu oleh seorang pengawal. Dia melihat ada begitu banyak orang di Alun-alun Ibu Kota yang ramai. Di antara mereka, ada air mancur besar yang disebut keistimewaan Deltrias. Bangunan-bangunan toko b
Dalam cerita asli, disebutkan jika terdapat sebuah pusat informasi yang tersembunyi di gudang anggur. Sebuah tempat yang bisa mencarikan segala macam informasi jika diberikan uang dengan nominal memuaskan. Tidak hanya menjual informasi pada kekaisaran, mereka juga menjual informasi mematikan milik kekaisaran pada negara lain.Setelah perang berakhir, karena melakukan tindakan dua sisi seperti itu, seluruh anggota gilda disingkirkan oleh pembunuh gila yang mendapat perintah langsung dari Kaisar. Pembunuh gila yang dimaksud tentu saja sang Putra Mahkota, karakter utama di dalam cerita. Dia membunuh mereka semua dengan ringan seperti monster yang kelaparan.Namun, ada satu gilda yang masih disisakan, gilda yang memberikan informasi tentang pemberontakan kepada kekaisaran hingga Kaisar pun memberikan izin resmi kepada gilda itu untuk berdiri. Ya, itu adalah gilda yang tersembunyi di dalam gudang anggur, gilda informasi terbaik di benua, Gilda Four Night.'Karena sudah tahu isi ceritanya,
Ketua gilda tidak bisa berkata-kata. Dia tidak percaya akan mendengar permintaan membagongkan dari klien yang cukup unik di depannya. Dia pikir putri dari Perdana Menteri itu ingin merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan politik atau bahkan siasat untuk mengkhianati kekaisaran."Hm, ya, selain sebagai pusat informasi, gilda ini memang bisa digunakan sebagai pusat perjodohan." Keterkejutan di wajah ketua gilda itu tidak bertahan lama. Kini, dia kembali datar, seolah-olah ingin segera menyudahi permainan anak kecil."Aku harus memiliki tunangan sebelum kembali ke akademi. Mungkin waktuku hanya sekitar satu bulan." Canna berujar yakin.Jika sudah kembali ke akademi, akan sulit bagi Canna mendapatkan tunangan palsu. Rumor buruk tentang Cannaria Swan yang merupakan sang antagonis sudah tersebar luas bahkan di akademi hingga kekaisaran. Dia dikenal sebagai wanita arogan dan suka mem-bully. Akankah dia bisa mendapatkan pria di sana? Sepertinya kemungkinannya hanya sekecil kuman."Mari kit
Ketua gilda kembali duduk di tempatnya, begitu juga dengan Canna. Meskipun telah menutupi rambut dan wajah dengan penutup kepala seperti sebelumnya, tetapi Canna yakin jika di balik tudung sialan itu, ada ekspresi dingin yang semakin terlihat kaku dan sulit diurai.'Apakah sebuah kesalahan menikmati keindahan wajah tanpa persetujuan pemiliknya? Aku 'kan tidak sengaja melihat wajah yang memang sayang jika dilewatkan itu,' benak Canna yang merasa seperti pencuri.Saat menuliskan beberapa ciri dari pria yang dia pesan kepada gilda di dalam buku, Canna sulit berkonsentrasi karena masih belum bisa melupakan ingatan wajah milik pria di hadapannya."Ehem!" Canna tiba-tiba berdeham, "Omong-omong, sangat sia-sia menyembunyikan wajah seperti itu. Bagaimana jika kamu membukanya saja?" Canna menyerah pada konsentrasinya. Dia tersenyum ringan seolah tidak ada kesalahan yang telah dia lakukan. Keterlaluan memang."Jika sudah selesai menulisnya, segeralah kembali ke asalmu. Tempat ini akan segera tu
"Apakah makanannya sesuai dengan seleramu, Sayang?" Ducess Diana menatap Canna dengan intens."Ya, aku menyukainya. Rasanya lezat." Canna tersenyum tipis kepada Ducess yang sejak tadi telah memperhatikannya.Canna sedang menikmati makanan yang disajikan oleh Chevalier, koki Duke William. Saat ini, dia berkumpul bersama Duke dan Ducess untuk melakukan makan siang yang mana sudah menjadi kebiasaan—makan bersama di siang dan malam hari di ruang makan.Pada awalnya, Canna juga merasa canggung jika harus berkomunikasi atau berkumpul bersama mereka. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin dicurigai. Bagaimana jika mereka tahu kalau dia bukanlah putri mereka 'yang asli'?Namun, meskipun sering mendapat penolakan darinya, mereka seolah tidak berhenti berupaya untuk terus mendekatinya. Mereka tetap menunjukkan kasih sayang tulus yang membuatnya goyah. Lebih tepatnya, kasih sayang yang sebenarnya ditujukan kepada putri kandung mereka. Berkat semua perilaku itu, dia jadi tahu betapa sa
'Hm, jadi begini ... penampakan Felix Theodore, karakter utama pria kedua. Ternyata wajahnya jauh lebih tampan daripada yang kubayangkan.'Canna melamun dan menekuni garis bibir sensual Felix yang sangat cocok dengan wajahnya yang tampan. Saat dia tersenyum, kedua matanya akan menyipit seperti bulan sabit. Dia seperti berhadapan dengan Leonardo DiCaprio semasa muda, pria yang memerankan tokoh Jack dalam film Titanic.'Bedanya, dia terlihat lebih tinggi dan tubuhnya juga sepertinya lebih oke.'Pandangan Canna beralih pada paha Felix yang terlipat karena dalam posisi duduk. Celana kain yang dia kenakan seolah-olah memberitahukan jika ada otot-otot menakjubkan di sana. Karena dia seorang kstaria, otot-ototnya pasti terbentuk sempurna.Dalam perjalanan, Canna justru sibuk menilai proporsi wajah, tubuh, dada, dan paha Felix seolah-olah dia menjadi juri dalam ajang American Top Model. Otak cantiknya memang luar biasa unik."Apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa kamu terus melihatnya?"
Sepasang kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik terbuka. Canna tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Felix dengan pupil matanya yang mengecil. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sebelumnya.“Hebat! Apa itu sihir?” Kalimat pertama yang diucapkan Canna setelah kembali ke kenyataan.“Ya, aku melakukan sihir.”Canna terdiam, memaku, dan membisu. Meskipun sejak awal dirinya masuk ke dunia antah berantah ini adalah sebuah ke-irasional-an yang membuatnya tidak habis pikir, melihat hal baru di luar nalar seperti sihir tetap saja membuatnya tidak percaya.“Apa kamu bisa memperlihatkan yang lain? Seperti bagaimana hubungan kedekatanku dengan kedua orangtuaku atau momen bersama teman-teman yang lainnya.”“Tidak bisa. Aku hanya bisa menunjukkan gambaran di mana ada aku di dalamnya. Dalam artian, memori yang kamu lalui saat bersamaku.”“Hm, begitu rupanya, sayang sekali.” Canna bergumam rendah dengan wajah sedikit kecewa sebelum ekspresinya kembali ceria, “Tapi tetap saja
Kereta yang tiba di tujuan akhir, Stasiun Pusat Schwerin, berhenti. Canna buru-buru mengepak barang bawaannya dan meninggalkan kabin di antara para penumpang lainnya.Pita topinya, diikat erat di bawah dagu dan rambutnya yang dikepang rapi bergoyang saat dia mengambil langkah beratnya. Namun, ekspresi optimis itu tidak bertahan lama saat Felix tiba-tiba menggenggam tangannya seperti anak kecil.Kerumunan besar dan suara kesemutan membuat Canna kewalahan untuk sesaat. Dia terjepit dan didorong untuk turun dari kereta hingga koper yang dia jinjing hampir jatuh. Karena itulah Felix menggandeng tangannya dan membawanya menuju pintu keluar dengan selamat.Di sisi lain, hingar bingar penduduk yang ada di stasiun disertai asap hitam yang mengepul di cerobong asap kereta api, menjadi pemandangan unik yang bisa dinikmati.Saat sibuk menikmati keindahan sekitar, dahi Canna tanpa sengaja membentur punggung Felix, “Ah, maaf!”“Tidak masalah.” Bibir Felix melengkung ringan dan kembali berjalan ber