Share

Gilda Four Night

Auteur: Lullaby
last update Dernière mise à jour: 2023-07-22 20:02:21

Beberapa mil dari kediaman Duke, mobil yang ditumpangi Canna dan Emma berhenti. Kekaisaran Deltrias memang sebuah kerajaan dan negara dengan sistem monarki. Semua pakaian-pakaiannya juga bergaya renaissance ala bangsawan eropa.

Namun, era perkembangan zaman sudah sedikit maju yang mana sudah ada mobil di sini. Mobil antik yang sangat mahal. Kalian tahu ‘kan mobil klasik yang biasa digunakan dalam film yang dibintangi Brad Pitt, Leonardo DiCaprio, dan Margot Robbie? Ya, kurang lebih seperti itu.

Awalnya, Canna berpikir jika terdampar di sebuah tempat dengan latar seperti di era Romeo dan Juliet. Ternyata tidak sejauh itu. Beruntung sudah ada sebagian tekhnologi canggih dan mobil. Bokongnya jadi tidak terasa pegal karena harus berlama-lama duduk di dalam kereta kuda.

Canna turun dari mobil dibantu oleh seorang pengawal. Dia melihat ada begitu banyak orang di Alun-alun Ibu Kota yang ramai. Di antara mereka, ada air mancur besar yang disebut keistimewaan Deltrias. Bangunan-bangunan toko bergaya Romawi Kuno juga menjadi pemandangan klasik yang menyegarkan baginya.

“Wuah, menakjubkan!” Canna sibuk mengagumi keindahan di sekitar. Dia melihat pemandangan luar biasa yang sulit ditemui di kehidupan asalnya. Untuk kesekian kalinya, dia merasa yakin jika benar-benar terdampar di zona kehidupan yang berbeda.

“Ya, ibu kota memang selalu menakjubkan, Lady! Saya selalu merasa senang jika ikut berkunjung ke ibu kota." Emma tersenyum cerah saat dia berjalan mengekor di belakang Canna. Entah ke mana Canna akan membawanya, dia tetap antusias jika berjalan-jalan di ibu kota.

Wajar saja, karena mansion kediaman Duke berada di perbatasan. Terlebih, saat tragedi Canna yang jatuh ke sungai dan mengalami krisis, seluruh mansion berduka dan suasana menjadi sangat suram sekaligus menyedihkan.

Namun, setelah Canna kembali sadar, seketika kediaman itu mendapatkan kembali cahayanya. Mereka bersyukur karena Putri Duke kembali sadar meskipun beberapa hari terus mengurung diri.

Mereka tidak tahu saja jika Canna sedang sibuk merutuki nasib dan mengatur strategi. Mereka juga tidak tahu jika Canna yang saat ini bukanlah Canna 'yang asli' atau orang yang mereka sayangi.

“Sebenarnya kita akan pergi ke mana, Lady?" Emma mulai khawatir saat dengan tekun mengikuti Canna di belakang. 'Kuharap Lady melupakan niatnya untuk mencari budak tampan,' benaknya yang masih saja salah paham.

"Aku tidak berniat mengganti tujuan utamaku, Emma. Aku ingin berburu pria tampan. Hm, jadi tidak sabar." Canna menggelincirkan senyuman dan membuat Emma kian salah paham.

Emma terkesiap hingga terlonjak, "Lady, itu mungkin akan berbahaya. Ilegal namanya," bisiknya lirih sembari melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Perbudakan memang sudah menjadi ilegal di Deltrias. Mereka yang memelihara budak akan menjadi aib. Emma takut jika rumor buruk tentang Canna yang sudah banyak menjadi semakin banyak. Memangnya seberapa buruk perlakuan Cannaria 'yang asli' di kehidupannya hingga Emma bisa berpikir demikian?

"Legal jika sama-sama suka." Canna menjawab datar dan tetap berjalan. Entah ke mana dia akan pergi, mata emerald-nya seolah sibuk berkeliling, melihat sesuatu yang dicari.

'Ck! Lagipula siapa yang bisa menolak wajah ini? Tidak ada pria yang mampu menolak kecantikan yang tidak manusiawi seperti ini. Emh ... kecuali karakter utama pria yang bodoh itu tentunya. Bisa-bisanya dia tidak tergoda,' benak Canna tidak habis pikir.

“Lady, tolong pikirkan lagi. Bagaimana dengan masa depan Anda? Lebih baik kita berburu camilan lezat di kedai Madam Bonita saja, ya?” Emma masih berusaha membujuk dengan tatapan memohon.

"Justru masa depanku dipertaruhkan di sini, Emma. Sudah, jangan banyak cakap! Kita harus segera masuk. Akhirnya sudah ketemu."

"Masuk?" beo Emma baru menyadari jika Putri Duke itu telah sampai di tujuan.

Sebuah bangunan berdinding tipis dan tinggi dengan plang kayu bertuliskan ‘The Royal Casino’ telah ada di hadapan. Sebagian besar penduduk tampak hilir-mudik memasuki tempat perjudian sekaligus tempat hiburan yang cukup terkenal tersebut.

Dengan jubah hitam yang menutupi gaun mewah dan rambut pirangnya yang indah, sepertinya penyamaran Canna cukup sempurna. Mungkin tidak akan ada yang menyadari jika dia adalah seorang wanita bangsawan.

Canna merasa harus menyembunyikan jati diri karena akan menjadi aib bagi keluarga Duke jika ada yang melihatnya berkeliaran di tempat seperti ini. Setidaknya dia tidak ingin menjadi anak yang durhakim.

"Cepat pakai jubahmu, Emma. Apa kamu ingin kita ketahuan?"

Emma yang sebelumnya tercenung segera tersadar dan langsung memakai jubahnya dengan patuh. Awalnya, dia bertanya-tanya mengapa Canna menolak ksatria pengawal yang telah diperintahkan Duke untuk melindunginya. Ternyata karena Putri Duke itu ingin berpetualangan di tempat terlarang.

Namun, apa hubungannya 'The Royal Casino' dengan berburu pria tampan?

Setelah memasuki ruangan, terdapat kedai minuman di bagian depan. Sebagian besar meja sudah diisi oleh pria-pria berotot yang sedang minum bir.

Canna dan Emma terus berjalan dan melewati mereka. Canna dengan wajah sangat bersemangat, sedangkan Emma dengan wajah memucat.

Dayang itu merasa takut saat melihat beberapa pria bertubuh kekar yang duduk sambil berkelakar. Suara gebrakan meja dari mereka hampir membuat jantungnya copot. Suasana yang cukup bar-bar bagi gadis berhati lembut sepertinya.

“Sebenarnya apa yang ingin Anda cari di tempat seperti ini, Lady? Saya rasa sejauh mata memandang, tidak ada sesuatu yang tampan seperti yang Anda cari." Emma berbisik lirih dengan tangan gemetar.

Pasalnya, yang Emma lihat hanya pria bertubuh kekar seperti binaragawan, bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut keriting, berhidung bengkok, serta bergigi kuning akibat tembakau. Di mana letak pria tampan itu?

"Aku pasti akan menemukannya."

“Apa Anda yakin?” Emma kebingungan. Pria bertato tiba-tiba memelototinya dan membuatnya semakin ingin pulang. "Tidak ada apa-apa di sini selain pria-pria mengerikan itu, Lady,” imbuhnya dengan wajah hampir menangis.

Canna tiba-tiba berhenti dan praktis membuat Emma ikut berhenti. "... ini di sini."

"Di sini?" Emma mengernyit heran saat hanya melihat pintu bertuliskan 'Gudang Anggur' di bagian atasnya. "Ini hanya gudang anggur biasa yang ada di bangunan ini, Lady."

Canna terdiam beberapa saat di depan pintu gudang anggur tersebut. Sebuah gudang yang ada di pojok kedai minuman.

'Aku yakin di sinilah tempatnya, pusat informasi yang tersembunyi, Gilda Four Night.'

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
teruskan kesalah pahamanmu Emma wkwkkw
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Pesta Kelulusan

    Kegiatan yang paling dinantikan oleh para murid akhir-akhir ini adalah pesta kelulusan tahunan. Pesta ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga kesempatan untuk memamerkan kemewahan dan prestise mereka. Para murid telah diberi cuti dan diperbolehkan kembali ke kediaman masing-masing untuk mempersiapkan diri menjelang pesta.Di kediaman mereka, semuanya sibuk menyiapkan diri dengan penuh antusias. Mereka memilih gaun dan setelan jas yang paling sesuai dengan selera masing-masing. Persiapan untuk pesta kelulusan menjadi sebuah ritual istimewa yang mereka lakukan untuk terlihat sempurna.Namun, di tengah keramaian ini, Canna justru sedang bersantai sambil menikmati segelas jus apel yang disiapkan oleh Emma. Beberapa hari terakhir, ia kembali ke kediaman Duke William, dan ternyata, ia merasa nyaman berada di rumah."Lady, ada yang mengirimkan ini untuk Anda," kata Emma sambil membawa sebuah surat dan sebuah kotak hadiah besar.Canna mengangkat alisnya ketika melihat Emma membawa barang-bara

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Felix Confess

    Toko Roti Gustave adalah satu-satunya toko di Pusat Schwerin yang terkenal dengan kualitas adonan terbaik. Mereka sering memuji-muji roti serta kue keringnya yang lezat.Setiap hari, lusinan pelanggan yang mengantri menghiasi toko ini. Termasuk, Canna dan Felix yang sedang duduk di meja, menunggu hidangan yang baru saja mereka pesan di tengah kerumunan pengunjung setia.Gustave dengan gesit mengambil hidangan-hidangan yang baru saja matang dari panggangan, meletakkannya dengan cermat di atas nampan, dan kemudian berjalan dengan langkah pasti menuju meja yang ditempati oleh Canna dan Felix."Baklava, sebuah karya seni roti berlapis yang membawa cita rasa yang hangat telah siap," ucap Gustave sambil merasa puas dengan hasil kerjanya, "Tidak hanya itu, pancake lemon manis juga telah kusiapkan khusus untuk Lady yang manis ini." Dengan sentuhan penuh keanggunan, Gustave meletakkan hidangan-hidangan itu di depan Felix dan Canna.Namun, tak hanya itu yang membuat momen ini istimewa. Gustave

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Janji

    'Aku, merasa mengantuk,' pikir Canna dengan pandangan kosong.Seperti biasa, Canna berjalan di kampus akademi seperti itik yang kesepian, dikucilkan dari kelompok dan dunia sekitarnya.Saat melangkah, dia tidak bisa menguap karena menjaga citranya sebagai wanita antagonis yang elegan. Sebagai gantinya, dia menggigit bibir hingga air matanya keluar.Langkahnya menuju kelas terasa berat, matanya yang merah seperti kelilipan. Namun, dia tak bisa mengabaikan pemandangan yang terjadi di belakang gedung sihir. Di sana, suasana menjadi serius.Troy, didampingi oleh pengikut-pengikutnya, sedang bersenang-senang dengan menyiksa Dimitri. Bajingan gendut itu bahkan tidak menyadari kehadiran Canna di belakang mereka. Mereka sibuk mengejek Dimitri, sementara Canna menyaksikan semuanya dengan dingin."Hei, Tolol! Katakan berapa 12x7, huh?""...."Dimitri hanya menunduk, kacamata tebalnya nyaris terjatuh dari hidungnya."Bukankah selama ini kamu selalu mencari muka di hadapan para guru? Sekarang kat

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Role Play

    🔞 Mature content. Bijaklah dalam membaca!__"Aku ingin sekali memasukkannya ke dalam mulutmu, tapi aku yakin itu akan merusak wajah cantik yang menggemaskan ini. Jadi, bagaimana jawabanmu?" Sambil melafalkan kata-kata vulgar itu, Axe meraih pergelangan Canna dan membiarkannya memegang kejantanannya. Terkejut dengan ketebalan yang tidak bisa dipegang dengan satu tangan, Canna mencoba menarik tangannya keluar dari dalam celananya, tetapi itu sia-sia. "Ke mana perginya keberanianmu tadi? Kamu yang melemparkan dirimu padaku, jika kamu lupa." Mata biru keabu-abuan Axe berkilat menggoda sambil menahan tubuh Canna untuk tidak bergerak. Mulanya, Canna memang hanya berniat menggodanya, tetapi kini dia justru terjebak dan tidak bisa lepas dari genggamannya. Dia sering mendengar dirinya disebut 'wanita gila', tetapi tampaknya Axe bukanlah tandingannya. Pria itu lebih gila daripada siapapun."Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Canna bergumam pelan dan berpura-pura bersikap te

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Bisakah Kamu Atasi?

    Ellie membawa keranjang buah sambil berjalan menyusuri hutan. Pada sore hari seperti ini, Felix biasanya berlatih pedang di dekat danau, dan Ellie berniat menemuinya.Tepat seperti yang diduga, Felix terlihat begitu serius berlatih hingga keringatnya bercucuran. Gerakannya begitu lihai dalam mengayunkan pedang, disertai mana sihirnya yang kuat membuat aura-nya yang hangat seketika berubah menjadi seperti aura berbahaya.Ellie yang melihat itu semua di balik pohon, tiba-tiba pipinya bersemu merah karena menurutnya Felix terlihat begitu menarik.Felix yang menyadari keberadaan Ellie lantas menghentikan gerakannya dan meletakkan pedangnya, "Apa kamu akan terus bersembunyi di situ?"Ellie terkesiap dan merasa malu. Dengan langkah ragu, dia mendekati Felix dan berusaha mengurangi jarak di antara mereka. "Maaf, aku tahu aku mengganggumu saat latihan. Aku hanya ingin memberimu ini," ucapnya seraya menyodorkan keranjang berisi buah-buahan segar."Sudah kubilang aku tidak membutuhkan sesuatu s

  • Obsesi Gila sang Pangeran Neraka   Pemandangan Indah

    Kelopak mata Canna terbuka hingga mengungkapkan bulu matanya yang lentik. Mengedarkan pandangan, dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah klasik yang sederhana. Namun, ini bukanlah kamar asrama Hoover. Apakah dia berada di rumah salah satu penduduk Desa Kacang?"Kamu sudah bangun?" kata Felix sambil membawa makanan dan meletakkannya di atas nakas. "Jangan banyak bergerak, karena lukamu baru diobati.""Terima kasih sudah mengobatiku, Felix.""Bukan aku yang mengobatimu, tetapi Guru Axe. Seperti saat kejadian sebelumnya." Felix membicarakan tentang kejadian racun di Trapple Park dan saat itu Axe juga yang mengobati Canna. "Tapi mengapa kejadian buruk selalu menimpa kamu? Aku khawatir setiap kali," tambahnya sambil menghela nafas."Maaf, aku juga tidak menginginkannya," ujar Canna dengan lesu. "Tapi seseorang memukulku dari belakang. Meskipun tidak seberapa terlihat jelas, aku yakin dia adalah seorang gadis berambut pirang keemasan. Aku benar-benar tidak berbohong. Sungguh!" imbuhnya

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status