Beberapa mil dari kediaman Duke, mobil yang ditumpangi Canna dan Emma berhenti. Kekaisaran Deltrias memang sebuah kerajaan dan negara dengan sistem monarki. Semua pakaian-pakaiannya juga bergaya renaissance ala bangsawan eropa.
Namun, era perkembangan zaman sudah sedikit maju yang mana sudah ada mobil di sini. Mobil antik yang sangat mahal. Kalian tahu ‘kan mobil klasik yang biasa digunakan dalam film yang dibintangi Brad Pitt, Leonardo DiCaprio, dan Margot Robbie? Ya, kurang lebih seperti itu.Awalnya, Canna berpikir jika terdampar di sebuah tempat dengan latar seperti di era Romeo dan Juliet. Ternyata tidak sejauh itu. Beruntung sudah ada sebagian tekhnologi canggih dan mobil. Bokongnya jadi tidak terasa pegal karena harus berlama-lama duduk di dalam kereta kuda.Canna turun dari mobil dibantu oleh seorang pengawal. Dia melihat ada begitu banyak orang di Alun-alun Ibu Kota yang ramai. Di antara mereka, ada air mancur besar yang disebut keistimewaan Deltrias. Bangunan-bangunan toko bergaya Romawi Kuno juga menjadi pemandangan klasik yang menyegarkan baginya.“Wuah, menakjubkan!” Canna sibuk mengagumi keindahan di sekitar. Dia melihat pemandangan luar biasa yang sulit ditemui di kehidupan asalnya. Untuk kesekian kalinya, dia merasa yakin jika benar-benar terdampar di zona kehidupan yang berbeda.“Ya, ibu kota memang selalu menakjubkan, Lady! Saya selalu merasa senang jika ikut berkunjung ke ibu kota." Emma tersenyum cerah saat dia berjalan mengekor di belakang Canna. Entah ke mana Canna akan membawanya, dia tetap antusias jika berjalan-jalan di ibu kota.Wajar saja, karena mansion kediaman Duke berada di perbatasan. Terlebih, saat tragedi Canna yang jatuh ke sungai dan mengalami krisis, seluruh mansion berduka dan suasana menjadi sangat suram sekaligus menyedihkan.Namun, setelah Canna kembali sadar, seketika kediaman itu mendapatkan kembali cahayanya. Mereka bersyukur karena Putri Duke kembali sadar meskipun beberapa hari terus mengurung diri.Mereka tidak tahu saja jika Canna sedang sibuk merutuki nasib dan mengatur strategi. Mereka juga tidak tahu jika Canna yang saat ini bukanlah Canna 'yang asli' atau orang yang mereka sayangi.“Sebenarnya kita akan pergi ke mana, Lady?" Emma mulai khawatir saat dengan tekun mengikuti Canna di belakang. 'Kuharap Lady melupakan niatnya untuk mencari budak tampan,' benaknya yang masih saja salah paham."Aku tidak berniat mengganti tujuan utamaku, Emma. Aku ingin berburu pria tampan. Hm, jadi tidak sabar." Canna menggelincirkan senyuman dan membuat Emma kian salah paham.Emma terkesiap hingga terlonjak, "Lady, itu mungkin akan berbahaya. Ilegal namanya," bisiknya lirih sembari melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.Perbudakan memang sudah menjadi ilegal di Deltrias. Mereka yang memelihara budak akan menjadi aib. Emma takut jika rumor buruk tentang Canna yang sudah banyak menjadi semakin banyak. Memangnya seberapa buruk perlakuan Cannaria 'yang asli' di kehidupannya hingga Emma bisa berpikir demikian?"Legal jika sama-sama suka." Canna menjawab datar dan tetap berjalan. Entah ke mana dia akan pergi, mata emerald-nya seolah sibuk berkeliling, melihat sesuatu yang dicari.'Ck! Lagipula siapa yang bisa menolak wajah ini? Tidak ada pria yang mampu menolak kecantikan yang tidak manusiawi seperti ini. Emh ... kecuali karakter utama pria yang bodoh itu tentunya. Bisa-bisanya dia tidak tergoda,' benak Canna tidak habis pikir.“Lady, tolong pikirkan lagi. Bagaimana dengan masa depan Anda? Lebih baik kita berburu camilan lezat di kedai Madam Bonita saja, ya?” Emma masih berusaha membujuk dengan tatapan memohon."Justru masa depanku dipertaruhkan di sini, Emma. Sudah, jangan banyak cakap! Kita harus segera masuk. Akhirnya sudah ketemu.""Masuk?" beo Emma baru menyadari jika Putri Duke itu telah sampai di tujuan.Sebuah bangunan berdinding tipis dan tinggi dengan plang kayu bertuliskan ‘The Royal Casino’ telah ada di hadapan. Sebagian besar penduduk tampak hilir-mudik memasuki tempat perjudian sekaligus tempat hiburan yang cukup terkenal tersebut.Dengan jubah hitam yang menutupi gaun mewah dan rambut pirangnya yang indah, sepertinya penyamaran Canna cukup sempurna. Mungkin tidak akan ada yang menyadari jika dia adalah seorang wanita bangsawan.Canna merasa harus menyembunyikan jati diri karena akan menjadi aib bagi keluarga Duke jika ada yang melihatnya berkeliaran di tempat seperti ini. Setidaknya dia tidak ingin menjadi anak yang durhakim."Cepat pakai jubahmu, Emma. Apa kamu ingin kita ketahuan?"Emma yang sebelumnya tercenung segera tersadar dan langsung memakai jubahnya dengan patuh. Awalnya, dia bertanya-tanya mengapa Canna menolak ksatria pengawal yang telah diperintahkan Duke untuk melindunginya. Ternyata karena Putri Duke itu ingin berpetualangan di tempat terlarang.Namun, apa hubungannya 'The Royal Casino' dengan berburu pria tampan?Setelah memasuki ruangan, terdapat kedai minuman di bagian depan. Sebagian besar meja sudah diisi oleh pria-pria berotot yang sedang minum bir.Canna dan Emma terus berjalan dan melewati mereka. Canna dengan wajah sangat bersemangat, sedangkan Emma dengan wajah memucat.Dayang itu merasa takut saat melihat beberapa pria bertubuh kekar yang duduk sambil berkelakar. Suara gebrakan meja dari mereka hampir membuat jantungnya copot. Suasana yang cukup bar-bar bagi gadis berhati lembut sepertinya.“Sebenarnya apa yang ingin Anda cari di tempat seperti ini, Lady? Saya rasa sejauh mata memandang, tidak ada sesuatu yang tampan seperti yang Anda cari." Emma berbisik lirih dengan tangan gemetar.Pasalnya, yang Emma lihat hanya pria bertubuh kekar seperti binaragawan, bertubuh pendek, berkulit hitam, berambut keriting, berhidung bengkok, serta bergigi kuning akibat tembakau. Di mana letak pria tampan itu?"Aku pasti akan menemukannya."“Apa Anda yakin?” Emma kebingungan. Pria bertato tiba-tiba memelototinya dan membuatnya semakin ingin pulang. "Tidak ada apa-apa di sini selain pria-pria mengerikan itu, Lady,” imbuhnya dengan wajah hampir menangis.Canna tiba-tiba berhenti dan praktis membuat Emma ikut berhenti. "... ini di sini.""Di sini?" Emma mengernyit heran saat hanya melihat pintu bertuliskan 'Gudang Anggur' di bagian atasnya. "Ini hanya gudang anggur biasa yang ada di bangunan ini, Lady."Canna terdiam beberapa saat di depan pintu gudang anggur tersebut. Sebuah gudang yang ada di pojok kedai minuman.'Aku yakin di sinilah tempatnya, pusat informasi yang tersembunyi, Gilda Four Night.'***Dalam cerita asli, disebutkan jika terdapat sebuah pusat informasi yang tersembunyi di gudang anggur. Sebuah tempat yang bisa mencarikan segala macam informasi jika diberikan uang dengan nominal memuaskan. Tidak hanya menjual informasi pada kekaisaran, mereka juga menjual informasi mematikan milik kekaisaran pada negara lain.Setelah perang berakhir, karena melakukan tindakan dua sisi seperti itu, seluruh anggota gilda disingkirkan oleh pembunuh gila yang mendapat perintah langsung dari Kaisar. Pembunuh gila yang dimaksud tentu saja sang Putra Mahkota, karakter utama di dalam cerita. Dia membunuh mereka semua dengan ringan seperti monster yang kelaparan.Namun, ada satu gilda yang masih disisakan, gilda yang memberikan informasi tentang pemberontakan kepada kekaisaran hingga Kaisar pun memberikan izin resmi kepada gilda itu untuk berdiri. Ya, itu adalah gilda yang tersembunyi di dalam gudang anggur, gilda informasi terbaik di benua, Gilda Four Night.'Karena sudah tahu isi ceritanya,
Ketua gilda tidak bisa berkata-kata. Dia tidak percaya akan mendengar permintaan membagongkan dari klien yang cukup unik di depannya. Dia pikir putri dari Perdana Menteri itu ingin merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan politik atau bahkan siasat untuk mengkhianati kekaisaran."Hm, ya, selain sebagai pusat informasi, gilda ini memang bisa digunakan sebagai pusat perjodohan." Keterkejutan di wajah ketua gilda itu tidak bertahan lama. Kini, dia kembali datar, seolah-olah ingin segera menyudahi permainan anak kecil."Aku harus memiliki tunangan sebelum kembali ke akademi. Mungkin waktuku hanya sekitar satu bulan." Canna berujar yakin.Jika sudah kembali ke akademi, akan sulit bagi Canna mendapatkan tunangan palsu. Rumor buruk tentang Cannaria Swan yang merupakan sang antagonis sudah tersebar luas bahkan di akademi hingga kekaisaran. Dia dikenal sebagai wanita arogan dan suka mem-bully. Akankah dia bisa mendapatkan pria di sana? Sepertinya kemungkinannya hanya sekecil kuman."Mari kit
Ketua gilda kembali duduk di tempatnya, begitu juga dengan Canna. Meskipun telah menutupi rambut dan wajah dengan penutup kepala seperti sebelumnya, tetapi Canna yakin jika di balik tudung sialan itu, ada ekspresi dingin yang semakin terlihat kaku dan sulit diurai.'Apakah sebuah kesalahan menikmati keindahan wajah tanpa persetujuan pemiliknya? Aku 'kan tidak sengaja melihat wajah yang memang sayang jika dilewatkan itu,' benak Canna yang merasa seperti pencuri.Saat menuliskan beberapa ciri dari pria yang dia pesan kepada gilda di dalam buku, Canna sulit berkonsentrasi karena masih belum bisa melupakan ingatan wajah milik pria di hadapannya."Ehem!" Canna tiba-tiba berdeham, "Omong-omong, sangat sia-sia menyembunyikan wajah seperti itu. Bagaimana jika kamu membukanya saja?" Canna menyerah pada konsentrasinya. Dia tersenyum ringan seolah tidak ada kesalahan yang telah dia lakukan. Keterlaluan memang."Jika sudah selesai menulisnya, segeralah kembali ke asalmu. Tempat ini akan segera tu
"Apakah makanannya sesuai dengan seleramu, Sayang?" Ducess Diana menatap Canna dengan intens."Ya, aku menyukainya. Rasanya lezat." Canna tersenyum tipis kepada Ducess yang sejak tadi telah memperhatikannya.Canna sedang menikmati makanan yang disajikan oleh Chevalier, koki Duke William. Saat ini, dia berkumpul bersama Duke dan Ducess untuk melakukan makan siang yang mana sudah menjadi kebiasaan—makan bersama di siang dan malam hari di ruang makan.Pada awalnya, Canna juga merasa canggung jika harus berkomunikasi atau berkumpul bersama mereka. Dia tidak ingin membuat kesalahan dan tidak ingin dicurigai. Bagaimana jika mereka tahu kalau dia bukanlah putri mereka 'yang asli'?Namun, meskipun sering mendapat penolakan darinya, mereka seolah tidak berhenti berupaya untuk terus mendekatinya. Mereka tetap menunjukkan kasih sayang tulus yang membuatnya goyah. Lebih tepatnya, kasih sayang yang sebenarnya ditujukan kepada putri kandung mereka. Berkat semua perilaku itu, dia jadi tahu betapa sa
'Hm, jadi begini ... penampakan Felix Theodore, karakter utama pria kedua. Ternyata wajahnya jauh lebih tampan daripada yang kubayangkan.'Canna melamun dan menekuni garis bibir sensual Felix yang sangat cocok dengan wajahnya yang tampan. Saat dia tersenyum, kedua matanya akan menyipit seperti bulan sabit. Dia seperti berhadapan dengan Leonardo DiCaprio semasa muda, pria yang memerankan tokoh Jack dalam film Titanic.'Bedanya, dia terlihat lebih tinggi dan tubuhnya juga sepertinya lebih oke.'Pandangan Canna beralih pada paha Felix yang terlipat karena dalam posisi duduk. Celana kain yang dia kenakan seolah-olah memberitahukan jika ada otot-otot menakjubkan di sana. Karena dia seorang kstaria, otot-ototnya pasti terbentuk sempurna.Dalam perjalanan, Canna justru sibuk menilai proporsi wajah, tubuh, dada, dan paha Felix seolah-olah dia menjadi juri dalam ajang American Top Model. Otak cantiknya memang luar biasa unik."Apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa kamu terus melihatnya?"
Sepasang kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik terbuka. Canna tidak dapat mengalihkan pandangannya kepada Felix dengan pupil matanya yang mengecil. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sebelumnya.“Hebat! Apa itu sihir?” Kalimat pertama yang diucapkan Canna setelah kembali ke kenyataan.“Ya, aku melakukan sihir.”Canna terdiam, memaku, dan membisu. Meskipun sejak awal dirinya masuk ke dunia antah berantah ini adalah sebuah ke-irasional-an yang membuatnya tidak habis pikir, melihat hal baru di luar nalar seperti sihir tetap saja membuatnya tidak percaya.“Apa kamu bisa memperlihatkan yang lain? Seperti bagaimana hubungan kedekatanku dengan kedua orangtuaku atau momen bersama teman-teman yang lainnya.”“Tidak bisa. Aku hanya bisa menunjukkan gambaran di mana ada aku di dalamnya. Dalam artian, memori yang kamu lalui saat bersamaku.”“Hm, begitu rupanya, sayang sekali.” Canna bergumam rendah dengan wajah sedikit kecewa sebelum ekspresinya kembali ceria, “Tapi tetap saja
Kereta yang tiba di tujuan akhir, Stasiun Pusat Schwerin, berhenti. Canna buru-buru mengepak barang bawaannya dan meninggalkan kabin di antara para penumpang lainnya.Pita topinya, diikat erat di bawah dagu dan rambutnya yang dikepang rapi bergoyang saat dia mengambil langkah beratnya. Namun, ekspresi optimis itu tidak bertahan lama saat Felix tiba-tiba menggenggam tangannya seperti anak kecil.Kerumunan besar dan suara kesemutan membuat Canna kewalahan untuk sesaat. Dia terjepit dan didorong untuk turun dari kereta hingga koper yang dia jinjing hampir jatuh. Karena itulah Felix menggandeng tangannya dan membawanya menuju pintu keluar dengan selamat.Di sisi lain, hingar bingar penduduk yang ada di stasiun disertai asap hitam yang mengepul di cerobong asap kereta api, menjadi pemandangan unik yang bisa dinikmati.Saat sibuk menikmati keindahan sekitar, dahi Canna tanpa sengaja membentur punggung Felix, “Ah, maaf!”“Tidak masalah.” Bibir Felix melengkung ringan dan kembali berjalan ber
Ellie melonggarkan pelukannya, “Apa kamu sungguh tidak mengingat sedikit saja tentangku, Canna?” lirihnya dengan mata seolah menyimpan kristal bening.Canna menggelengkan kepala, masih dengan sekujur tubuh kaku. Mendapat kontak langsung secara tiba-tiba dengan karakter utama wanita, membuatnya hilang kesadaran untuk beberapa saat.Ellie menundukkan kepala, lapisan kristal bening itu meluruh dan membasahi pipinya yang merah, “Maafkan aku, Canna. Ini adalah mimpi buruk. Kamu jadi tidak bisa mengingatku. Sungguh maafkan aku."Canna mengerutkan kening dengan wajah bingung, "Tenanglah! Ini semua bukan salahmu, jadi berhentilah menangis."Ellie tetap sesenggukan sambil menundukkan kepala."Cup-cup! Sudah jangan menangis."Mendengar hal itu, tangisan Ellie justru semakin pecah. Air matanya berderai semakin deras. Wajahnya benar-benar terlihat kacau dan sedih.Bloody Rose, mulanya menceritakan hubungan kedekatan Cannaria dan Ellie yang merupakan sepasang sahabat. Pada suatu hari, mereka berdu