Grace tahu ke mana arah jalan pembicaraan Marvel. Tetapi, di dalam kepala Marvel, pria itu secara halus tidak boleh Grace melakukan hal seperti ini bersama dengan pria lain selain dirinya. Marvel tidak sudi dan tidak akan pernah ikhlas walau itu hanya seujung kuku.Melihat gelagat Grace yang ketakutan, Marvel membopong tubuh Grace menuju area shower di mana tempat pemandian itu dilapisi dengan kaca buram. Marvel menggeser kaca tersebut setelah mereka berdua masuk, lalu ia menyalakan shower dan air dari atas ke bawah menyiram tubuh mereka berdua.Marvel menatap Grace yang terkena air shower itu, Grace yang menatap ke depan, menatap ke dada bidang Marvel yang basah dan juga itu terlihat sangat menggoda di mata Grace.Setelah di rasa pas, Marvel mematikan shower tersebut lalu ia mengambil sabun mandi beraroma mawar yang sengaja ia brli terlebih dahuli sebelum Grace menginap untuk kedua kali di rumahnya."Apa kamu gak ada niatan buat buka seluruh pakaian kamu, gitu?" tanya Marvel. Dengan
Grace terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa."Om, aku masih semester 1.""I don't care, Grace. Saya suka sama kamu apa adanya. Saya gak mikir kamu masih sekolah atau enggak. Apa kamu suka sama saya?"Dengan malu-malu, Grace menganggukkan kepalanya. Jujur saja, ia menyukai Marvel. Marvel yang mempesona dan tampan di matanya itu, siapa yang tidak tertarik?Marvel tersenyum melihat Grace yang menganggukkan kepalanya. Lucu sekali. Marvel mengangkat dagu Grace lalu menyatukan birai mereka berdua. Menyalurkan rasa cinta di sana.Marvel mengangkat tubuh mungil Grace lalu ia mendudukkan tubuh Grace di pangkuannya. Marvel juga menuntun tangan Grace agar memeluk lehernya dan Marvel memperdalam ciuman mereka.2 menit kemudian, Marvel menyudahi ciuman mereka. Wajah Grace yang memerah itu sangat menggoda untuk tidak dicium pipinya.Cup!Grace terpaku saat Marvel mengecup pipinya."Ih ... Om!" pekik Grace. Marvel tertawa, ia menyuruh Grace untuk segera masuk ke dalam rumah karena apu unggun juga
Grace memilih untuk duduk di depan cermin meja rias. Ia menyisir rambutnya lalu kembali mengenakan handuk kecil di atas kepalanya karena rambutnya yang hitam itu masih basah. Grace menunggu kedatangan Marvel. Ia ingin segera meminta naaf karena dirinya melakukan hal kekerasan pada Marvel.***Setelah Marvel menyelesaikan ritual penandiannya, Marvel mengeringkan rambutnya tebalnya menggunakan hair dryer yang disimpan di laci kabinet dekat wastafel lalu ia mengenakan cologne di tubuhnya yang dibaluti handuk kecil di pinggang hingga lututnya.Ceklek!Marvel membuka pintu kamar mandi dan melihat Grace yang tengah termenung di meja rias. Ia tengah menatap kosong keluar jendela kamar Marvel yang menjulang tinggi itu.Marvel tersenyum lalu ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati Grace. Ia memeluk tubuh mungil Grace dari belakang, memeluk erat pinggang Grace dengan kedua tangan kekarnya lalu meletakkan dagunya di pundak Grace. Aroma shampoo dari rambut Grace yang dibaluti handuk itu mengua
Marvel tersenyum saat Grace menerima suapannya. Selanjutnya Grace kembali mengerjakan soal-soal yang ia buat sendiri. Sementara Marvel sesekali fokus untuk menyuapi Grace yang tengah mengerjakan soal-soal angka di sana."Om, kalo hasil ini berapa, ya?" tanya Grace mendongak menatap Marvel yang tengah menatap televisi sambil memakan cemilannya yang berada di pangkuan pria itu.Marvel menoleh ke arah Grace lalu ia mengambil buku tulis gadis itu beserta pena di sana lalu ia mengerjakan soal-soal yang Grace buat sendiri. Sebenarnya, Grace ingin melihat kinerja otak pria itu. Apakah masih berfungsi untuk mengerjakan soal kalkulus itu atau bukan? Atau mungkin saja ia telah lupa mengenai hitung-hitungan karena mengurus kantor bisnisnya itu.Tap!Marvel meletakkan pena dan buku tulis di depan Grace. Gadis itu terpukau akan otak Marvel yang sangat cerdas dan mampu mengerjakan soal sepuluh buah itu 4 menit. Biasanya, Grace akan mengerjakan soal-soal tersebut sampai 12 menit atau lebih cepat 8 m
"Jantung kamu sedang berdisko ya, Sayang?" tanya Marvel jahil."Ini juga gara-gara Om. Kalau gak Om giniin, pasti juga di gak kayak gini.""Tapi, kamu suka 'kan saya giniin?"Grace memalingkan wajahnya ke arah lain. Wajahnya memerah menahan malu akibat perkataan Marvel yang benar itu. Jujur saja, Grace menikmati sentuhan Marvel yang pertama kali ia rasakan. Sangat nikmat. Grace tidak berbohong.Kruk!Bunyi di perut mungil milik Grace berbunyi. Cacing di perutnya itu memberitahu pada Grace agar ia memakan sesuatu untuk mengisi perutnya."Hahahaha." Marvel tertawa ngakak, sungguh Grace sangat lucu sekarang. Dari wajahnya yang tengang menjadi menahan malu karena perutnya yang keroncongan minta diisi.Camilan tadi tidak membuat perut Grace menjadi kenyang. Hanya sebagai pengganjal saja."Ya udah, yuk makan siang."Marvel menarik tangan Grace menuju dapur. Di sana sudah terhidang makan siang mereka yang masih hangat oleh Bi Tuti."Selamat makan Tuan, Non Grace.""Makasih banyak ya, Bi," ja
Saat Marvel ingin menjauhkan tubuhnya dari Grace, tubuh Grace seketika menjadi lemah. Marvel terkejut dan dengan sigap ia menahan tubuh Grace agar tak terjatuh walaupun mereka duduk di atas sofa sekarang.Grace tertidur dengan pulas setelah sekian lama ia menangis, melihat hal itu Marvel berinisiatif untuk mengangkat tubuh Grace menuju kamarnya ala bridal style. Setelag sampai di dalam kamar, Marvel menutup pintu kamarnya menggunakan kaki lalu meletakkan Grace dengan lembut di atas ranjang empuknya agar gadis itu tak terbangun.Marvel perlahan-lahan, menaiki ranjang lalu ia menatap wajah Grace yang kusut. Di sana masih tertinggal jejak air matanya. Marvel menghapusnya dengan tissue basah dengan lembut tanpa ingin membangun Grace. Semoga saja dia tak bangun, pikir Marvel.Setelahnya, barulah Marvel kembali menaiki ranjang setelah ia membuang tissue basah itu di dalam tong sampah. Marvel mengelus rambut Grace yang hitam itu, rambutnya sangat cantik, hitam, lebat dan wangi.Marvel mendek
Marvel menelisik dari ujung rambut Grace yang basah, sepertinya gadis itu tengah keramas dan ada beberapa tetes air yang turun dari sana. Marvel menarik Grace menuju meja riasnya lalu mendudukkan gadis itu di sana. Ia mengambil hair dryer di laci meja rias, mencolokkan di stop kontak lalu mulai mengeringkan rambut Grace yang basah."Kalau kamu belum tahu cara gunain alat, kamu bisa minta tolong sama saya. Saya dengan senang hati akan menolong kamu jika kamu mau mengadu sama saya," ujar Marvel di sela-sela kegiatannya saat mengeringkan rambut Grace.Grace masih diam seribu bahasa, dia juga menikmati sentuhan Marvel yang mengeringkan rambutnya. Sesekali tangan Marvel juga memainkan rambutnya, merasakan lembutnya rambutnya itu dan juga sedikit memberi pijatan di kulit kepalanya."Nanti malam, kita makan di restoran. Kamu mau, gak?"Sepertinya Marvel sudah jengah melihat kelakuan Grace yang mendiaminya. Tapi, ia juga ada rasa sabar di lubuk hatinya. Mungkin saja Grace ingin membutuhkan wa
Marvel semakin memperdalam ciuman mereka. Bi Tuti yang tengah membersihkan peralatan dapur segera menyudahinya lalu ia pergi keluar melalui pintu belakang, takut nanti jika Marvel marah padanya.Ceklek!Terdengar suara pintu yang tertutup. Grace menoleh ke arah pintu belakang yang sudah tertutup rapat sehingga ciuman mereka terlepas. Marvel yang tadinya sudah terbawa perasaan itu terhenti oleh Grace yang kepalanya bergerak.Marvel membuka kedua matanya, melihat ke depan di mana wajah Grace tengah menoleh ke arah pintu lalu beralih ke arah Marvel. Grace melihat wajah Marvel yang memerah itu. Sepertinya dia marah padanya karena Grace bergerak sehingga pangutan mereka terlepas.Melihat hal itu, Grace menundukkan kepalanya. Ia takut mrlihat wajah Marvel yang datar menatapnya.Marvel membaringkan tubuh Grace di atas sofa lalu ia memeluk tubuh Grace dari atas. Terlihat seperti menindih Grace, tetapi kenyataannya memang seperti itu. Marvel meletakkan kepalanya di bahu Grace sebelah kanan den