Pagi hari, Grace lebih dahulu terbangun dari pada pria itu. Ia membuka matanya dan merasakan perutnya tertimpa sesuatu yang berat. Pandangannya di awal itu terasa kabur dan perlahan-lahan pun kembali jelas. Kepalanya bergerak dan dahinya sedikit terbentur oleh kening pria itu yang setengahnya tertutupi oleh poni miliknya. Grace tersenyum melihat wajah Marvel yang sangat lucu itu. Apalagi bibirnya yang sedikit maju itu sangat terlihat seperti bayi saja baginya.Grace menyentuh pipi mulus pria itu dengan telapak tangannya lalu kepalanya bergerak ke bawah untuk mencari sesuatu yang membuat perutnya keberatan. Ternyata itu adalah tangan Marvel. Grace melepaskan pelukan pria itu dengan hati-hati lalu ia perlahan bangun dari ranjangnya itu. Grace berhenti beringsut saat Marvel bergerak, gadis itu menoleh ke belakang ternyata pria itu hanya mrngganti posisi tidurnya saja alias menggeliat pelan dengan mata tertutup dan juga gumaman kecil di sana. Grace pun dengan hati-hati beranjak dari ranja
Marvel yang telah selesai mengantar gadisnya itu ke sekolah kini menuju ke rumah Claire yang ditunggu Gio. Sesampainya di sana, Marvel melihat Gio yang tengah memakan serealnya duduk di atas karpet berludru dengan bersila, sementara mangkuknya ia letakkan di atas meja tamu berlapis kaca bening itu sesekali pria bertubuh jangkung itu menatap layar televisi yang menyala."Hei!"Gio terkejut dengan suara teriakan laki-laki di belakangnya. Pria itu menoleh dan tersenyum saat melihat sang kakak telah berada di rumahnya. Marvel duduk di atas sofa dengan menegakkan satu kakinya di atas sofa itu lalu ia meminum seteguk dan meletakkan kembali gelas susu putih milik adiknya itu."Jadi gak?" tanya Marvel pada sang adik."Bentar lah, Bang. Gak liat gue lagi apa?""Seharusnya lo itu gak usah makan. Sebelum olahraga gak boleh makan. Kram lah nanti perut lo.""Gak ada tenaga dong.""Ada sereal lagi gak?"Gio menoleh ke belakang. Sang kakak meminta sereal? Padahal setelah pria itu selesai sarapan mer
"Setelah kita menikah nanti.""Hum, aku masih semester 1 lho Om.""Ya, saya gak lupa. Cuman ngingetin aja bahwa kamu milik saya dan kamu harus menjaga semuanya yang ada di dalam tubuh kamu dan juga hati kamu. Saya gak mau dengar kamu suka sama laki-laki lain lalu kalian berpacaran.""Ih, kok gitu sih? Hati orang itu juga berbalik kali Om. Kayak roda berputar.""Kamu jangan gerak kalo kayak gitu biar gak berputar."Grace kemudian diam, tak berguna juga jika dia berdebat dengan Marvel. Yang ada Marvel lah yang membuatnya bertambah sakit kepala memikirkan pertanyaan dan jawaban Marvel itu. Setelah mereka selesai makan siang, Marvel dan Grace kembali masuk ke dalam mobil untuk mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.****"Hati-hati, ya."Grace melambaikan tangannya, Marvel pun membalas lambaian tangan gadisnya itu karena pria itu membuka kaca bagian penumpang dan ia menjalankan mobilnya seraya menutup kaca mobilnya itu.Ping!Ponselnya berbunyi. Pria itu mengambilnya di atas dashboard mob
Sesampainya di kampus Grace, ia melihat pakaian yang dikenakan gadis itu sekarang telah basah. Sabtu ini dia masuk ke sekolah untuk mengikuti les matematika. Grace mengikutinya dan juga membayar uang tambahan untuk masuk ke kelas iti bersamaan dengan teman sekelasnya dan ada kelas lainnya yang disatukan."Lho, Sayang? Kok basah gini?" tanya Marvel melihat Grace itu."Tadi itu kepeleset Om. Jadinya basah.""Astaga, ayo masuk."Marvel menuntun Grace masuk ke dalam mobilnya itu dan mereka pun pergi ke hotel milik Marvel untuk mengeringkan seragam gadis itu. Sesampainya di kamar hotel, Marvel mematika. pendingin ruangan di kamar President Suite itu dimatikan oleh Marvel."Kamu ganti aja bajunya di sini, baju kamu masih ada di lemari kok. Baju seragamnya langsung di cuci aja. Terus keringkan dan jemur di angeran."Grace pun berlalu dari hadapan pria itu lalu masuk menuju kamar mandi. Sementara Marvel mengambil ponselnya untuk memberitahu Gerland bahwa dia tak lagi menjadi CEO di kantor itu
"Halo."Terdengar suara perempuan di sana. Dia mengernyitkan dahinya. Bagaimana bisa ponsel Marvel ada pada seorang perempuan? Grace yang tadinya itu memejamkan mata, beralih pada ponsel milik Marvel yang berdering. Marvel tak kunjung jua membuka matanya itu dan terpaksa ia mengambil ponsel Marvel yang tertera di sana adalah Gio Faminiano Tremont dan ada gambar lumba-lumba di sana."Lho, maaf. Ini siapa, ya? Marvel ada?" tanya Gio dengan hati-hati. Pria itu masuk ke dalam kamar mandinya walaupun kamar miliknya itu kedap suara, tetapi bisa jasi saja entah Lin, Claire atau Retirado menguping di balik pintu kamarnya itu."Ah, dia sedang tertidur.""Lo siapanya dia?"Grace terdiam, gadis itu lalu menepuk dengan kasar bahu Marvel sehingga pria itu meringis dan terdengar oleh Gio dati seberang. Pria itu mengernyitkan keningnya. Apakah mereka tengah bermain? Pikir Gio. Ah, padahal umurnya masih 25 tahun.Grace yang melihat Marvel sudah membuka matanya itu, dia memperlihatkan bahwa Gio tengah
Grace membuka secara diam-diam kancing baju pria itu lalu ia menyibaknya dengan perlahan membuat Marvel yang tadinya menatap ke arah lain kini beralih pada Grace yang telah membuka kancing kemejanya. Kulit tubuhnya itu terasa dingin karena terpaan pendingin ruangan yang menyala dan juga terkejut ketika kancing kemejanya telah terbuka oleh Grace. Marvel menatap manik mata gadis itu dengan tatapan bertanya, tetapi Grace tak mengindahkan tatapan itu.Dia cukup terpesona dengan bentuk tubuh Marvel itu dan ia teringat dahulu Marvel pernah menyuruhnya untuk menyentuh puting dada milik Marvel itu saat pria itu menginap di rumahnya. Grace pun menyentuh ujung dada Marvel itu membuat pria itu memejamkan matanya. Entah apa yang dirasakan oleh Marvel itu, tetapi di otak Grace cukup lucu sekali. Ia mengira bahwa pria tak memiliki puting dada seperti dirinya dan bentuk anatomi tubuh pria dan wanita itu juga cukup berbeda."Grace."Marvel memanggil nama Grace diiringi dengan desahannya dan juga bera
"Bolehkah aku mengambilnya, Sayang?" tanya Marvel memastikan pada gadisnya itu.Grace terdiam, sejujurnya ia belum pernah merasakan berhubungan dengan pria manapun apalagi Marvel yang baru saja ia kenal dan sekarang rasanya penasaran sekali."Apa itu akan berdarah?"Marvel tersenyum mendengar pertanyaan gadisnya itu."Pastinya Sayang, kalo kamu masih memiliki selaput darah maka selaput darah itu akan robek dan mengeluarkan darah. Tapi, jika kamu tak mempunyai selaput darah. Kamu tak akan mengeluarkan darah," jawab Marvel."Apa kamu pernah kecelakaan atau terjatuh?" tanya Marvel.Grace menggelengkan kepalanya."Jadi, apakah boleh aku mengambilnya sekarang? Kalo kamu gak mau gak apa-apa. Aku gak mau 'bermain' sama seorang perempuan yang dipaksa."Grace menatap mata Marvel. Terlihat ada hasrat yang ia tahan di sana."Boleh."Mendengar penerimaan dari gadis itu, Marvel memangut bibir mereka dengan penuh kasih sayang. Grace memeluk leher Marvel. Ia juga ketakutan jika dirinya nanti mengelu
Marvel meraup, menghisap, menjilati dan memasukkan lidahnya ke dalam sana sehingga Grace sedikit tersendak menerima serangan lidah Marvel yang runcing itu menggelitiki lidahnya. Grace meremas selimut tebal yang masih menggantung di tubuh Marvel itu. Setelah sekian lama mereka berciuman, barulah Marvel melepaskannya dan melihat bibir Grace sudah membengkak merekah akibat perlakuannya itu."Ih, Om. Tambah bengkak lagi," gerutu gadis itu menutupi bibirnya yang sudah membengkak akibat ciuman Marvel.Marvel tertawa mendengarnya, pria utu mengecupnya singkat sebagai tanda permintaan maafnya itu. Marvel pun beranjak dari ranjang lalu mendudukkan gadis itu di bibir ranjang sementara dirinya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Grace pun membuka lemari pakaian mereka. Hanya 5 pasang pakaian kantor dan 3 pasang pakaian santai milik Marvel itu.Grace mengambil jas abu-abu mengkilat senada dengan celananya lalu ia mengambil kemeja putih bergaris krem yang senada dengan dasi krem be