Share

4. Gelang emas

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2024-12-16 11:41:15

“Ya, aku sangat yakin sekali kalau aku sempat bangun, tapi ada seseorang yang memukulku! “ ucap Gio yakin.

Renata terdiam sejenak mendengar cerita dari Gio. Karena ia mendengar dari Bram kalau lelaki tersebut sama sekali tidak bangun.

‘Apa mungkin Bram yang memukul kepalanya dengan keras?’ gumam Renata di dalam hatinya.

Kening Renata terus berkerut, ia memikirkan apakah perkataan Bram atau Gio yang harus dipercaya.

“Apa terjadi sesuatu tadi malam, sehingga ada seseorang yang memukulku?” tanya Gio, masih dengan meringis kesakitan sambil memegangi bagian belakang kepalanya. 

Tiba-tiba Renata malah tertawa dengan keras, karena ia baru saja teringat apa yang terjadi sebenarnya.

“Aku baru ingat kalau saat mengangkatmu tadi malam aku terjatuh dari tangga. Mungkin itu yang membuatmu merasa dipukul seseorang, karena aku pun juga merasa seperti itu,” ucap Renata terkekeh geli.

Hanya saja raut wajah Gio berbeda, lelaki itu terlihat sangat tidak yakin dengan perkataan dari Renata. Namun, saat lelaki itu ingin mengatakan sesuatu, seketika lelaki tersebut menjadi terdiam dan wajah pucat pasi. Lantas segera mengambil tas kerja miliknya.

“Sayang, aku pergi dulu! Karena aku sudah sangat terlambat.” Gio mengecup kening Renata dengan cepat, ia pun melangkahkan kakinya menjauh.

“Tapi kamu belum makan! Makanlah sesuatu, misalkan roti terlebih dahulu sebelum pergi!” teriak Renata.

“Tidak usah. Aku akan makan di kantin saja nanti siang.” Gio melambaikan tangannya kepada Renata.

Renata hanya tersenyum melihat Gio pergi, lelaki itu berlari kecil menuruni tangga. Lantas ia pun memilih untuk membereskan kamar mereka dan berpikir harus segera memasak sarapan untuk dirinya sendiri.

Hanya saja, saat membersihkan kamar Renata menjadi tertegun menatap kemeja kotor yang dipakai oleh Gio tadi malam.

“Padahal sudah kukatakan beberapa kali untuk menaruh pakaian kotor di keranjang. Tapi masih saja tidak melakukannya.” Renata berjalan mendekati kemeja yang berada di sudut ruangan.

“Seperti ada sesuatu di dalamnya?” Renata mengerutkan wajahnya, ia merogoh saku kemeja Gio.

Saat Renata merogoh untuk melihat apakah benar ada sesuatu di dalamnya. Ternyata di sana ada gelang emas. Ia sangat tahu betul kalau itu bukanlah milik dirinya dan kalau pun iya, untuk apa Gio membawanya? Sehingga mulai berpikiran hal yang tidak baik.

“Ini milik siapa?” Renata menatap lekat ke arah gelang emas itu.

Renata mencoba berpikir positif, supaya tidak salah paham.

“Tapi apa mungkin Gio ingin memberikan kejutan untukku?” Mata Renata mulai berkaca-kaca membayangkannya.

Wajah Renata pun menjadi bersemu merah, ia merasa sangat senang sekali atas sikap romantis sang suami yang akan memberikan kejutan.

“Apa aku harus berpura-pura tidak tahu? Tapi kalau mau melakukan hal itu, aku harus memasukkan gelang ini kembali.” Renata mulai memasukkan kembali ke tempat semula.

Renata menjadi berdebar-debar lantaran merasa sangat senang sekali membayangkan akan mendapatkan kejutan dari sang suami. Ia sampai tak sabar menunggu sore hari tiba, tetapi ternyata waktu berjalan sangat lambat sekali.

“Ternyata hari sudah siang, tapi aku belum makan apapun karena terlalu senang dan bahkan sampai lupa mau masak, “ ucap Renata tertawa kecil, menertawakan kebodohannya sendiri.

Saat Renata sedang memasak, suara ketukan di pintu membuat ia menjadi menoleh. Ia bingung siapa orang yang bertamu di siang hari seperti ini, menurutnya ia tidak ada membuat janji dengan siapapun hari ini. Hanya saja ketukan itu menjadi semakin menjadi, terdengar seperti seseorang yang sudah tidak sabar lagi untuk dibukakan pintu. 

“Siapa sih orang yang mengetuk pintu seperti itu?” gunam Renata dengan kesal.

Renata melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa untuk mengetahui siapa orang yang mengetuk pintu. Saat pintu terbuka, ia terkejut menyadari kalau suaminya lah yang datang ke rumah.

“Kenapa kamu kembali lagi ke rumah? Bukankah seharusnya sedang bekerja?” Renata menaikkan sebelah alisnya, tatapan penuh kebingungan.

Gio datang dengan berkeringat, nafasnya pun juga tersengal. “Ada yang ketinggalan,” jawabnya.

Tanpa banyak bicara, Gio langsung melewati istrinya untuk masuk ke dalam.

“Memang apa yang ketinggalan?” Renata mengikuti dari belakang. Di kepalanya sekarang penuh dengan pertanyaan.

“Barangku,” jawab Gio tanpa menoleh. 

Renata memperhatikan kalau wajah Gio sangat serius sekali. Pikirnya sekarang itu adalah barang penting.

“Bau gosong.” Renata mengendus aroma dari dapur.

“Sayang, kamu cari sendiri ya? Masakanku gosong!” teriak Renata sambil berlarian ke dapur.

Renata menatap nanar ke arah ayam gorengnya yang sekarang sudah berwarna kehitaman.

“Huh! Jadi gosongkan!” rutuk Renata kesal.

Perut Renata sudah meronta-ronta untuk meminta segera diisi. Namun, ia sudah menggosongkan semua ayamnya dan kalau memasak yang baru akan memakan waktu lebih lama lagi.

“Sepertinya aku akan memasak mie saja.” Renata mendorong piring berisi ayam gosong menjauh.

Renata memilih merebus mie, supaya ia cepat memakannya. Lagi pula dirinya harus membantu Gio di atas, bisa saja lelaki itu sekarang sedang kesulitan.

“Sayang?” Renata menaiki tangga dengan perlahan.

Suasana terasa sangat sepi sekali, padahal tadi Gio jelas-jelas berada di lantai atas. Namun, sekarang seperti tidak ada siapapun di sana. Renata menjadi meneguk ludahnya beberapa kali.

“Mana mungkin dia pergi, lagi pula kalau pergi dia selalu pamit kepadaku atau suara mobilnya pasti terdengar, walau samar.” Renata melangkahkan kakinya semakin naik ke lantai atas.

“Sayang? Apa sudah ketemu?” Renata mendorong pintu kamar dengan perlahan, tetapi tidak ada seseorang pun di sana.

“Sayang?” Renata mengerutkan alisnya, menelisik setiap sudut kamar.

Tetap Renata tidak menemukan keberadaan Gio, tetapi ia memilih untuk mendekati kamar mandi. Mengira kalau suaminya berada di sana.

“Gio, kamu di dalam?” Renata mengetuk pintu kamar mandi, telinganya ia tempelkan di pintu.

Terdengar suara keran di dalam, tetapi tidak ada suara Gio yang menyahut. Dengan keringat dingin mengalir di kening, Renata memegangi gagang pintu untuk membukanya secara perlahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   45. Kenangan

    Renata yang biasanya hanya mengenakan pakaian longgar sekarang malah mengenakan rok span ketat di atas lutut, memperlihatkan seluruh lekuk tubuh wanita itu. Gio menjadi menelan ludahnya beberapa kali melihat pemandangan itu. Sehingga ia menjadi lupa dengan tujuannya mendatangi kamar sang istri.Sementara Renata memiringkan kepalanya menatap Gio. Lelaki itu malah melamun di tengah pintu kamarnya.“Gio?” Renata menyentuh tangan Gio, membuat lelaki itu menjadi terkejut.Gio memilih untuk berdehem supaya bisa menetralkan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.“Ada apa? Beberapa kali aku memanggilmu kau tidak menjawab,” tanya Renata, ia tak menatap melainkan sibuk membenarkan pakaiannya supaya semakin rapi.Gio meneguk ludahnya kembali, tetapi ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Kau mau ke mana dengan pakaian seperti itu?”Gio memandangi Renata dengan tajam, seakan-akan ingin menguliti wanita tersebut.“Kerja!” jawab Renata dengan datar.Gio semakin mengerutkan dahinya menatap Re

  • Obsesi Sepupu Suami   44. Tanda tangan

    Renata terus memandang ke arah Gio, ia menunggu apa yang akan dilakukan lelaki itu. Namun lelaki yang masih berstatus suaminya itu malah mengerutkan kening. Alhasil ia menjadi menghela nafas dan langsung mengerti kalau Gio tak paham akan tindakkan yang dirinya kakukan.“Kita buat surat perjanjian. Kalau kau mengulangi kesalahan yang sama maka kita akan bercerai.” Renata memainkan pena di udara sambil terus menatap ke arah Gio.Renata berusaha untuk memperhatikan ekspresi Gio, tetapi lelaki itu tampak terlihat seperti biasa saja.Tak lama Gio menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Untuk apa kita melakukan hal seperti itu? Bukankah hal itu seperti kekanak-kanakan?” Ia melipat tangannya, menolak tegas permintaan dari Renata.Renata meremas kertas yang ada di tangannya. Ia marah kesal dan berbagai macam perasaan menjadi satu.“Apa kau takut?” Renata menaik turunkan alisnya. Dahi Gio menjadi mengerut melihat tatapan dari Renata. Ia sangat tahu sekali kalau wanita yang berada di depannya i

  • Obsesi Sepupu Suami   43. Secarik kertas

    Gio meninggalkan kedua orang itu dengan terus terkekeh kecil. Alhasil membuat Bram menjadi penuh tanda tanya dan hanya memandangi Renata.“Ayo kita pergi! Biar aku mengantarmu, entah kemanapun tujuanmu akan aku antarkan.” Bram menarik tangan Renata kasar, tetapi wanita itu malah tak bergerak sedikit pun.Renata hanya diam saja, ia tak dapat mengatakan apapun karena pikirannya sekarang berada di waktu beberapa menit yang lalu. Ia masih tidak menyangka kalau Gio akan setega itu mengancam dirinya dengan menggunakan keluarga satu-satunya.“Renata! Kelapa malah melamun? Apa karena kau tidak memiliki tempat tujuan?” Bram menyentak kasar wanita itu, supaya cepat tersadar dari lamunan.“Kenapa kau masih di sini?” Renata mundur beberapa langkah, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.Perasaan sekarang sedang campur aduk, tetapi malah harus menghadapi lelaki yang berada di depan mata. Sangat lelah sekali Renata hari ini, sehingga terlalu malas menambah masalah dengan orang lain.“Bukannya kau ma

  • Obsesi Sepupu Suami   42. Mengatakan kepada nenek

    Tubuh Renata menjadi bergetar hebat mendengar hal itu. Namun, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.“Aku akan menjelaskan dengan nenek apa yang sebenarnya terjadi!” Renata bergegas menuju ke luar.Di luar sana sudah ada Bram yang menunggu Renata. Karena lelaki itu berpikir Renata akan meminta dirinya untuk mengantarkan ke tempat tujuan. Apalagi Renata sudah siap pergi, sehingga memilih menunggu di mobil tanpa memikirkan kalau Gio memikirkan banyak rencana untuk menahan Renata supaya tetap tinggal.“Apa kau pikir dia akan percaya?” Gio menyeringai tipis, ia mengambil ponsel yang berada di saku celananya.Renata langsung berlari, ia bahkan menjadi terpleset lantaran berlari dengan menggunakan sepatu berhak.“Gio, kumohon jangan!” rintih Renata sembari kesakitan.Rosetta yang masih berada di sana pun ingin membantu Renata dengan mengambil ponsel yang ada di tangan Gio. Namun, ia didorong oleh lelaki tersebut.“Kau jangan ikut campur!” Mata Gio memerah dengan urat-urat menonjol di dahi

  • Obsesi Sepupu Suami   41. Keputusan

    Renata bergeming, ia tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Gio. Sejujurnya ingin tak percaya, bisa saja kalau suaminya itu hanya ingin melemparkan kesalahan kepada lelaki tidak bersalah seperti Bram. Hanya saja samar-samar terlihat jelas di wajah Bram kalau perkataan Gio itu adalah sebuah kenyataan.“Tentu saja aku tidak ada bukti, tapi Rosetta tahu sendiri kalau kau sendiri lah yang memperkenalkan kami berdua.” Gio menarik tangan wanita itu dengan kuat, berharap Rosetta akan membuka mulut.Hanya saja Rosetta memandang ke arah Bram, kemudian menunduk. Melihat hal itu membuat Renata menjadi menatap Bram dengan lekat.Di mata Renata sekarang sorot mata dingin Bram menjadi sangat mengerikan, membuat tubuhnya bergidik ngeri. Sudah dapat dipastikan kalau lelaki itu bersalah.“Walaupun begitu, tapi kau tetap saja salah menuruti perkataannya. Benar bukan?” Renata melipat tangannya di dada, senyum sinis terukir di bibir.Renata memalingkan wajahnya, berusaha memilih perkataan tepat unt

  • Obsesi Sepupu Suami   40. Kebenaran

    Wajah Gio yang semula panik menjadi memerah ia menatap tajam ke arah Rosetta. Tangannya menarik wanita itu dengan kuat, membuat Rosetta menangis kesakitan.Semua pasang mata menatap ke arah kedua orang itu, membuat Renata menjadi menghela nafas gusar. Ia pun memijat pelipis supaya menghilangkan nyeri di kepala.“Apa kau bisa berhenti sekarang? Banyak orang yang melihat kita!” tegur Renata dengan dingin.Gio melepaskan cengkraman tangannya dari Rosetta, tetapi matanya terus menatap tajam ke arah selingkuhannya tersebut.“Apapun itu, lebih baik katakan di rumah saja.” Renata melirik kesana-kemari, mengisyaratkan kalau di sekitar terlalu ramai.“Memang lebih bagus di rumah saja,” ucap Gio menimpali.Saat Renata berbalik badan, Gio ingin memegang tangan sang istri. Namun, tentu saja kalah cepat dengan Bram yang sedari tadi berada di samping Renata.“Ayo, Renata!” Bram mengarahkan tangan Renata untuk merangkul dirinya.Renata tak menolak, langsung menuruti lelaki itu. Sehingga membuat Bram

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status