Home / Romansa / Obsesi Sepupu Suami / 5. Makan malam bersama

Share

5. Makan malam bersama

Author: Raisya_J
last update Last Updated: 2024-12-17 12:32:35

Renata membuka pintu itu, ternyata di sana hanya ada keran menyala dengan air yang terus keluar. Alhasil ia menghembuskan nafasnya lega, lantaran tadi sempat merasa takut kalau ada orang lain di dalam sana.

“Rupanya dia lupa mematikan kerannya.” Renata langsung mematikan keran itu.

Renata menutup pintunya kembali, ia menatap ke arah kamar yang sekarang sudah berantakan dengan menghela nafas.

“Aku jadi membereskan ini dua kali." Renata memukul kepalanya pelan.

Renata pun memilih untuk membereskan semua barang yang berserakan.

“Memang apa yang dia cari sampai membuat kamar ini menjadi berantakan seperti ini!” gerutu Renata seorang diri, tangannya sambil memunguti pakaian kotor.

Hanya saja Renata pun melihat kalau kemeja yang awalnya ia gantung di balik pintu menjadi terjatuh di lantai. Ia pun bergegas untuk memungutnya, lantaran dirinya sudah tahu kalau ada gelang emas di dalam saku kemeja tersebut. 

“Bisa-bisanya dia menjatuhkan ini ke bawah. Apa dia lupa kalau di sini ada barang berharga? “ Renata menggantung kembali kemeja itu tanpa merasa curiga.

Hanya saja entah kenapa Renata ingin merogoh kembali saku kemeja itu. Tangannya pun mulai meraba-raba isi di dalamnya, tetapi tidak menemukan gelang emas yang seharusnya berada di sana. Keningnya pun menjadi mengerut, lantaran tidak menemukan barang tersebut. 

“Kenapa tidak ada di sini? Apa terjatuh?” Renata melirik ke arah bawah, tetapi ia tidak mendapati gelang emas di situ.

Renata pun bergegas untuk menggantung kemeja itu kembali, ia berniat untuk mencari gelang emas tersebut. Lantaran merasa kalau tidak sengaja terjatuh ke bawah akibat suaminya mencari barang penting yang tertinggal.

“Bisa-bisanya dia sangat ceroboh sekali!” Renata berjongkok untuk mencari gelang emas itu.

Tak lupa Renata pun mencari ke setiap sudut ruangan, ia takut kalau gelang emas itu tak sengaja terlempar ke sudut atau terselip ke bawah. Namun, sudah dua jam mencari, tidak kunjung menemukan di mana pun. Alhasil membuat wanita itu menjadi sangat lelah sekali.

“Ke mana, ya? Aku tidak menemukannya dari tadi, sampai membuatku terasa sangat lelah sekali.” Renata duduk bersimpuh di lantai.

Renata berusaha untuk berpikir positif, dengan memikirkan kalau dirinya lah yang tidak teliti sehingga tidak dapat menemukan gelang emas itu di mana pun. Sehingga ia pun memilih untuk mencari sekali lagi, supaya bisa memastikan kalau memang berada di dalam kamar atau tidak.

"Sudahlah sepertinya tidak ada di sini!” gerutu Renata kesal.

Setelah itu pikiran Renata hanya terfokus kepada gelang emas yang sekarang entah berada di mana. Ia pun mulai mengingat tentang Gio pulang ke rumah, setelah lelaki itu pergi tanpa pamit gelang emas itu pun menjadi tidak berada di tempat lagi.

"Apa dia yang mengambilnya?” gumam Renata pelan.

Mata Renata tak sengaja menatap ponsel yang berada di atas kasur. Ia lantas mengambilnya. “Bahkan dia meninggalkan ponselnya!”

Tangan Renata mengetuk-ngetuk meja, ia terus memandangi televisi yang menyala dengan tatapan kosong. Karena sekarang pikirannya tidak beralih dari gelang emas yang hilang.

Suara dering ponsel pertanda ada pesan masuk membuyarkan lamunan Renata. Ia bergegas mengambil ponsel milik Gio yang berada di meja untuk melihat siapa pengirim pesan tersebut.

“Nomor tanpa nama?" Renata mengerutkan alisnya, ia tidak mengetahui siapa pengirim pesan itu.

Sebenarnya Renata sangat malas membuka pesan tersebut, lantaran nomor itu tanpa nama yang berarti tidak tersimpan di dalam kontak. Namun, ia sangat penasaran dengan isi pesan dari pengirim tersebut, sehingga memilih untuk membukanya.

[ Apa kau sudah menemukan gelangnya? ] Isi pesan tersebut.

“Maksudnya apa? “ Renata menaik-turunkan alisnya.

Dahi Renata terus saja berkerut, ia berusaha untuk memahami maksud dari isi pesan itu. Seketika ia baru saja teringat kalau mungkin saja yang dimaksud adalah gelang emas itu.

“Maksudmu gelang emas? Tapi kau siapa? Aku tidak mengenalmu karena nomormu tidak tersimpan di kontak. “ Renata menekan tombol kirim.

Hanya saja pesan itu tidak kunjung dibalas oleh orang itu, padahal sudah centang biru membuat Renata menjadi semakin penasaran. Kegelisahannya menjadi semakin menjadi, ia pun memilih untuk memeriksa poto profil pemilik pengirim pesan itu, tetapi ternyata tidak ada.

“Apakah aku harus menanyakan gelang itu kepada Gio dan pemilik nomor tanpa nama ini? Tapi bagaimana kalau gelang itu untukku dan nomor ini hanya salah alamat? Bukankah aku malah membuat Gio menjadi kesal?” Renata menggigit kuku jarinya, ia terus mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah.

Renata memilih untuk menatap jam di dinding, Ia tidak sabar menunggu kepulangan Gio untuk menanyakan semua itu.

“Ternyata sekarang sudah jam empat sore, sebaiknya aku segera memasak dan setelah itu mandi untuk menjernihkan pikiran.” Renata mengusap wajahnya kasar untuk menyadarkan dirinya.

Renata berusaha tetap fokus untuk memasak makanan, karena ia tidak ingin lagi kejadian mengosongkan makanan itu untuk kedua kalinya. Alhasil setelah dirinya memasak langsung pergi ke lantai dua untuk membersihkan diri, berharap kalau perasaan gelisah akan segera sirna secepat mungkin. Namun, tetap saja ia terus memikirkan hal itu, seakan hidupnya sekarang hanya tertuju ke gelang emas tersebut.

Waktu yang ditunggu sudah tiba, terdengar suara mesin mobil mendekati halaman. Renata pun memilih untuk berlari kecil menghampiri keluar, lantaran ia sudah tidak sabar lagi untuk bertanya kepada Gio. Namun, saat pintu dibuka, betapa terkejutnya dirinya melihat lelaki yang sekarang sedang bersama dengan sang suami. Bahkan lelaki tersebut pun mengedipkan mata kepada Renata.

‘Apa yang dia lakukan di sini dan apa-apaan itu?’ gerutu Renata dalam hati, saat ia melihat Bram berjalan mendekat bersama Gio.

“Hai, Sayang.” Gio mengecup kening Renata dengan mesra.

Renata sekilas melihat kalau Bram mengepalkan tangannya, tetapi saat ia memperhatikan lelaki itu dengan seksama Bram malah tersenyum kepada dirinya.

Gio menyadari kalau Renata terus menatap ke arah Bram. Ia pun mendekati sang istri secara perlahan.

“Ah, ini Bram. Dia adalah sepupuku, kamu masih ingatkan?” tanya Gio, ia menatap lekat Renata.

Renata hanya menjawab dengan anggukan, karena ia fokus menatap Bram.

“Aku mengajak Bram untuk ikut makan bersama dengan kita. Tidak masalahkan?” tanya Gio meminta persetujuan Renata.

Renata tersentak, ia tidak ingat kalau sekarang ada Gio berada di antara mereka. Karena terlalu fokus memandangi Bram.

Lantas Renata pun mengukirkan senyuman manis di bibirnya. “Tidak masalah, Sayang. Lagi pula bukankah dia adalah sepupumu? Berarti dia juga adalah sepupuku juga.”

Gio merangkul erat Bram, ia tersenyum dengan sangat lebar. “Benarkan apa yang kukatakan? Istriku ini adalah istri yang baik, jadi tidak mungkin dia akan marah kalau kau ikut makan dengan kami.”

“Benar sekali. Istrimu adalah wanita yang baik, bahkan mungkin lebih, kau sangat beruntung mendapatkannya.” Bram tersenyum dengan menaikkan sudut bibirnya, tatapannya tidak beralih dari Renata.

Bram mengambil tangan Renata, ia langsung mengecup punggung tangan wanita itu tanpa sungkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Sepupu Suami   45. Kenangan

    Renata yang biasanya hanya mengenakan pakaian longgar sekarang malah mengenakan rok span ketat di atas lutut, memperlihatkan seluruh lekuk tubuh wanita itu. Gio menjadi menelan ludahnya beberapa kali melihat pemandangan itu. Sehingga ia menjadi lupa dengan tujuannya mendatangi kamar sang istri.Sementara Renata memiringkan kepalanya menatap Gio. Lelaki itu malah melamun di tengah pintu kamarnya.“Gio?” Renata menyentuh tangan Gio, membuat lelaki itu menjadi terkejut.Gio memilih untuk berdehem supaya bisa menetralkan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.“Ada apa? Beberapa kali aku memanggilmu kau tidak menjawab,” tanya Renata, ia tak menatap melainkan sibuk membenarkan pakaiannya supaya semakin rapi.Gio meneguk ludahnya kembali, tetapi ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Kau mau ke mana dengan pakaian seperti itu?”Gio memandangi Renata dengan tajam, seakan-akan ingin menguliti wanita tersebut.“Kerja!” jawab Renata dengan datar.Gio semakin mengerutkan dahinya menatap Re

  • Obsesi Sepupu Suami   44. Tanda tangan

    Renata terus memandang ke arah Gio, ia menunggu apa yang akan dilakukan lelaki itu. Namun lelaki yang masih berstatus suaminya itu malah mengerutkan kening. Alhasil ia menjadi menghela nafas dan langsung mengerti kalau Gio tak paham akan tindakkan yang dirinya kakukan.“Kita buat surat perjanjian. Kalau kau mengulangi kesalahan yang sama maka kita akan bercerai.” Renata memainkan pena di udara sambil terus menatap ke arah Gio.Renata berusaha untuk memperhatikan ekspresi Gio, tetapi lelaki itu tampak terlihat seperti biasa saja.Tak lama Gio menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Untuk apa kita melakukan hal seperti itu? Bukankah hal itu seperti kekanak-kanakan?” Ia melipat tangannya, menolak tegas permintaan dari Renata.Renata meremas kertas yang ada di tangannya. Ia marah kesal dan berbagai macam perasaan menjadi satu.“Apa kau takut?” Renata menaik turunkan alisnya. Dahi Gio menjadi mengerut melihat tatapan dari Renata. Ia sangat tahu sekali kalau wanita yang berada di depannya i

  • Obsesi Sepupu Suami   43. Secarik kertas

    Gio meninggalkan kedua orang itu dengan terus terkekeh kecil. Alhasil membuat Bram menjadi penuh tanda tanya dan hanya memandangi Renata.“Ayo kita pergi! Biar aku mengantarmu, entah kemanapun tujuanmu akan aku antarkan.” Bram menarik tangan Renata kasar, tetapi wanita itu malah tak bergerak sedikit pun.Renata hanya diam saja, ia tak dapat mengatakan apapun karena pikirannya sekarang berada di waktu beberapa menit yang lalu. Ia masih tidak menyangka kalau Gio akan setega itu mengancam dirinya dengan menggunakan keluarga satu-satunya.“Renata! Kelapa malah melamun? Apa karena kau tidak memiliki tempat tujuan?” Bram menyentak kasar wanita itu, supaya cepat tersadar dari lamunan.“Kenapa kau masih di sini?” Renata mundur beberapa langkah, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.Perasaan sekarang sedang campur aduk, tetapi malah harus menghadapi lelaki yang berada di depan mata. Sangat lelah sekali Renata hari ini, sehingga terlalu malas menambah masalah dengan orang lain.“Bukannya kau ma

  • Obsesi Sepupu Suami   42. Mengatakan kepada nenek

    Tubuh Renata menjadi bergetar hebat mendengar hal itu. Namun, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.“Aku akan menjelaskan dengan nenek apa yang sebenarnya terjadi!” Renata bergegas menuju ke luar.Di luar sana sudah ada Bram yang menunggu Renata. Karena lelaki itu berpikir Renata akan meminta dirinya untuk mengantarkan ke tempat tujuan. Apalagi Renata sudah siap pergi, sehingga memilih menunggu di mobil tanpa memikirkan kalau Gio memikirkan banyak rencana untuk menahan Renata supaya tetap tinggal.“Apa kau pikir dia akan percaya?” Gio menyeringai tipis, ia mengambil ponsel yang berada di saku celananya.Renata langsung berlari, ia bahkan menjadi terpleset lantaran berlari dengan menggunakan sepatu berhak.“Gio, kumohon jangan!” rintih Renata sembari kesakitan.Rosetta yang masih berada di sana pun ingin membantu Renata dengan mengambil ponsel yang ada di tangan Gio. Namun, ia didorong oleh lelaki tersebut.“Kau jangan ikut campur!” Mata Gio memerah dengan urat-urat menonjol di dahi

  • Obsesi Sepupu Suami   41. Keputusan

    Renata bergeming, ia tak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh Gio. Sejujurnya ingin tak percaya, bisa saja kalau suaminya itu hanya ingin melemparkan kesalahan kepada lelaki tidak bersalah seperti Bram. Hanya saja samar-samar terlihat jelas di wajah Bram kalau perkataan Gio itu adalah sebuah kenyataan.“Tentu saja aku tidak ada bukti, tapi Rosetta tahu sendiri kalau kau sendiri lah yang memperkenalkan kami berdua.” Gio menarik tangan wanita itu dengan kuat, berharap Rosetta akan membuka mulut.Hanya saja Rosetta memandang ke arah Bram, kemudian menunduk. Melihat hal itu membuat Renata menjadi menatap Bram dengan lekat.Di mata Renata sekarang sorot mata dingin Bram menjadi sangat mengerikan, membuat tubuhnya bergidik ngeri. Sudah dapat dipastikan kalau lelaki itu bersalah.“Walaupun begitu, tapi kau tetap saja salah menuruti perkataannya. Benar bukan?” Renata melipat tangannya di dada, senyum sinis terukir di bibir.Renata memalingkan wajahnya, berusaha memilih perkataan tepat unt

  • Obsesi Sepupu Suami   40. Kebenaran

    Wajah Gio yang semula panik menjadi memerah ia menatap tajam ke arah Rosetta. Tangannya menarik wanita itu dengan kuat, membuat Rosetta menangis kesakitan.Semua pasang mata menatap ke arah kedua orang itu, membuat Renata menjadi menghela nafas gusar. Ia pun memijat pelipis supaya menghilangkan nyeri di kepala.“Apa kau bisa berhenti sekarang? Banyak orang yang melihat kita!” tegur Renata dengan dingin.Gio melepaskan cengkraman tangannya dari Rosetta, tetapi matanya terus menatap tajam ke arah selingkuhannya tersebut.“Apapun itu, lebih baik katakan di rumah saja.” Renata melirik kesana-kemari, mengisyaratkan kalau di sekitar terlalu ramai.“Memang lebih bagus di rumah saja,” ucap Gio menimpali.Saat Renata berbalik badan, Gio ingin memegang tangan sang istri. Namun, tentu saja kalah cepat dengan Bram yang sedari tadi berada di samping Renata.“Ayo, Renata!” Bram mengarahkan tangan Renata untuk merangkul dirinya.Renata tak menolak, langsung menuruti lelaki itu. Sehingga membuat Bram

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status