Beranda / Romansa / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 8: Pertengkaran yang Tidak Perlu

Share

Bab 8: Pertengkaran yang Tidak Perlu

Penulis: Piyu_Qu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-21 23:10:08

Karena pertengkaran kecil pagi tadi, suasana hati Nirmala mendadak berubah buruk. Namun di samping segala percekcokan pagi itu, ia begitu khawatir dengan ancaman Viola. Viona adalah putri dari sekretaris Raja sehingga cukup dekat dengan sang CEO. Nirmala khawatir jika kejutan yang Viona maksud adalah surat pemecatan. Pasalnya bukan hal sulit untuk Viola mengadukan keluhan kepada ayahnya dan akan dilaporkan kepada Raja.

Meskipun harinya diawali dengan bersitegang, hari itu Nirmala melaksanakan tugasnya sebagai OG dengan cukup baik. Tak ada hal yang spesial dan tak ada masalah seperti hari lalu. Dan Nirmala cukup bersyukur tak bertemu Baladewa seharian ini.

Waktu jam kerja telah usai, Nirmala bergegas berkemas untuk pulang. Beberapa hari ke belakang, Nirmala harus pulang dengan berjalan kaki karena ongkosnya harus dialihkan untuk biaya berobat adiknya.

Ketika Nirmala keluar gerbang, ia dikejutkan dengan atensi seorang pria tengah duduk di atas motornya.

Dia adalah Bhaskara, pria asing yang pagi tadi tak sengaja bertemu dengannya dan mengantarkannya bekerja.

Mengingat pertemuan terakhir mereka berakhir sedikit cekcok, Nirmala melewati Bhaskara begitu saja. Ia bersikap acuh, bahkan sekadar melirik pun tidak.

"Hey!"

Panggilan dari Bhaskara tak ia idahkan. Nirmala tetap berjalan seolah tak ada siapapun di sekitarnya.

Begitu mendengar suara langkah kaki membuntutinya, Nirmala mempercepat laju jalannya. Sehingga membuatnya sangat kentara tengah menghindari Bhaskara.

Bhaskara yang menyadari hal itu pun tak tinggal diam. Ia nekat mengejar Nirmala dan meninggalkan motornya terparkir sembarangan di depan gerbang. Dan akhirnya usahanya berhasil, ia mencekal lengan Nirmala menahannya untuk pergi.

"Hey! Aku ingin berbicara dengamu, tolong jangan menghindariku," celetuk Bhaskara memelas.

Rupanya ia masih merasa bersalah dengan apa yang ia katakan pagi tadi.

Nirmala membuang napas kasar. Tanpa berbalik ia berusaha melepaskan diri, sayangnya tenaganya tak cukup kuat.

"Ada apa sih?!" sentak Nirmala berbalik dengan kesal.

Dapat ia lihat Bhaskara menatapnya dengan tatapan memohon. Tak ingin terbujuk, Nirmala membuang muka menatap arah lain.

"Lepaskan atau aku akan teriak," ancam Nirmala dengan menekan suaranya agar terlihat bersungguh-sungguh.

Sayangnya Bhaskara tetap bersikukuh menahan lengan Nirmala.

Karena tak ada yang mau mengalah, terjadi adegan tarik menarik dan tentu dimenangkan oleh Bhaskara.

Nirmala menatap Bhaskara berang. "LEPAS!" gertaknya sedikit berteriak.

Bhaskara tetap menolak. Ia tak bergerak sedikitpun dari posisinya.

Sedang Nirmala, tetap berpegang teguh pada egonya untuk menghindari Bhaskara.

***

Di tempat lain, dari balik gerbang perusahaan muncul sebuah mobil pajero hitam yang dikendarai seorang pria bersetelan jas. Ia terpaksa menghentikan mobilnya ketika ada sebuah motor yang menghalangi jalannya.

"Motor siapa sih ini nekat parkir di depan gerbang!" gerutu Baladewa terpaksa turun dari mobil. Saat itu kebetulan di pos satpam tak ada seorang pun yang berjaga, sehingga mau tak mau membuat Baladewa harus menanganinya sendiri.

Baladewa hendak memindahkan motor tersebut, namun sayup-sayup ia mendengar sebuah suara. Pandangannya menyapu ke segala penjuru dan matanya menyipit ketika melihat di ujung jalan terdapat seorang pria dan wanita yang terlihat cekcok.

Ia awalnya hanya mengamati sekilas, namun ketika melihat ada kontak fisik yang terlihat sebuah paksaan, Baladewa pun tergerak untuk mendekat.

Anak CEO itu berhenti beberapa meter dibelakang pria wanita dan wanita yang cekcok tersebut.

"Bukankah itu .... "

"LEPASKAN TANGANKU SEKARANG JUGA! Kumohon aku sudah cukup lelah, jangan memaksaku!"

Dalam posisi itu Baladewa masih membeku ditempatnya. Ia bimbang haruskan ia menolong atau mengabaikannya, karena ia mendadak teringat ucapan Nirmala padanya soal dirinya yang harus mengabaikannya.

"Aish! biarkan sajalah paling juga berantem sama pacar doang," ucap Baladewa berusaha tak peduli. Ia lantas berbalik kembali ke mobilnya.

Tapi baru juga ia berjalan tiga langkah, tumitnya berlutar arah. Ia dengan sadar memutuskan untuk melerai pertengkaran itu. Sejenak ia akan berpura-pura lupa dengan ucapan wanita itu tempo hari.

***

Nirmala masih berusaha memberontak melepaskan cekalan tangan Bhaskara, namun tetap saja tak berhasil.

"Kumohon sekali saja aku hanya ingin berbicara sebentar," ujar Bhaskara kembali memohon.

"Lain kali oke? Aku sedang ingin cepat kembali ke rumah!" tolak Nirmala kini telah menggunakan perkataan lebih halus.

Sayangnya Bhaskara yang keras kepala itu tetap bersikukuh hingga tanpa sadar cekalannya berubah menjadi cengkeraman.

Nirmala mendesis kecil merasakan lengannya mulai terasa ngilu. Sepertinya cekalan Bhaskara tepat mengenai luka sontekan gagang pel beberapa hari lalu.

"LEPASKAN, BERENGSEK!"

Nirmala dan Bhaskara sama-sama terkejut menyadari presensi pria lain di tengah mereka.

"Ba .... Baladewa?"

Baladewa segera mencengkeram erat lengan Bhasakara yang digunakan untuk mencekal lengan Nirmala. Sehingga jika digambarkan, posisi tangan mereka sedang bertumpuk, saling mencekal satu sama lain.

"A—Argh!"

Seketika itu juga tangan Nirmala terbebas dari cengkeraman Bhaskara.

"Jangan jadi banci! Beraninya sama cewek doang," geram Baladewa kemudian mendaratkan satu pukulan pada wajah Bhaskara sebelah kiri.

Bughh!

Nirmala menutup mulutnya tak percaya. Sepersekian detik ia hanya bisa membeku menyaksikan Baladewa memukuli Bhaskara.

"Astaga! BALADEWA STOP!!" teriak Nirmala menarik jas Baladewa agar berhenti melukai Bhaskara.

Baladewa tiba-tiba merasakan amarah yang menggebu-gebu dalam dadanya hingga ia kehilangan kendali memukuli wajah Bhaskara beberapa kali.

Ketika Nirmala berniat melerai, tanpa di duga ia terlalu dekat dengan posisi Baladewa. Sehingga ketika Baladewa tengah mengayunkan lengannya untuk kembali melayangkan bogem mentah, tanpa sengaja wajah Nirmala terkena siku dan langsung membuat Nirmala tersungkur.

"ARGH!"

Tbc

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 135: Ujian Terakhir [END]

    Malam itu, Bhaskara duduk sendirian di kamarnya, menatap ponsel yang tergeletak di meja. Pandangannya kosong, tetapi sorot matanya menunjukkan hatinya tengah penuh kegelisahan. Kegelisahannya bukan tanpa alasan, iatelah mengirimkan pesan demi pesan kepada Nirmala, tetapi tak satu pun yang mendapat balasan.Pikirannya terus melayang ke arah percakapan terakhir mereka, ketika Nirmala, dengan nada lelah dan penuh tekanan, mengatakan bahwa dia butuh waktu untuk sendiri. Bhaskara tahu betul bahwa semuanya bukan karena cinta mereka memudar, melainkan karena tekanan yang mereka hadapi selama berbulan-bulan terakhir ini—dari skandal Aditama, ditambah dengan dirinya harus menstabilkan kembali keadaan perusahaan, hingga beban tanggung jawab yang tak pernah surut.“Apa aku terlalu menekannya?” gumam Bhaskara, menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya.Ponselnya bergetar, tetapi hanya notifikasi pesan otomatis dari operator. Tidak ada pesan dari Nirmala. Tidak ada kabar sama sekali.Bhaskara men

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 134: Hianat Menghianati

    Hari itu tibalah waktunya untuk rapat dewan pemegang saham di Rajya Corp. Suasana dalam rapat itu berlangsung tegang. Aditama duduk di kursinya dengan senyum penuh kemenangan, sementara Nirmala, Bhaskara, dan kini hadir pula Surya berdiri di depan ruangan.“Baiklah,” ujar Aditama dengan nada sinis. “Anda mengatakan memiliki sesuatu yang ingin disampaikan kepada dewan, Pak Surya?”Surya menatap Aditama dengan dingin. “Aku tahu apa yang kau lakukan selama ini, Aditama. Dan aku di sini untuk memastikan semua orang tahu.”Nirmala melangkah maju, meletakkan dokumen di meja dewan. “Ini adalah bukti bahwa Aditama telah memanipulasi proyek Narpati dan menggunakan dana perusahaan untuk keuntungan pribadinya.”Para pemegang saham mulai bergumam, suasana ruangan menjadi semakin gaduh.Aditama tetap tenang. “Bukti ini tidak cukup untuk menjatuhkanku. Kalian tidak punya saksi yang dapat mendukung klaim kalian.”Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan seorang pria masuk dengan langkah mantap. Semua o

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 133: Titik Balik

    Di sebuah ruangan yang remang-remang, Aditama duduk di belakang meja besar dengan segelas anggur di tangannya. Senyumnya dingin, menandakan keyakinannya bahwa permainan ini hampir mencapai puncaknya. Di hadapannya, beberapa dokumen berserakan, sementara layar komputer menampilkan data-data rahasia dari Rajya Corp. “Apa laporan terakhir?” tanya Aditama kepada Arya, yang berdiri di sudut ruangan. Arya, dengan raut wajah serius, mendekat dan menyerahkan sebuah map berisi laporan terkini. “Surya telah kembali bersama Nirmala. Mereka pasti sedang menyusun langkah untuk melawan kita.” Aditama membaca laporan itu dengan seksama, lalu menutup map tersebut dengan keras. “Kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan kendali atas informasi ini. Waktunya memutar balikkan fakta.” “Bagaimana caranya?” tanya Arya dengan hati-hati. Aditama mengangkat salah satu dokumen dari meja, lalu melemparkannya ke arah Arya. “Kita buat mereka terlihat seperti dalang di balik kehancuran proyek Narpati. Publ

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 132: Antara Hidup dan Mati

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Mobil yang dikendarai Bhaskara melaju di jalanan gelap menuju lokasi yang tertera dalam email misterius. Di dalam mobil, Nirmala duduk di kursi penumpang, sesekali menatap layar ponselnya dengan gelisah. “Ini pasti jebakan,” kata Bhaskara, memecah keheningan. Tangannya mencengkeram setir mobil erat-erat. “Aku tahu,” balas Nirmala tanpa menoleh. Ia mendesah pelan berusaha meredakan dadanya yng berdegup cepat. “Tapi kita tidak punya pilihan lain. Jika Om Surya benar-benar ada di sana, kita harus mencarinya.” Vira yang sedari tadi duduk di kursi belakang, menambahkan, “ya memang, kita harus tetap waspada. Aditama bukan orang yang akan menyerah begitu saja.” Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Bangunan itu tampak usang, dengan pintu besi besar yang hampir sepenuhnya tertutup karat. Bhaskara mematikan mesin mobil dan memandang gedung itu dengan ragu. “Seberapa yakin

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 131: Tawaran Licik

    Pagi yang tegang menyelimuti Rajya Corp. Di ruang rapat utama, Nirmala duduk sendirian, memandang kursi kosong di seberangnya. Pikirannya berputar, membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi. “Dia akan datang,” gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sebenarnya ia masih menyimpan keraguan ketika menjalankan strategi ini, namun jika Aditama tidak dipancing, ia tak dapat memiliki bukti kuat. Jadi ini lah waktunya, ia harus yakin usahanya akam berhasil. Beberapa menit kemudian, pintu ruang rapat terbuka, dan Aditama masuk dengan langkah mantap. Wajahnya memancarkan kepercayaan diri yang tinggi. Wajah penuh wibawanya itu menampakkan senyuman miring. “Kau benar-benar berani mengundangku, Nirmala,” ucapnya sambil mengambil tempat di seberang meja. “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” Tak ingin terintimidasi, Nirmala menatapnya dengan penuh tekad. “Aku ingin tahu di mana kau menyembunyikan Pak Surya.” Aditama tersenyum tipis, seolah menikmati momen itu. “Surya? Aku

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 130: Strategi Umpan

    Vira masuk dengan ekspresi serius, membawa dokumen yang baru saja ia periksa.“Kita punya bukti kuat,” katanya. “Namun, untuk menjatuhkan Aditama, kita butuh lebih dari ini. Dia punya banyak pengaruh di luar sana.”Bhaskara mengangguk. “Kita harus memastikan bahwa semua bukti ini dipublikasikan secara luas. Tidak ada jalan keluar baginya.”“Tapi bagaimana dengan Om Surya?” tanya Nirmala. “Aku merasa dia tahu lebih banyak daripada yang ia ceritakan. Dan aku tidak bisa mengabaikan keterlibatan ayahku dalam semua ini.”Vira menghela napas. “Kita memang membutuhka Surya untuk bersuara. Jika dia tidak berbicara, permainan ini tidak akan pernah berakhir.”"Tapi di mana ayahku. Aku juga tak tahu sekarang dia ada dimana," ujar Bhaskara frustrasi."Kita harus menemukan ayahmu, Bhaskara," tandas Nirmala tak terbantahkan.***Langit malam tampak kelabu, seolah menandakan sesuatu yang buruk sedang terjadi. Bhaskara duduk di ruang tamu apartemen dengan wajah tegang, matanya terus menatap layar po

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status