Di sisi lain kota, saat senja menjamah Mayapada.Vanessa yang berusaha berdamai dengan hati, akhirnya telah membawa mobil yang di kendarai, masuk kedalam halaman rumah Aditama.Ia melangkah masuk dengan wajah yang masih menyiratkan kemelut hebat.Bahkan dari garis pandang sosok pelayan kecil di rumah, yang secara tak sengaja bertemu di sana, telah dapat menangkap perasaan buruk wanita itu."Selamat datang nona." Sapa Reno sang pelayan kecil, dengan wajah yang berusaha tampil seceria mungkin.Dalam keseharian para pelayan kediaman, memang jarang bertemu dengan sosok sang nona. Bahkan beberapa detik lalu, ia sempat terkejut dengan pertemuan saat ini.Meski mereka tinggal dalam satu atap naungan kediaman yang sama, untuk saling berpapasan adalah hal yang jarang.Hal ini terjadi, karena kediaman tersebut yang begitu besar, dan dengan tata letak bangunan yang memisahkan ruangan utama, serta tempat untuk para pelayan, apa yang tidak mungkin terjadi.DI tambah lagi, ada juga beberapa aturan y
"Berhenti di sana Anes." Seru sang ibu, ketika melihat Vanessa hendak menuruni anak tangga, dengan langkah yang terburu-buru..Ia ketakutan melihat kecerobohan sang putri, dan tanpa sadar sedikit meninggikan suara untuk mencegahnya turun."Biar Mama saja yang datang, jangan turun sayang."Nadia, wanita yang menjadi istri kedua Hariadi Aditama Prawirya tersebut, berjalan menapaki tangga itu dengan penuh kecemasan.Sosoknya yang ramping dengan kulit kuning Langsat miliknya, mampu menciptakan sebuah kontras dengan rona wajah yang mengernyit saat ini."Mengapa kau begitu ceroboh?, bagaimana jika terjatuh?." Tambah Nadia lagi, sembari memegang tangan sang putri penuh perhatian.Melihat dan menerima perlakuan yang demikian, tanpa di sadari mata Vanessa mulai berkaca-kaca."Maaf ma...entah mengapa aku seperti ini."Hati keibuan Nadia seolah ditarik keluar dengan cepat, ketika melihat bulir bening mengalir di pipi Vanessa.Ia seol
"Ba..baik tuan." Jawabnya dengan sedikit terbata.Wanita itu mengikuti Haryadi kedalam kamar mandi, dan menutup rapat ruangan tersebut setelah keduanya masuk.........................................Waktu berlalu tanpa terasa, sudah hampir satu jam lamanya setelah kedatangan sang tuan pemilik kediaman Aditama datang, sekarang pintu pagar depan kembali berderit lirih menandakan, bahwa penghuni lain juga sudah memasuki gerbang panjang yang kokoh, pembatas kediaman dengan dunia luar yang hiruk pikuk.Anggara memarkir mobil di halaman depan dengan sekenanya. Seorang pelayan tua dengan wajah cerah datang menghampiri seraya menyapanya penuh hormat, ketika pintu mobil mulai terbuka. ''Selamat datang Den."Anggara tak menoleh untuk melihat sosok dengan sapaan tersebut, karena ia telah mengetahui dengan jelas siapa gerangan pria tersebut. "Sore pak Diman, apa papa sudah pulang." Jawabnya masih dengan titik fokus bukan untuk sosok yang ia ajak bicara saat ini.
Sementara itu di kediaman lain.Angel yang tertidur di tengah kesedihannya, membuka mata dengan keterkejutan.Karena dalam ingatan sekilas setelah terbangun, ia sempat berpikir bahwa Bagas telah berbuat sesuatu terhadap dirinya. Namun, ketika melihat dan memperhatikan bahwa kini tubuh itu masih mengenakan pakaian yang sama, seperti di awal ia berganti pakaian setelah mandi sore tadi, hatinya sedikit lega.Angel melirik jam yang bertengger gagah di dinding kamar, jarum-jarum enerjik di dalamnya, telah menunjukkan pukul 19.46. "Pantas aku lapar sekarang." Gumamnya lirih.Wanita itu sedikit mengerucutkan bibir, dan meraba perut yang mulai berteriak minta jatah untuk di isi.Perlahan, ia bangun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Mencuci muka, serta menatap cermin kecil di depanya, seraya menatap wajah sendiri dengan seksama untuk beberapa saat.Dalam hati masih sedikit merasa sesak, dengan kejadian sore tadi.Ia masih memikirkan sosok sang suami, yang biasa lembut serta penuh perhatian
"Bahkan kalian mencemo'ohku dengan kebahagian ini."Angel ingin melontarkan perkataan tersebut dengan keras, namun ketika melihat wajah kecil imut di atas pangkuan sang wanita, tangan Angel yang hendak melakukan tindakan ekstrim, kepada sepasang muda-mudi di sana terjeda sejenak. Dan sedetik kemudian, berbalik arah fokus lain, untuk menyentuh pucuk kepala kecil itu dengan lembut.Bibir Angel, berusaha menyunggingkan senyuman lembut untuk sosok mungil dan gemoy di sana.Namun, dengan kemelut yang berusaha di redam dalam hati, hal itu tidak mencapai ke dasar mata dan rasa.Bagaimanapun, ia masih memiliki keburukan dengan kebencian untuk sosok orang lain di dalamnya, bagaimana akan mampu merilis sebuah ketulusan.Jujur, saat ini Ia juga merasa takut atas pemikiran sendiri, ketika mengingat tindakannya yang tidak relevan beberapa detik lalu. Bagaimana ia bisa melihat sosok orang lain, dalam diri orang yang berbeda."Tante juga mau beli nasi goleng?." Tanya bocah kecil itu, dengan suaranya
Beberapa saat sebelum Angel keluar dari kamar, untuk mencari makan malam.Bagas yang di penuhi oleh rasa bersalah, masih berdiri di depan pintu kamar sang istri, hingga suara tangisan tak terdengar lagi. Pria tersebut bahkan masih terus berdiri di sana hingga beberapa menit setelahnya.Ia hanya diam mematung, termenung dan bergulat dengan hati dan pikiran sendiri, tidak mengetuk pintu, atau juga kembali masuk untuk memastikan kondisi sang Angel di dalam kamar.Sejak kapan air mata yang sempat meleleh dari manik mata miliknya mengering, dirinya sendiri juga tidak menyadari.Untuk waktu yang terlewati di depan ruangan kamar, ia tidak merasakan bahwa semuanya adalah salah dan teraniaya.Mungkin, ia memang patut melakukan hal tersebut, atau memang sengaja di lakukan untuk sedikit mengurangi rasa bersalah dalam hati.Entahlah, apa yang teronggok di pikiran Bagas sekarang, yang jelas dia di sana masih diam tak bergeming. Hingga sebuah lengkungan kecil muncul di bibirnya, balutan sorot mata
Waktu bergulir tidak menunggu siapapun, bahkan jika itu untuk sosok yang tengah gelisah, akibat pertengkaran di ruang makan beberapa saat yang lalu.Ia dia adalah Vanessa, yang tidak bisa tidur hingga pukul satu malam, wanita itu masih memikirkan perkataan Anggara saat di meja makan.°^ Flash back on. ^°Anggara yang datang kemeja makan setelah kehadiran Hariadi dan Nadia, tampak acuh kepada keduanya.Bukan hal yang aneh itu di lakukan oleh sosok dirinya di sana, mengingat selama ini ia memang tidak pernah bersikap manis kepada mereka.Akan tetapi, ketika pria tersebut telah mendudukkan tubuh, wajah tampannya sedikit mengernyit manakala manik mata miliknya, tak sengaja menangkap sosok kedua orang di depannya.Hariadi yang melihat ekspresi itu menghentikan gerak sendok makan yang ia pegang, dan bertanya. "Ada apa?."Anggara yang memahami pertanyaan barusan, masih meneruskan gerakan tangan untuk membalik piring makan di depanny
Namun, yang jelas wanita itu untuk sejenak lalu berubah menjadi macan betina garang, dan dalam detik berikutnya menjadi domba kecil di depan serigala.Melihat Anggara yang demikian, Nadia dengan cepat berlari kearah Vanessa. Dan dengan wajah yang penuh permohonan, ia memberanikan diri membuka suara ."Jangan dengarkan omong kosongnya, aku tidak akan menghabiskan uang siapapun, bahkan jika itu di berikan kepadaku, hanya ku belanjakan untuk kebutuhan kita saja." Wanita itu seperti domba lain di depan Anggara, dan Hariadi menjadi kesal melihat semuanya.Bagaimana dirinya dapat memiliki keluarga seperti ini, seorang ibu tanpa setatus di mata putranya, dan seorang suami yang selalu di takuti oleh sang istri.Hariadi ingin meninggalkan ruangan tersebut, dan tak ingin mendengar apapun di sana.Bukan karena ia takut kepada sosok Anggara, namun lebih tetap nya, jika dirinya ingin semuanya cepat berlalu, maka ia tetap diam dan bungkam, atau akan ada kemelut yang jauh lebih panjang. Dan tentu sa