Share

Ruang Rahasia

Suara dentingan menyambut ketika tombol pada lift berpendar di angka tiga. Beberapa orang yang berdiri berdempetan di depan Chloe mulai melangkahkan kakinya ke luar lift, kemudian menyebar ke arah yang berbeda. Sementara Chloe bergerak ke arah kiri mengikuti seorang lelaki yang sempat menoleh ke arahnya. Chloe tebak, lelaki ini juga memiliki urusan yang sama dengannya.

Ini adalah kali pertama Chloe datang ke lantai tiga gedung jurusannya, setelah saat orientasi kemarin hanya berada di lantai dua—tempat dimana aula sekaligus ruang para dosen berada. Sedangkan lantai tiga hingga lantai lima diperuntukkan untuk ruang kelas kuliah dan lantai enam difungsikan khusus untuk beberapa laboratorium jurusan.

Usai beberapa langkah terlewati, Chloe berbelok masuk ke salah satu ruangan. Menemukan deretan bangku kuliah berwarna hijau yang tampak begitu kontras dengan ruangan yang bernuansa putih. Entah kenapa Chloe masih merasa mual setiap kali melihat deretan kursi. Bokongnya seperti menolak untuk duduk.

“Hai, gue Mike.”

Lelaki berkacamata yang sebelumnya satu lift dengan Chloe tahu-tahu menjulurkan tangannya. Oleh karena Chloe tidak ingin dicap buruk, jadi Chloe pun membalas jabatan tangannya.

“Chloe,” ujar Chloe tersenyum singkat, lalu memilih duduk di kursi di depan Mike.

“Lo yang kemarin berdiri sendirian di aula bukan sih?”

Chloe memutar bola matanya seraya menghela napas. Kelihatannya Chloe cukup terkenal di angkatannya. Terkenal karena aksinya yang tiba-tiba saja berdiri mematung di tengah-tengah acara perkenalan dosen berlangsung.

Chloe dengan malas menoleh ke arah Mike. “Hehe, iya.”

“Selamat pagi,” sapa seorang dosen wanita yang menjadi pembimbing akademik Chloe selama berkuliah di jurusan matematika Universitas Seirios.

Beruntung dosennya datang di waktu yang tepat, karena Chloe tahu kalau Mike masih akan melanjutkan basa-basi perkenalannya—yang mungkin saja—dengan cara membahas apa yang terjadi dengan dirinya ketika di aula. Padahal Chloe sudah tidak ingin mengingatnya lagi, sebab itu sungguh memalukan.

Selama dosen pembimbing akademik menjelaskan, sebanyak tujuh orang lainnya yang ada di dalam ruangan, tampak begitu serius mendengarkan. Di akhir penjelasan, Chloe beserta yang lainnya diberikan sebuah map berisikan daftar mata kuliah selama empat tahun dan semacam kartu untuk menuliskan mata kuliah yang akan diambil setiap semesternya. Dilihatnya satu per satu detail mata kuliah yang akan dilaluinya selama kurang lebih empat bulan ke depan. Kemudian Chloe mulai menulis mata kuliah yang memang sudah dipaketkan untuk mahasiswa semester satu.

Tidak ada yang membuat Chloe terkejut, kecuali satu hal. Kenyataan bahwa dia harus bertemu dengan Juan di dalam kelas seawal ini.  

Tanpa sadar Chloe mengusap wajahnya dengan frustasi.

“Chloe, kenapa? Ngga enak badan?” tanya Mike agak berbisik. Tubuhnya dimajukan sedikit mendekati Chloe.

“Ah, ngga kok. Cuma ngantuk.”

“Kenapa? Emangnya semalam ngga bisa tidur?”

Chloe mengerutkan keningnya. Menyipitkan tatapannya dan menggigit bibir bagian dalam. Merasa ada yang aneh dengan lelaki berkacamata yang baru saja dia kenal. Cara memulai pertemanannya agak membuat Chloe risih. Bersikap seolah-olah mereka berdua sudah begitu dekat.

Jadi, respons Chloe pada pertanyaan Mike hanyalah berupa senyuman tipis tanpa mengucapkan kalimat apa pun, setelah itu beralih pada kartu bimbingannya. Secepat mungkin Chloe mengisi kolom-kolom kosong pada kartunya, lalu beranjak pergi untuk memperoleh tanda tangan dosen pembimbing akademik.

Entah semacam gerak reflek atau bukan, setelah dosen mempersilakan Chloe pergi meninggalkan ruang kelas, dia justru menoleh sejenak ke arah Mike. Mike pun membalas tatapan Chloe dengan lengkungan senyum yang menurutnya menyeramkan.

Rambut-rambut halus di sekujur tubuh Chloe berdiri serentak. Sudah melangkah keluar ruangan pun bahunya masih bergidik bukan main. Memang kuliah di Seirios ini merupakan waktu yang tepat pula untuk melepas predikat jomlo, tapi yang Chloe ingin bukan lelaki menyeramkan dan sok dekat seperti itu juga.

Dikarenakan tidak ada keperluan lain selain bimbingan akademik—yang rupanya begitu singkat—Chloe memutuskan untuk langsung kembali ke asrama untuk mempersiapkan kuliah perdananya esok hari. Hanya saja, saat pintu lift terbuka di lantai dua—bertepatan dengan beberapa mahasiswa melangkah masuk ke dalam lift—Chloe melihat sosok khas Juan dengan rambut gondrong sebahunya yang tengah melintas tepat di depan lift. Sigap Chloe menekan tombol ‘pintu terbuka’ pada lift, kemudian pergi memelesat keluar dan langsung melipir menempel pada tembok.

Dari balik tembok, Chloe menjulurkan sedikit kepalanya, hingga hanya satu mata saja yang ditugaskan untuk mengamati gerak-gerik Juan. Jujur saja Chloe tidak berpikir panjang atas tindakannya yang lebih tampak seperti seorang pencopet yang diam-diam sedang mengintai mangsanya.  Namun, sesuai dengan niat yang telah dicetuskan kemarin, bahwa mulai hari ini, Chloe akan mulai mencari bukti bahwa Juan adalah grim reaper yang dia temui. Dikarenakan Chloe hanya akan bertemu dengan Juan di dalam gedung jurusan, maka dari itu setiap kali dia bertemu—contohnya seperti kebetulan yang terjadi sekarang ini—sebisa mungkin Chloe akan berusaha menggunakan kesempatan yang ada semaksimal mungkin untuk mencari informasi.

Juan pun menghilang di balik tembok yang tak jauh dari tempat Chloe berada. Entah apa yang harus Chloe cari atau entah apa yang akan Chloe temukan ketika mengikuti Juan hingga ke balik tembok itu, yang terpenting bagi Chloe adalah lakukan saja. Anggaplah apa yang ditemukan di sana adalah bonus untuk Chloe, namun mampu membungkam mulut pedas sang dosen.

Alhasil, Chloe keluar dari persembunyian dengan sikap senatural mungkin. Melewati lorong lantai dua yang begitu sepi dikarenakan perkuliahan belum berlangsung. Lalu dengan cepat bermanuver ke sebuah lorong kecil dimana terdapat sebuah pintu tertutup di ujung jalan.

Ruang rahasia grim reaper! Pikir Chloe demikian. Mungkin Juan mengganti pakaiannya dengan kostum serba hitam di dalam sana. Mungkin Juan menyimpan aksesoris sabitnya di dalam sana. Pastinya Chloe akan memergokinya dan membuatnya mati kutu!

Chloe berlari-lari kecil nan pelan menuju pintu ruang rahasia itu. Sebuah pintu geser cokelat tanpa gagang pintu. Tak lupa terlebih dulu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana jeans guna mengabadikan momen penting kalau-kalau Juan masih mengelak atas bukti yang Chloe dapatkan.

Tepat di depan pintu, Chloe membungkukkan badannya. Mencoba untuk mengintip dari celah lubang kunci. Terlihat di dalam hanyalah berupa cahaya kuning terang, sisanya buram, karena jarak pandang Chloe melalui lubang kunci tidak begitu maksimal.

"Ini dipasang di sini, ya?"

Telinga Chloe samar-samar menangkap obrolan dari arah berlawanan. Ditambah dengan suara berisik yang nyaring. Sesekali suaranya begitu ngilu seakan-akan mengikis lapisan gendang telinga. Chloe pun terpaksa memutar tubuhnya untuk mengecek ke belakang. Rupanya seseorang tengah memosisikan semacam tangga lipat aluminium di siku-siku tembok yang mengarah ke lorong tempatnya kini. Lalu seseorang itu menaiki tangga lipat dan memasang sebuah papan yang jika Chloe amati, papan itu bertuliskan kata ‘toilet’ dengan anak panah ke arah pintu yang berada tepat di depan Chloe.

Mengetahui itu, bola mata Chloe melebar.

Saat itu pula pintu mulai berderak.

Masih dalam keadaan membungkuk, Chloe pun kembali menoleh ke arah pintu bersamaan dengan pintu yang terbuka menyamping. Membuat wajah Chloe—terutama kedua matanya—berhenti menatap ke suatu bagian yang semestinya tidak dia tatap dalam jarak sedekat itu.

Shit! Umpatnya seraya menutup mata.

Chloe merasakan aliran darah menghilang dari wajahnya. Bahkan air liur terasa begitu sulit tertelan dikarenakan tenggorokannya mendadak mengering. Otot-otot punggungnya juga seketika kaku sehingga begitu sulit untuk mengembalikan posisi tubuhnya agar kembali tegak. Berbeda dengan lututnya. Kedua lututnya justru terasa lemas. Inginnya langsung berlari secepat yang dia bisa, namun apa daya, bukannya mulut Juan yang terbungkam, justru Chloe lah yang tak bisa berkata-kata.

               

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status