Suasana malam kini begitu riuh didalam sebuah ballroom hotel yang sedang digunakan untuk mengadakan sebuah pesta pernikahan. Ya, pesta pernikahan yang saat tidak dinanti-nantikan Keysia, pesta yang sangat enggan untuk gadis itu hadiri.
Sepasang pengantin pun terlihat saling menyapa tamu yang ada. Rona bahagia jelas terpancar begitu nyata diwajah keduanya, terlihat dari senyuman yang mengembang dari kedua mempelai.
Dua orang laki-laki serta satu perempuan terlihat sedang berjalan menghampiri sang mempelai yang sedang
Devan nampak baru saja tiba di bassement hotel tempat dimana Joy sedang melangsungkan pesta pernikahan. Devan mengedarkan pandangannya berharap masih bisa menemukan Keysia disekitarnya. Ia ingin menuntut kejelasan pada gadis itu, tentu saja Devan tahu kalau Keysia akan menghadiri pesta pernikahan itu tetapi ia tidak sampai berfikiran kalau ternyata Joy adalah mantan dari istrinya. Devan mengusap dengan kasar wajahnya tatkala ia tidak lagi menemukan Keysia, lantas ia segera berlari menuju mobilnya dan melajukannya meninggalkan hotel untuk mencari keberadaan Keysia.Di tempat lain, nampaknya di sebuah jalanan yang nampak sepi, Keysia terlihat terduduk di sana dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, menganak sungai layaknya sebuah aliran deras menuju lautan luas. Wajahnya terlihat begitu sembab yang menandakan kalau gadis itu sudah menangis dalam kurun waktu yang lama. Bayangan Devan yang tiba dengan Anna yang menggandeng mesra di hadapannya seakan terus terngiang di kep
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan rumahnya, bibirnya bungkam dengan tatapan yang lurus kedepan membuat Keysia lantas menoleh kearahnya dengan tatapan bertanya-tanya, kenapa Devan tidak langsung memasukkan mobilnya kedalam garasi? Pikirnya.“Masuklah terlebih dahulu, aku masih ada sesuatu yang perlu di urus,” ujarnya kemudian.“Baiklah,” Keysia dengan tidak banyak tanya langsung melepaskan seatbelt yang melilit tubuhnya dan bergegas keluar dari mobil Devan.Selepas keluarnya Keysia dari mobilnya, Devan lantas segera bergegas melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya juga Keysia yang masih menatap kepergiaannya. Namun itu tidak berselang lama, saat mobil yang dikendari Devan kini telah menjauh dari jangkauan matanya, Keysia segera masuk kerumahnya dan di sambut hangat oleh Bi Eli.“Astaga, Non Keysia kenapa bisa begini?” ujarnya bertanya. Raut kekhawatiran terukir jelas di wajah wanita paruh baya itu.“Ceritanya panjang, Bik. Bibi kenapa masih belum tidur
“Maka, kamu ceraikan dia sekarang juga!” ujar Anna dengan lantang.Mendegar perkataan Anna, sontak Devan dan juga Keysia secara bersamaan mneoleh kearahnya.“Tidak bisa!” balas Devan.“Kenapa?” Anna bertanya dengan nada tinggi. “Kenapa tidak bisa, bukankah kamu tidak mencintai dia, lantas atas dasar apa hubungan kalian di pertahankan?” tambahnya.“Aku sudah berjanji akan menjaga Keysia di hadapan almahum papa Keysia,” terangnya.“Lantas, bagaimana dengan aku, mau kau bawa kemana hubungan kita? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi, Devan?” serang Anna dengan pertanyaan.Devan terdiam seperti tidak mempunyai jawaban, bibirnya terus bungkam dengan iris yang menatap dalam iris coklat pekat milik Anna. Sedangkan Keysia, gadis itu hanya terdiam seraya menunggu jawaban apa yang akan diberikan Devan. Namun, selang beberapa menit kemudian Devan masih bungkam.“Nona A
Sebuah mobil kini melaju dengan kecepatan sedang dengan seorang laki-laki tampan dengan setelan jas di balik kemudi yang terlihat sedang berbincang dengan ponsel pintarnya.“Baiklah, terima kasih,” ujarnya sebelum akhirnya menutup sambungan telfonnya dan menyimpan benda pipih itu disebelahnya. Lantas pandangan matanya kembali ia fokuskan pada jalanan yang ada didepannya.Seorang gadis dengan perawakan tubuh yang begitu familiar kini tertangkap di indra penglihatannya, berjalan dengan lesu seperti tidak mempunyai tenanga. Lantara, ia menambah kecepatan mobinya dan menghentikan tepat di sebelah gadis itu lantas bergegas keluar.“Kesyia,” sapanya.Merasa terpanggil, sosok yang berjalan dengan posisi membelakangi dirinya itu sontak menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya. “Reyhan,” balasnya.Sontak laki-laki yang disapa Reyhan itu mengulas senyumnya dan berjalan mendekati Keysia. “Kamu mau kemana?” tanyanya.“Aku akan pergi ke rumah teman ku,” ba
Oh My Husband 20Setelah dua jam lamanya, kini pesawat yang ditumpangi oleh Devan dan teman-temannya akhirnya landing dengan selamat. Devan dengan diikuti Argan, Joy, Keysia, Alice dan juga Nana nampak berjalan serempak menuju arrival.“Sudah kau siapkan mobilnya?” tanya Devan pada Argan yang berjalan disebelahnya.“Sudah, sesuai yang kamu minta dua mobil,” balas Argan cepat.Adanya Keysia tentu membuat Joy dan juga Alice sektika memasang ekspresi yang tidak biasa. Terlabih lagi Joy, laki-laki itu benar-benar dibuat terkejut oleh Devan, pasalnya ia tidak pernah tau kalau ternyata Devan kenal dengan mantan kekasihnya itu. Sedangkan untuk Nana, Keysia yang meminta kepada Devan untuk mengajak gadis itu dan Devan menyetujuinya.Keenamnya kini akhirnya sampai di arrival, dua mobil kini sudah menunggu kehadiran mereka. “Silahkam tuan,” ujar masing-masing dari supir itu seraya membukakan pintu mobil untuk Devan dan tema
Oh My Husband 21“Kau ingin memesan apa?” Argan melontarkan pertanyaan pada Devan yang duduk bersebelahan dengan Keyisa namun tatapannya difokuskan dengan buku menu yang sedang dibacanya.“Biar Keysia saja yang memesankan,” balas Devan.Sontak Argan pun mengalihkan perhatiannya dari buku menu yang sedang dibacanya kemudian menolah kearah Keysia.“Aku akan memilihkan menu untuk mu,” ujar Keysia kemudian seraya mengambil alih buku menu dari tangan Argan.“Saya mau beef steak tenderloin blackpepper sauce 2 sama club soda 2 sama tolong bawakan air meniral,” terang Keysia kepada pelayan yang kini sedang mencatat pesanan yang baru saja disebutkan oleh Keysia.“Baik Nona, ada lagi?” tanya pelayan itu.“Makanan penutupnya pudding caramel coklat cake,” imbuh Keysia.“Baiklah,” pelayan itu kembali menyebutkan makanan yang disebutkan oleh Keysi
Oh My Husband 22Keysia dan Devan turun bersama untuk sarapan, beramasaan dengan itu pula ia berpapasan dengan Nana yang hendal menaiki anak tangga bersama dengan Argan dibelakangnya.“Eh kalian berdua sudah puas?” tanya Keysia.“Berhenti berbicara omong kosong,” seru Nana.“Baiklah, cepatlah kembali turun untuk sarapan!” seru Keysia kemudian.“Iyaa,” balas Nana.Keysia pun tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju meja makan diikuti dengan Devan. Sesampainya dimeja makan, keduanya sudah mendapati Joy dan juga Alice yang sudah menunggu kedatangan mereka.“Dimana Argan dan Nana?” tanya Joy saat tidak mendapati dua orang manusia itu untuk turun bersama dengan Dev dan Keysia.“Sebentar lagi mereka akan turun,” balas Devan seraya menarik kursi utama dan mendudukkan dirinya diikuti dengan Keysia.Keysia mengedarkan pandangannya melihat anekan macam menu
Waktu terus berjalan, matahari pun sudah berpindah posisi siap untuk tenggelam dan menyisakan gelapnya malam. Kali ini Keysia duduk dibelakang bersama dengan Nana, sedangkan Devan di kursi depan dengan Argan yang mengemudi. Setelah berjam-jam duduk diam didalam mobil dengan disuguhi pemandangan pantai yang memukau mata akhirnya mereka sampai di pantai yang menjadi tujuannya yang letaknya tidak jauh dari villa yang mereka singgahi.“Huh, akhirnya sampai juga,” seru Nana seraya merenggangkan tubuhnya setelah turun dari mobil diikuti dengan Keysia.Keysia nampak mengulas senyumnya dengan mata yang beredar menyapu pemandangan pantai yang dihiasi dengan langit jingga, begitu memanjakan mata.“Key, ayo main di tepi pantai!” ajak Nana seraya menarik tangan Keysia dan membawa gadis itu berlari menuju bibir pantai.“Para perempuan ini selalunya seperti anak kecil kalau sudah mendapati air,” gumam Argan seraya menggelangkan kepal