“Kembali ke mejamu, atau aku akan menghabiskan pagi ini hanya bermesraan denganmu.” Aku mendorong dadanya, dia memberikan bekal satu ciuman di kening. Aku berlari menuju kubikan walau ini sangat sulit, aku menenangkan diri kali ini.
***Meyyis***
POV SHASHA
Kaki mungilku berlari tunggang-langgang menjauh darinya. Davin yang sekarang mirip srigala dengan taring panjang. sangat menakutkan. Karena tidak hati-hati, bahkan menabrak meja, menimbulkan luka gores pada lutut. Aku meringis.
“Kamu ngapain lari-lari, sih? Kayak gak ada kerjaan saja.” Rani memperingatkanku.
“Paling digangguin Kak Davin, iya ‘kan?” Perkataan Syafira hanya di balas senyum olehku.
“Benarkah?” tanya Rani.
“Tidak ada yang membuat Kak Shasha kalang kabut, selain CEO dingin itu. Kak, entar aku kasih trik untuk
“Bukankah begini lebih terlihat jelas?” Apa-apaan dia? Bisa-bisanya berjalan tidak konsentrasi dengan memandangku. Ya Tuhan, sedekat ini. Wajahnya sungguh mulus. Jangankan bekas jerawat. Pori-porinya saja tidak terlihat. Lelaki ini sungguhkah heteroseksual? Suka bersolek. Kami otomatis berhenti di lobi.“Kau bisa puas memandang,” bisiknya, membuat bulu meremang, saat kami sudah duduk di mobil, bagian jok belakang. Dia menyuruh supir menjalankan mobil.***Meyyis***POV DAVINAku tertawa melihat wanita yang paling ingin aku dekati itu berlari jatuh bangun. Dia begitu ingin menjauhiku, tapi masih saja aku yang menang. Tidak akan dia bisa lari dariku. Demi apa pun, aku tidak akan membiarkannya. Dia sudah menutup pintu, sedangkan aku sudah puas mengerjainya kali ini.Seperginya Shasha, memeriksa dokumen lain. Ada banyak yang harus dipersiapkan. Besok, investor akan dat
“Kau bisa puas memandang,” bisikku. Aku membukakan pintu, melindungi kepalanya dan kami duduk di bagian belakang. Tanganku meraih dagunya, untuk kami saling memandang sebelum supir menjalankan mobil. Aku tahu, hatinya sudah kebat-kebit. Terdengar detak jantungnya juga tidak beraturan. Tanganku reflek meraih seat belt, untuk mengunci tubuhnya. Dia masih diam tidak bereaksi. Ternyata, cara ini manjur membuat dia diam tidak berkutik. Baiklah, aku pertahankan sampai restoran nanti.***Meyyis***POV DAVINSepertinya, memberinya makan malam romantis setiap hari tidak juga cukup untuk utnuk megungkapkan rasa ini. Dia terlihat tersipu. Aku tahu, rasa harunya sudah membuncah. Tapi, harus lebih sabar untuk menunggunya setuju menikah.“Kamu boros,” ucap Shasha.“Untukmu tidak masalah. Silakan.” Tanganku menarikkan kursi untuknya.&ldq
“Dia bisa tidur hanya dengan begini? Dasar pelor.” Aku meletakkan mesin pengering rambut di meja rias, kemudian membaringkan tubuhnya. Mengangkat sedikit kaki panjangnya, agar lurus di atas tempat tidur.***Meyyis***“Kamu boros,” ucapku. Minggu ini dia full mensetting makan malam romantic untukku. Jujur, senang … tapi bukankah ini membuang biaya? Lagi pula, kalau keseringan jadi tidak spesial.“Untukmu tidak masalah. Silakan.” Tangannya menarikkan kursi untukku. Ah, bagai berpacaran dengan pangeran. Tapi, dia memang pangeran. Kesuksesannya setara dengan pangeran. Tidak hanya dukungan dari orang tuanya, tapi perusahaannya sendiri juga jalan.“Romantis itu, bukan acara candle dinner seperti ini. Aku tunjukkan nanti.” Apa yang dia pikirkan? Kenapa mesam-mesem seperti itu. Mataku terbelalak. Dia pasti memikirkan hal yang jorok.
“Ada hal-hal yang bisa dilakukan sendiri, tapi memilih untuk dilakukan pasangannya. Bukankah itu romantic yang kamu maksud?” Akursenyum, ih memang dia sangat romantic. Aku menyukainya, tapi mengapa masih ragu untuk ke pernikahan. Rasanya rakut dan cemas. Ini enak banget, membuat aku menguap panjang. memejamkan mata sepertinya tidak masalah. Sambil menunggu dia mengeringkan rambut. Ma, aku merindukanmu. Sekarang, ada yang menggandikanmu megeringkan rambut. Setelah itu, tidak tahu apa yang terjadi. Aku sudah berkelana ke alam mimpi.***Meyyis***POV SHASHAHari libur ini, perencanaan jatuh pada pergi ke rumah mama. Sepert halnya menantu yang berkunjung ke rumah mertua, Davin sangat repot. Dia berbelanja sangat banyak, sehingga bagasi penuh.“Untuk apa semua itu? Mama hanya tinggal sendiri dengan suster.” Davin hanya senyum menjawab tanyaku. Jujur sedikit sebal. Terkadang dia mem
“Tapi, Ma. Setiap kali menyinggung pernikahan, aku akan berkeringat hebat.” Mama hanya mengangguk.“Itu penyakit, konsultasi ke dokter. Mau mama temani?” Aku menggeleng.***Meyyis***POV DAVINHari libur ini, tidak ada dalam rencana. Tapi, kali ini akan aku pergunakan untuk dekat dengan mama mertua. Jika dekat dengannya, siapa tahu Shasha luluh mau menikah secepatnya. Aku akan menyembuhkan traumanya dan mengatakan bahwa pernikahan itu nyata dan menyanangkan. Untuk pertama kali berkunjung, tentu harus memabawa banyak hadiah. Seorang ibu, sepertinya bahan makanan saja. Aku mengajak Shasha berbelanja. Tumben, wanitaku itu menurut tanpa protes.“Untuk apa semua itu? Mama hanya tinggal sendiri dengan suster.” Aku hanya senyum menjawab tanyanya. Dia kelihatan sebal, tapi tambah manis kalau begitu. Aku jadi sangat suka menggodanya. Kami
“Shasha betul, Tante. Dia sudah hafal untuk merawatku, hingga ingin segera meresmikan.” Keringat mulai membanjiri tubuhnya. Persis saat aku melamarnya dulu. Ada apa ini? Baiklah, sepertinya memang dia butuh psikiater. Tidak, sebentar lagi pasti akan gemetar.“Sebentar aku ke toilet.” Dia beranjak. Aku telah membuat kesalahan. Tapi, setidaknya mengerti ketidaknormalannya. Selepas dari sini, aku akan memaksanya untuk ketemu dengan psikiater.***Meyyis***POV DAVIN“Tan, aku akan bawa Shasha ke psikiater. Apakah tante mengijinkan?” Tante Rara memejamkan mata. Aku tahu, berat bagi seorang ibu menerima kenyataan anaknya tidak baik-baik saja.“Iya, silakan. Nak Davin, pernikahan aku dan papanya tidak berjalan dengan baik. Aku tidak menyangka jika Mas Aji akan meninggalkan kami dengan cara begitu. Semua ini pukulan yang sangat telak untukn
“Semoga perkataan mama terwujut. Ada banyak hal, yang membuat dia belum bersedia menikah denganku.” Memikirkan hal itu, aku sangat sedih. Bukan hanya bersedih karena dia tidak mau menikah denganku, terlebih karena alasannya. Betapa luka yang dirasakan Shasha sangat dalam, sehingga sampai menimbulkan rasa trauma yang tidak dapat dijangkau oleh akalnya. Ternyata, tidak dapat dia menyembuhkan dirinya sendiri. Sudah puluhan tahun sejak saat itu, tapi tidak juga dapat terlupakan.***Meyyis***POV ShashaMalam menjelang. Aku harus bangkit, karena esok hari juga harus bekerja. Mungkin, malam ini akan tinggal di rumah mama saja. Aku kangen memeluknya saat tidur. Tentu, harus pamit dengan Davin. Dia akan menungguku kalau tidak diberi tahu.“Aku mau nginap di rumah mama, bolehkan?” Aku menemuinya di teras.“Tentu saja boleh. Besok aku jemput kalau begitu. Suda
“Dia sudah lebih rapi.” Tersusun bagus dan rapi. Baju dan stelan, setelah itu … bagian dalaman. Pagi-pagi, melihat dalaman miliknya, otakku sudah traveling ke mana-mana.“Hus, hus, hus … gila! Hanya lihat beginian saja, Sudah membuat aku on. Memang tidak bisa lebih lama lagi. Semoga, terapinya segera akan berhasil. Sha, jangan hukum aku.”***Meyyis***POV SHASHAPagi menjelang, aku sudah bangun untuk membersihkan diri. Mama juga sudah bangun membuatkan sarapan untukku. Wanita itu, walau kesehatannya sudah memburuk, tapi bandel saja tidak mau istirahat. Kali ini, membuatkanku bubur mutiara. Sungguh repot, tapi dia terlihat sangat bahagia. Tidak lama, suara mobil datang dan berhenti tepat di depan rumah. Senyumku mengembang, semoga mama tidak menyadari.“Ma, aku lihat dulu.” Kakiku melangkah keluar. Davin sudah rapi dengan ste